Selasa, 15 Mei 2018

Rangkuman Materi Bab V Kelas XI: Gereja dan Dunia


RANGKUMAN MATERI BAB V
Gereja dan Dunia

Gereja dan dunia manusia merupakan realitas yang sama, seperti mata uang yang ada dua sisinya. Berbicara tentang Gereja berarti bicara tentang dunia manusia. Bagi orang Kristen berbicara tentang dunia manusia berarti berbicara tentang dunia manusia sebagai umat Allah yang sedang berziarah di dunia ini.

A.    Permasalahan yang Dihadapi Dunia
Persoalan dunia, dapat kita petakan lewat beberapa peristiwa yang dihadapi, yang dapat menjadi gambaran bagaimana persoalan dunia itu sebenarnya.
1.      Perang
Dewasa ini masih banyak kawasan yang dilanda peperangan, tidak ketinggalan Indonesia, masih sering terjadi bentrokan, perang suku, perang antar kelompok. Yang menjadi pemicunya seringkali ambisi kekuasaan, ada kecenderungan hasrat manusia ingin berkuasa dan menguasai manusia yang lain, yang tentunya hal ini menjadi permasalahan serius, karena manusia tidak lagi menyadari bahwa Tuhan menciptakan manusia untuk hidup bersama dalam kebersamaan, kedamaian, saling melengkapi dan menyempurnakan satu sama lain.
Perang saudara atau perang antar negara, tidak pernah membawa keuntungan apapun bagi kedua belah pihak. Ada peribahasa mengatakan menang jadi arang, kalah jadi debu. Artinya kedua belah pihak sama-sama rugi dalam segala hal, jasmani dan rohani. Maka hidup damai itu memang indah.
2.      Kemiskinan
Kemiskinan sering dipahami sebagai kondisi kehidupan manusia yang tidak layak atau tidak memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia, seperti sandang, pangan dan papan, namun sesungguhnya kemiskinan dapat juga dipahami secara sosial ekonomi, dan mental. oleh karena itu, kenyataan adanya kebodohan dan keterbelakangan sering juga dikategorikan sebagai kemiskinan. Penyebab kemiskinan tersebut dapat secara eksternal (struktural) ataupun personal (mental). Sistem kehidupan yang didasarkan pada prinsip kapitalisme akan menciptakan struktur masyarakat di mana yang kaya semakin kaya dan miskin semakin terpuruk. Akibatnya terjadi kesenjangan antara kaya dan miskin.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa ada kesenjangan pendapatan antara pendapatannegara-negara maju di Eropa dengan negara berkembang. Penyebabnya adalah akses terbatas warga negara berkembang terhadap teknologi baru dan lambatnya warga negara berkembang untuk mengadopsi berbagai inovasi. Hal tersebut menciptakan jurang kemiskinan yang sangat dalam antara negara-negara Barat dan negaranegara berkembang. Hal ini menciptakan ketidakadilan dalam relasi antar-negara.Karenanya Gereja Katolik merasa prihatin dan menyerukan keadilan sosial bagi umat manusia di dunia.
3.      Ketidakadilan Sosial
Salah satu tuntutan kodrat masunia adalah diperlakukan secara adil. Artinya setiap pribadi manusia mempunyai hak atas hidupnya yang perlu dihargai dan dihormati oleh orang lain. Banyak peristiwa yang diketegorikan sebagai ketidakadilan, misalnya perampasan yang seringkali mengatasnamakan kepentingan rakyat. Persoalan dasar ketidakadilan adalah bahwa manusia tidak menyadari status kesederajatannya di hadapan Sang Pencipta sehingga manusia sulit memandang sesamanya sebagai pribadi yang perlu dihormati dan dihargai.
4.      Kerusakan Lingkungan
Isu tetang pemanasan global, menyadarkan kita bahwa bumi ini sudah semakin tua dan tidak lagi menjadi tempat yang nyaman dan menjanjikan kesejahteraan hidup bagi manusia. Banyak bencana alam yang sudah terjadi, seperti banjir, tanah longsor, dll. Di samping perubahan ekosistem juga karena perbuatan manusia yang tidak bertanggungjawab, perilaku yang tidak menghargi lingkungan yang mengancam kelestarian alam.
Berikut ini faktor penyebab terjadinya pemanasan global:
Polusi Karbondioksida dari Pembangkit Listrik Bahan Bakar Fosil
Ketergantungan kita yang semakin meningkat pada listrik dari pembangkit listrikbahan bakar fosil membuat semakin meningkatnya pelepasan gas karbondioksida sisa pembakaran ke atmosfer. Kebutuhan ini akan terus meningkat setiap harinya. Sepertinya, usaha penggunaan energi alternatif selain fosil harus segera dilaksanakan. Tetapi, masih banyak dari kita yang enggan untuk melakukan ini.
Polusi Karbondioksida dari Pembakaran Bensin untuk Transportasi
Sumber polusi karbondioksida lainnya berasal dari mesin kendaraan bermotor. Apalagi, keadaan semakin diperparah oleh adanya fakta bahwa permintaan kendaraan bermotor setiap tahunnya terus meningkat seiring dengan populasi manusia yang juga tumbuh sangat pesat. Sayangnya, semua  peningkataan ini tidak diimbangi dengan usaha untuk mengurangi dampak.
Gas Metana dari Peternakan dan Pertanian.
Gas metana menempati urutan kedua setelah karbondioksida yang menjadi penyebab terjadinya efek rumah kaca. Gas metana dapat berasal dari bahan organik yang dipecah oleh bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen, misalnya dipersawahan. Proses ini juga dapat terjadi pada usus hewan ternak, dan dengan meningkatnya jumlah populasi ternak, mengakibatkan peningkatan produksi gas metana yang
dilepaskan ke atmosfer bumi.
Aktivitas Penebangan Pohon
Seringnya penggunaan kayu dari pohon sebagai bahan baku membuat jumlah pohon kita makin berkurang. Apalagi, hutan sebagai tempat pohon kita tumbuh semakin sempit akibat beralih fungsi menjadi lahan perkebunan seperti kelapa sawit. Padahal, fungsi hutan sangat penting sebagai paru-paru dunia dan dapat digunakan untuk mendaur ulang karbondioksida yang terlepas di atmosfer bumi.

