Senin, 26 Mei 2014

Materi Kelas XI Bab 9


BANYAK ORANG MENCARI TUHAN




A.     Landasan Pemikiran

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa manusia pada era digital. Daya penjelajahan manusia, dengan ilmu pengetahuannya, sungguh menakjubkan. Banyak hal yang dahulu dianggap misteri, kini sudah banyak tersibak oleh eksplorasi manusia. Meski demikian, manusia modern belum sanggup menjawab pertanyaan fundamental yang selalu mengganggunya, misalnya mengapa ada penyakit? Mengapa ada kematian? Adakah hidup setelah kemati­an? Mengapa terjadi musibah dan bencana alam? Apa makna kehidupan yang memunck pada kematian? Pertanyaan-pertanyaan itu menghadapkan manusia pada problem "makna" yang ada di belakang semua peristiwa itu.
Situasi tersebut membuat orang berusaha untuk mencari jawaban terhadap asal dan tujuan hidupnya. Dalam usahanya untuk mengetahui rahasia alam semesta, orang mempunyai kecenderungan bergaul dengan orang lain karena tidak mau terbelenggu dengan dirinya sendiri. la mau menerobos melampaui dirinya sendiri. Akhirnya, orang mengalami perjumpaan dengan Tuhan, yang mengatasi diri dan hidupnya. Orang menyadari bahwa hidupnya tergantung dengan Tuhan, yang mengatasi dirinya sendiri dan bahkan merasa dirinya sendiri merupakan hadiah atau anugerah dari Tuhan itu.
Tuhan itulah yang memberi hidup. Dialah "Sang Pemberi Hidup" dan sekaligus menentukan kematian manusia. Setiap saat orang mencari "Sang Pemberi hidup" dan "Sang Tujuan Hidup", karena menyadari bahwa dirinya tak dapat mengandalkan kekuatan dirinya sendiri. Orang yang hanya mengandalkan kekuatannya sendiri guna menghadapi dan menyelesaikan berbagai persoalan hidupnya, tidak dapat mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya dan memuaskan. Ketika segala usaha telah dilakukan secara maksimal dan ternyata hasilnya tidak memuaskan, orang menjadi ingat kepada Dia yang mengatasi diri dan segalanya, serta merindukan kekuatan dari "Yang Ilahi", yaitu Tuhan.
Dengan berbagai cara orang berusaha mencari dan mendekati Tuhan. Orang ingin memahami Tuhan dengan berpikir dan merenungkan kehidup­an dan alam lingkungannya. Orang mengagumi dan merenungkan alam semesta ciptaan Tuhan, misalnya tumbuh-tumbuhan, hewan, bulan, mata-hari, bintang-bintang, lautan, dan sebagainya dengan hati, serta menyelidikinya dengan akal budi. Orang berusaha memahami diri dan pribadinya melalui hati nurani, pikiran, jiwanya, serta berusaha memahami hubungannya dengan sesamanya. Selain itu, orang berusaha memenuhi tuntutan dan kebutuhan rohaninya melalui doa, upacara keagamaan, meditasi, sesaji, bertapa, puasa, perbuatan amal, dan sebagainya.