Berikut ini akibat yang ditimbulkan oleh terjadinya pemanasan global:
Kenaikan Permukaan Air Laut Seluruh Dunia
Para ilmuwan memprediksi peningkatan tinggi air laut di seluruh dunia karena mencairnya dua lapisan es raksasa di Antartika dan Greenland. Banyak negara di seluruh dunia akan mengalami efek berbahaya dari kenaikan air laut ini. Inilah mungkin faktor penyebab tenggelamnya Ibu Kota Jakarta beberapa tahun mendatang sesuai dengan yang diprediksi ilmuwan.
Peningkatan Intensitas Terjadinya Badai
Tingkat terjadinya badai dan siklon semakin meningkat. Di dukung oleh bukti yang telah ditemukan oleh para ilmuwan bahwa pemanasan global secara signifkan akan menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur udara dan lautan. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan kecepatan angin yang dapat memicu terjadinya badai kuat.
Menurunnya Produksi Pertanian Akibat Gagal Panen
Diyakini bahwa, milyaran penduduk di seluruh dunia akan mengalami bencana kelaparan karena faktor menurunnya produksi pangan pertanian akibat kegagalan panen. Ini disebabkan oleh pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan iklim yang kurang kondusif bagi tanaman pangan.
Makhluk hidup terancam kepunahan
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di Nature, pada tahun 2050 mendatang, peningkatan suhu dapat menyebabkan terjadinya kepunahan jutaan spesies. Artinya, di tahun-tahun mendatang keragaman spesies bumi akan jauh berkurang. Namun, semoga saja tidak termasuk di dalamnya spesies manusia

5.      Perkembangan IPTEK
Di samping persoalan-persoalan di atas, yang juga perlu disadari adalam perkembangan dunia yang begitu pesat terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Kemajuan dan perkembanan ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya juga menpunyai dampak positif bagi kehidupan manusia dan dampak negatif.


B.     Hubungan Gereja dan Dunia
Melihat permasalahan dunia yang terjadi, Gereja sebagai persekutuan umat beriman dan bagian dari dunia, tentunya tidak akan tinggal diam saja. Sikap dasar Gereja dalam hubungannya dengan dunia bermula dari suatu pemikiran Paus Yohanes XXIII yang melahirkan Konsili Vatikan II, yang menghasilkan dokumen-dokumen penting yang mewarnai tonggak sejarah Gereja dalam kehidupannya di dunia. Salah satu dokumen yang dihasilkan oleh Konsili Vatikan II adalah Gaudium et Spes (kegembiraan dan harapan). Dengan Konsili Vatikan II, Gereja membuka dirinya terhadap dunia luar.
Lewat Konsili Vatikan II, Gereja sungguh telah memperbaharui diri dalam hubungannya dengan dunia.
Menyangkut hubungan antara gereja dan dunia dapat diangkat satu dua hal berikut ini :
a. Gereja setelah Konsili Vatikan II (Gereja postkonsilier) melihat dirinya sebagai “ Sakramen Keselamatan” bagi dunia. Artinya, Gereja menjadi terang, garam, dan ragi bagi dunia. Dunia menjadi tempat atau lading. Dimana Gereja berbakti. Dunia tidak dihina dan dijauhi, tetapi didatangi dan ditawari keselamatan.
b. Gereja dijadikan Mitra Dialog. Gereja dapat menawarkan nilai-nilai injili dan dunia dapat mengembangkan kebudayaannya, adapt istiadat, alam pikiran, ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga Gereja dapat lebih efektif menjalankan misinya di dunia.
c.  Gereja tetap menghormati otonomi dunia dengan sifatya yang sekuler, karena didalamnya terkandung nilai-nilai yang dapat mensejahterakan manusia dan membangun sendi-sendi Kerajaan Allah.

C.      Ajaran Sosial Gereja
       Sejak perkembangan industri modern, massa buruh berjubel ke kota-kota besar tanpa jaminan masa depan. Maka timbullah berbagai masalah sosial baru yang berat anatara lain upah yang adil, kepastian tempat kerja, hak mogok, yang pada dasarnya mempertanyakan juga adil tidaknya struktur masyarakat itu sendiri.
 Supaya tidak tertinggal dari gerakan komunisme yang memperjuangkan nasibkaum buruh, ada imam-imam yang mulai melibatkan diri dalam pastoral kaum seperti imam muda dalam kisah di atas. Kemudian, para Paus pun mulai mengeluarkan ensiklik-ensiklik yang memuat ajaran sosial Gereja.
1.  Arti dan Makna Ajaran Sosial Gereja
Ajaran sosial gereja adalah ajaran gereja mengenai hak dan kewajiban berbagai anggota masyarakat dalam hubungannya dengan kebaikan bersama dalam lingkup nasional maupun internasional.
Ajaran sosial Gereja merupakan tanggapan Gereja terhadap fenomena atau persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat manusia dalam bentuk himbauan, kritik dan dukungan. Dengan kata lain, ajaran sosial Gereja merupakan bentuk keprihatinan Gereja terhadapa dunia dan umat manusia dalam wujud dokumen yang perlu disosialisasikan.