Orang yang ingin mencari Tuhan berusaha untuk membangun relasi dengan-Nya. Di sini, orang memiliki daya untuk sampai pada pengetahuan adanya Tuhan dan mampu menghayati perjumpaannya dengan Tuhan. Orang berusaha mengimani Tuhan dan membangun iman terus-menerus dengan maksud untuk memperkokoh hidup dan mendapatkan kekuatan dari-Nya, serta mendapatkan kebahagiaan abadi bersama-Nya. Tuhan tidak pernah berhenti mendekati semua orang, sehingga hanya pada Tuhan orang akan menemukan kebahagiaan dan kebenaran yang dicarinya tanpa henti. Dalam peziarahannya mencari Tuhan, orang dapat mempunyai perasaan takut, gentar, hormat, dan sekaligus dipenuhi keinginan untuk selalu dekat dan mengasihi Tuhan. Dengan kata lain, upaya menemukan Tuhan tidak hanya dilakukan pada saat penuh kegelapan dan kekosongan, hidup sepi, merasa ditinggalkan, tidak diperhitungkan, dan tidak tersapa, tetapi juga pada saat yang membahagiakan, yaitu saat merasakan kepenuhan, keutuh-an, dan kasih sayang.
Usaha orang menemukan Tuhan tidak selamanya lancar, banyak hambatan yang berasal dari dalam dirinya sendiri dan dari luar dirinya. Hambatan yang datang dari diri sendiri, misalnya rasa malas, acuh tak acuh akan kehidupan, merasa pandai dan mampu mengatasi segala persoal-an hidup, materialistis, dan sebagainya. Sedangkan hambatan yang datang dari luar dirinya sendiri, misalnya jabatan, kuasa, uang atau kekayaan, tekanan atau penindasan dari orang lain, situasi lingkungan masyarakat yang berpenyakit minum, narkoba, judi, dan sebagainya. Bagi orang yang menyadari kebutuhan akan yang ilahi, hal ini menjadi daya dorong yang hebat untuk semakin tekun berziarah mencari Tuhan.
B. Pandangan Agama-Agama Dunia
 1. Agama Islam
Dalam Islam : Suluk, di dalam istilah tasawuf berarti jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah SWT atau cara memperoleh makrifat. Suluk yang dilakukan antara lain: pertama, peningkatan ibadah kepada Allah SWT. Kegiatan yang dilakukan ialah sibuk dengan air wudu dan salat, sibuk dengan amalan zikir dan wirid-wirid (pendarasan zikir, doa-doa, atau amalan-amalan lain, atau yang disebut salat-salat sunah), dan melaksanakan aktivitas ibadah yang hukumnya sunah dengan memperbaiki tata cara pe-laksanaan dan bacaan-bacaan yang diucapkan.  