a.      Ajaran Sosial gereja dari Rerum Novarum sampai dengan Konsili Vatikan II
 Ajaran sosial Gereja dalam dunia modern berawal dari tahun 1981, ketika Paus Leo XIII mengeluarkan ensiklik Rerum Novarum (Hal-Hal Baru). Dalam ensiklik itu Paus dengan tegas menentang kondisi-kondisi yang tidak manusiawi yang menjadi situasi buruk bagi kaum buruh dalam masyarakat industri. Paus mengatakan 3 faktor kunci yang mendasari kehidupan ekonomi, yaitu buruh, modal, dan Negara.
Pada tahun 1931, pada peringatan Ke-40 tahun Rerum Novarum, Paus Pius XI menulis ensiklik Quadragesimo Anno (Tahun Keempat Puluh). Dalam ensiklik itu, Paus Pius XI masalah-masalah ketidakadilan sosial dan mengajak semua pihak untuk mengatur kembali tatanan sosial berdasarkan apa yang telah ditunjukkan oleh Paus Leo XIII dalam Rerum Novarum. Paus Pius XI menegaskan kembali hak dan kewajiban Gereja dalam menanggapi masalah-masalah sosial, mengamcam kapitalisme dan persaingan bebas serta komunisme yang menganjurkan pertentangan kelas dan pendewaan kepemimpinan kediktatoran kelas buruh.
Tiga puluh tahun kemudian, Paus Yohanes XXIII menulis dua ensiklik untuk menanggapi masalah-masalah pokok zamannya, yaitu Mater et Magistra (Ibu dan Pengajaran) pada tahun 1961 dan Pacem in Terris (Damai di Bumi) pada tahun 1963. Dalam dua ensiklik ini, Paus Yohanes XXIII menyampaikan sejumlah petunjuk bagi umat Kristiani dan para pengambil kebijakan dalam menanggapi kesenjangan di antara bangsa-bangsa yang kaya dan miskin, dan ancaman terhadap perdamaian dunia..
b.     Ajaran sosial Gereja sesudah Konsili Vatikan II  
Ketika Paus Yohanes XXIII mengadakan Konsili Vatikan II dalam bulan oktober 1962, dia membuka jendela Gereja agar masuk udara segar dunia modern. Konsili ekumenis yang ke-21 inilah yang pertama kali merefleksikan Gereja yang sungguh-sungguh mendunia. Hakikat Gereja dalam dunia modern ini termuat dalam Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes (Kegembiraan dan Harapan). Dalam Gaudium et spes ini, para bapa konsili meneguhkan bahwa perutusan khas religius Gereja memberinya tugas, terang dan kekuatan yang dapat membantu pembentukan dan pemantapan masyarakat manusia menurut hukum Ilahi. Keadaan, waktu, dan tempat menuntut tanggungjawab Gereja dan bahkan memulai kegiatan sosial demi semua orang.
Dalam Dokumen Populorum Progresssio (kemajuan Bangsa-Bangsa) pada tahun 1967, Paus Paulus VI menanggapi jeritan kemiskinan dan kelaparan dunia, menunjukkan adanya ketidakadilan structural. Ia menghimbau Negara-negara kaya maupun miskin agar bekerja sama dalam semangat solidaritas untuk membangun “tata keadilan dan membaharui tata dunia”.
 Dokumen berupa surat apostolic Octogesima Adveniens (tahun kedelapanpuluh) yang ditulis oleh Paus Paulus VI tahun 1971 untuk merayakan 80 tahun dokumen Rerum Novarum. Dalam surat ini ditengahkan bahwa kesulitan menciptakan tatanan baru melekat dalam proses pembangunan tatanan itu sendiri. Paus Paulus VI sekaligus menegaskan peranan jemaat-jemaat Kristiani dalam mengemban tanggung jawab baru ini.
Pada tahun 1981, Paus Yohanes Paulus II, mengeluarkan ensiklik yang berjudul Laborem Excercens (Kerja Manusia). Ensiklik ini membahas makna kerja manusia. Manusia dengan bekerja mengembangkan karya Allah dan memberi sumbangan bagi terwujudnya rencana penyelamatan Allah dalam sejarah. Tenaga kerja harus lebih diutamakan daripada modal dan teknologi.
Dalam ensiklik Sollicitudo Rei Socialis (Keprihatinan Sosial) (1987), Paus Yohanes Paulus II mengangkat kembali tentang pembangunan yang mengeksploitasi orang-orang kecil. Beliau berbicara tentang struktur-struktur dosa yang membelenggu masyarakat. Dalam ensiklik Centesimus Annus (Tahun keseratus) (1991), Paus Yohanes Paulus II mengungkapkan bahwa Gereja hendaknya terus belajar untuk bergumul dengan soal-soal sosial.
Pada tahun 2009 Paus Benediktus XVI menulis ensiklik berjudul Caritas in Veritate (kasih dalam kebenaran). Ensiklik ini berbicara tentang perkembangan integral manusia dalam kasih dan kebenaran. Ajaran sosial Gereja bukanlah sebuah hak prerogatif dari satu komponen tertentu dalam lembaga gerejawi melainkan dari keseluruhan jemaat. Ajaran sosial Gereja adalah bentuk ungkapan dari cara Gereja memahami masyarakat serta posisinya sendiri berkenaan dengan berbagai struktur serta perubahan sosial.
Pada tahun 2015, Paus Fransiskus dalam ensikliknya berjudul Laudato Si’ mengungkapkan sebuah keprihatinan bahwa bumi ini makin rusak. Ada gejala pemanasan global yang mengacaukan keselarasan hidup manusia dan bumi. Ada kehancuran lingkungan yang mengakibatkan berbagai penderitaan. Terkait dengan semua itu, Paus menyebut keserakahan manusia sebagai salah satu sumber dari berbagai bencana itu. Salah satu hal yang disebut Paus sebagai wujud keserakahan adalah “budaya mudah membuang” yang menjadi ciri orang jaman ini. Paus dalam ensikliknya juga menegaskan agar kita melakukan pertobatan, terutama dari keserakahan kita. Lebih jauh, supaya bumi ini tetap terjaga dan tetap bisa menyediakan makanan untuk semua yang hidup di atasnya, kita perlu menjaganya, tidak mengotori atau merusaknya. Paus memberikan pesan yang sangat jelas agar kita ikut memelihara bumi sebagai rumah bersama. Dalam kaitan dengan makanan yang disediakan bumi, “rumah” lebih tepat disebut “rahim”. Tidak bisa tidak, demi kelangsungan hidup, rahim itu perlu sungguh dijaga bersama. Hal itu bisa dibuat dengan melakukan gerakan-gerakan kecil sebagaimana yang disebut oleh Paus seperti menghemat air dan sumber daya alam, mengurangi pemakaian plastik, menanam pohon, makan secukupnya, belanja sewajarnya, tidak ikut arus “budaya mudah membuang”.

CATATAN: UNTUK RANGKUMAN BAB VI SILAHKAN LIHAT PADA ENTRI BULAN MEI TAHUN 2017.  SELAMAT BELAJAR, TUHAN MEMBERKATI!

Rangkuman Materi Bab IV Kelas XI : Tugas-Tugas Gereja

BAB IV TUGAS-TUGAS GEREJA

Pada bagian Bab I kita sudah mempelajari mengenai pengertian dan makna Gereja sebagai Umat Allah dan Persekutuan yang terbuka. Pada bagian ini kita akan mendalami mengenai tugas-tugas pokok gereja yaitu: menguduskan (Liturgia), mengembangkan pewartaan Kabar Gembira (Kerygma), menghadirkan dan membangun persekutuan (Koinonia), memajukan karya cinta kasih/pelayanan (Diakonia) dan memberi kesaksian sebagai murid-murid Tuhan Yesus Kristus (Martyria).

A.    Gereja yang Menguduskan (Liturgia),
Ø  Perayaan liturgi sebagai upaya kita (Gereja) untuk menguduskan dunia. Karenanya kita semua perlu memahami bahwa tidak ada keterpisahan antara hidup dan ibadat di dalam umat. Pengertian mengenai hidup sebagai persembahan dalam Roh dapat memperkaya perayaan Ekaristi yang mengajak seluruh umat, membiarkan diri diikutsertakan dalam penyerahan Kristus kepada Bapa. Dalam pengertian ini, perayaan Ekaristi sungguh-sungguh merupakan sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani. Liturgi merupakan  perayaan iman. Perayaan iman tersebut merupakan pengungkapan iman Gereja, di mana orang yang ikut dalam perayaan iman mengambil bagian dalam misteri yang dirayakan. Tentu saja bukan hanya dengan partisipasi lahiriah, tetapi yang pokok adalah hati yang ikut menghayati apa yang diungkapkan dalam doa. Maka sebenarnya Doa merupakan Sarana Pengudusan dalam Gereja. Kekhasan doa Gereja ini merupakan sifat resminya, sebab justru karena itu Kristus bersatu dengan umat yang berdoa. Dengan bentuk yang resmi, doa umat menjadi doa seluruh Gereja sebagai mempelai Kristus, berdoa bersama Kristus, Sang Penyelamat, sekaligus tetap merupakan doa pribadi setiap anggota jemaat.
Ø  Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas Gereja untuk menguduskan umatnya dan umat manusia. Tugas ini disebut tugas imamiah Gereja. Kristus Tuhan, Imam Agung, yang dipilih dari antara manusia menjadikan umat baru, “kerajaan Imam-Imam bagi Allah dan Bapa-Nya” (Why 1: 6: bdk. 5: 9-10). Mereka yang dibaptis dan diurapi Roh Kudus disucikan menjadi kediaman rohani dan imamat suci untuk (sebagai orang kristiani dengan segala perbuatan mereka) mempersembahkan korban rohani dan untuk mewartakan daya kekuatan-Nya! Oleh sebab itu, Gereja bertekun dalam doa, memuji Allah, dan mempersembahkan diri sebagai korban yang hidup, suci, berkenan kepada Allah. Gereja memiliki imamat umum dan imamat jabatan dengan cara khasnya masing-masing mengambil bagian dalam satu imamat Kristus.
Ø  Arti doa; Doa berarti berbicara dengan Tuhan secara pribadi; doa juga merupakan ungkapan iman
secara pribadi dan bersama-sama. Oleh sebab itu, doa-doa Kristiani biasanya berakar dari kehidupan nyata. Doa selalu merupakan dialog yang bersifat pribadi antara manusia dan Tuhan dalam hidup yang nyata ini. Dalam dialog tersebut, kita dituntut untuk lebih mendengar daripada berbicara, sebab firman Tuhan akan selalu menjadi pedoman yang menyelamatkan. Bagi umat Kristiani, dialog ini terjadi di dalam Yesus Kristus, sebab Dialah satu-satunya jalan dan perantara kita dalam berkomunikasi dengan Allah. Perantara ini tidak mengurangi sifat dialog antar-pribadi dengan Allah.