2. Agama Katolik
Banyak orang mencari Allah, bagaimana kita sampai kepada Allah? Pertama, kita harus percaya dan bertobat atas dosa-dosa kita. Kedua, kita harus percaya bahwa Yesus mati di salib dan bangkit bagi kita. Ketiga, kita harus menerima Tuhan Yesus dalam iman sebagai juru selamat kita. Kita membuka hati dan hidup kita pada Allah. Dalam Allah, kita mendapatkan hiburan sejati, karena hiburan duniawi hanya menandakan tiadanya makna hidup dan adanya kekosongan jiwa. Segala perbuatan yang dilakukan dalam menikmati hiburan duniawi adalah pelari-an sementara, yang tidak mampu mengobati melainkan membuatnya kecanduan. Berdoalah agar kita memperoleh penghiburan sejati, penghiburan rohani.
Merenung, yaitu suatu usaha untuk menatap, de­ngan diam memikirkan sesuatu atau mempertimbangkannya secara mendalam. Dalam hal ini, tidak hanya penemuan diri semata tetapi usaha bertemu dengan Kristus dan dengan perantaraan-Nya dengan Allah Yang berpribadi. Manusia membuka diri terhadap Yang Ilahi, bersiap mendengarkan Roh Allah Yang mendekatinya. Sebuah doa memusatkan perhatian pada mengenal, mencintai, dan memuji Allah. Meditasi atau renungan ini merupakan sarana pen-ting untuk menyadari kenyataan Allah di balik segala kesibukan fana sehari-hari.
3. Agama Hindu
Sri Rama Krishna Paramahamsa memberikan pesan-pesannya kepada orang yang ingin memahami Tuhan dalam kata-kata "Setiap jiwa adalah Siwa dan apabila Anda membantu dan melayani jiwa, Anda sesungguhnya menyembah Siwa". Simetris dengan ajaran gurunya, Svami Vivekananda berkata, "Jika Anda menginginkan Tuhan layanilah manusia".
4. Agama Kristen
Allah mendekati manusia. Paulus, pada mulanya dikenal dengan nama Saulus. Saulus menolak keras pengajaran gereja. Dalam semangat berkobar-kobar" untuk menangkapi orang-orang kristen awal, Saulus mengadakan perjalanan ke Damsyik. Sebelum masuk ke kota itu ia ditegur secara langsung oleh Kristus. Inilah titik balik hidupnya. "Siapakah Engkau, Tuhan?" Jawab-Nya, "Akulah Yesus yang kauaniaya itu. Tetapi sekarang bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan kamu menjadi pelayan dan saksi tentang segala  sesuatu yang telah kau lihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti. Aku akan mengasingkan Engkau dari bangsa Israel dan dari bangsa-bangsa lain. Dan aku akan mengutus engkau kepada mereka untuk membuka mata mereka supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang Allah." Sepanjang sisa hidupnya, Saulus memberitakan Injil di tempat di mana orang belum pernah men-dengarnya. la mendirikan banyak jemaat.
Prinsip dasar agama dalam pengertian umum adalah upaya manusia untuk mencari, mengenal Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Pada kenyataannya, apa yang terbatas tidak mungkin men-dekati yang tidak terbatas, apa yang tidak suci tidak mungkin mendekati yang suci. Manusia dengan segala keberadaannya sebagai makhluk yang terbatas dan tidak suci, tidak mungkin mendekati Allah yang suci. Oleh sebab itu, Allah sendiri mendekatkan diri-Nya kepada manusia. Menurut Alkitab, Allah mengasihi dan mendekatkan diri-Nya kepada manusia. Kekristenan bukanlah perwujudan dari usaha manu­sia mencari Allah, tetapi perwujuduan tanggapan ma­nusia terhadap inisiatif Allah yang hendak menyela-matkan umat-Nya.
5. Agama Buddha
Banyak jalan menuju Tuhan. Usaha manusia mencari dan memahami Tuhan. Dhammayatra terdiri dari dua kata: dhamma dan yatra. Dhamma (bhs.Pali) atau dharma (sansekerta) artinya kesunyataan, benar, kebenaran, hukum, ajaran suci, dan sebagainya. Sedangkan Yatra (Sanskerta-Pali) artinya di tempat ma­na. Jadi, kata dharmayatra atau dhammayatra arti harfiahnya adalah di tempat dharma (Dhamma). Dharmayatra atau dhamayatra yang dimaksud ada­lah tempat yang berhubungan dengan dhamma yang perlu dikunjungi oleh umat Buddha karena mengunjungi tempat dhammamilah maka akhirnya dhamma(dharma) yatra secara umum berarti berziarah ke tempat-tempat suci.
  Situasi siswa-siswi SMA/SMK saat ini cenderung untuk tidak peduli akan urusan mencari Tuhan. Kondisi masyarakat saat ini, yang berciri materialistis dan konsumtif, sangat mempengaruhi semangat keagamaan mereka. Nilai yang diunggulkan adalah nilai material dan kekuasaan. Se-karang ini, orang yang kaya lebih dihargai daripada yang jujur, orang yang mempunyai kuasa lebih dihargai daripada yang hidupnya suci. Maka, melalui mated pokok ini, mereka diajak untuk makin menyadari situasi dan berusaha membangun kehidupan sejahtera dengan dasar yang lebih kokoh, yaitu iman. Mereka diajak untuk berusaha terus-menerus mencari dan menemukan Tuhan dalam hidupnya.

Sumber pustaka: Komisi Kateketik KAS dan Majelis Pendidikan Katolik KAS, Pendidikan Religiositas untuk SMA kelas 2, Tuhan Mendekati Manusia, Yogyakarta, Kanisius, 2005, hlm.58-63

Tidak ada komentar:

Posting Komentar