Ø  Fungsi doa; Peranan dan fungsi doa bagi orang Kristiani, antara lain: meng-komunikasikan diri kita kepada Allah; mempersatukan diri kita dengan Tuhan; mengungkapkan cinta, kepercayaan, dan harapan kita kepada Tuhan; membuat diri kita melihat dimensi baru dari hidup dan karya kita, sehingga menyebabkan kita melihat hidup, perjuangan dan karya kita dengan mata iman; mengangkat setiap karya kita menjadi karya yang bersifat apostolis atau merasul.
Ø  Syarat dan cara doa yang baik; didoakan dengan hati; berakar dan bertolak dari pengalaman hidup; diucapkan dengan rendah hati.
Ø  Arti dan Makna Sakramen;
Sakramen berasal dari kata     ‘mysterion’       (Yunani), yang dijabarkan dengan kata ‘mysterium’dan dalam bahasa Latin disebut ‘sacramentum’. Sacramentum dipakai untuk menjelaskan tanda yang kelihatan dari kenyataan keselamatan yang tak kelihatan yang disebut sebagai           ‘mysterium‘. Singkat kata, Sakramen yaitu hal-hal yang berkaitan dengan yang kudus atau yang ilahi. Sakramen juga berarti tanda keselamatan Allah yang diberikan kepada Manusia ”Untuk mengkuduskan manusia, membangun Tubuh Kristus dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada Allah”(SC 59). Sakramen biasanya diungkapkan dengan kata-kata dan tindakan. Maka sakramen dalam Gereja Katolik mengandung dua unsur hakiki yaitu :
Forma artinya kata-kata yang menjelaskan peristiwa ilahi
Materia artinya barang atau tindakan tertentu yang kelihatan
Pembagian Sakramen-Sakramen Gereja
Sakramen-Sakramen dibagi menjadi:  Sakramen inisiasi Kristen; Sakramen Pembaptisan, Penguatan, danEkaristi Kudus. Sakramen-Sakramen Penyembuhan; Tobat dan Pengurapan Orang Sakit dan  Sakramen-Sakramen pelayanan pesersekutuan dan perutusan yaitu Sakramen Penahbisan dan Perkawinan (lihat Kompendium KGK 250 - KGK 1210-1211).
Sakramen-Sakramen inisiasi Kristen; Inisisasi atau bergabung menjadi orang Kristen dilaksanakan melalui Sakramen-Sakramen yang memberikan dasar hidup kristen. Orang beriman, yang dilahirkan kembali menjadi manusia baru dalam Sakramen Pembaptisan, dikuatkan dengan Sakramen Penguatan dan diberi makanan dengan Sakramen Ekaristi (lihat Kompendium KGK 251).
Sakramen-Sakramen Penyembuhan; Kristus Sang Penyembuh jiwa dan badan kita, menetapkan sakramen ini karena kehidupan baru yang Dia berikan kepada kita dalam Sakramen-Sakramen inisiasi Kristiani dapat melemah, bahkan hilang karena dosa. Karena itu, Kristus menghendaki agar Gereja melanjutkan karya penyembuhan dan penyelamatan-Nya melalui Sakramen ini; Tobat dan Pengurapan Orang Sakit (lihat kompendium KGK 295 – KGK 1420-1421. 1426).
Sakramen-Sakramen pelayanan pesersekutuan dan perutusan; Dua Sakramen, Sakramen Penahbisan dan Perkawinan memberikan rahmat khusus untuk perutusan tertentu dalam Gereja untuk melayani dan membangun umat Allah. Sakramen-Sakramen ini memberikan sumbangan dengan cara yang khusus pada persekutuan gerejawi dan penyelamatan orang-orang lain.

SOAL LATIHAN
1.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah Sakramen!
2.      Sebutkan dan jelaskan dua unsur hakiki dalam Sakramen!
3.      Jelaskan dan sebutkan apa saja yang termasuk dalam Sakramen Inisiasi, Sakramen Penyembuhan dan Sakramen Persekutuan!
4.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan sakramen Penguatan!
5.      Apa tujuan dari sakramen pengurapan orang sakit?
6.      Jelaskan Pengertian mengenai Sakramentali
7.      Jelaskan pengertian Devosi dan apa saja yang termasuk devosi!

B.     Gereja yang Mewartakan Kabar Gembira (Kerygma)
Kita (Gereja) pasti telah mendengar dan membaca frman Tuhan Yesus,“Pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28,19-20). Lebih jelas lagi dalam Markus 16, 15-16: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum”. Firman ini tidak hanya berlaku pada zaman para rasul saja, tetapi juga bagi kita semua pengikut Kristus Yesus pada zaman modern ini, bahwa kita wajib untuk mewartakan injil, tentu saja dengan cara yang berbeda-beda.

Dalam mewartakan sabda Allah, kita dapat mewartakannya secara verbal melalui kata-kata (kerygma), tetapi juga dengan tindakan (martyria). Pola pewartaan itu adalah:
Pewartaan verbal (kerygma)
Pewartaan verbal pada dasarnya merupakan tugas hierarki, tetapi para awam diharapkan untuk berpartisipasi dalam tugas ini, misalnya sebagai katekis, guru agama, fasilitator pendalaman Kitab Suci, dsb. Bentuk-bentuk pewartaan masa kini, antar lain:
- Kotbah atau Homili: Kotbah adalah pewartaan tematis. Homili adalah pewartaan yang berdasarkan suatu perikope Kitab Suci. Kedua-duanya merupakan pewartaan dari mimbar. Kotbah dan homili yang baik harus menyapa manusia. Walaupun secara lahiriah terjadi komunikasi satu arah, tetapi kotbah yang baik harus dapat menciptakan komunikasi dua arah secara batiniah.
- Pelajaran agama: Dalam pelajaran agama diharapkan para guru agama mendampingi para siswa untuk menemukan makna hidupnya dalam terang Kitab Suci dan ajaran Gereja. Pelajaran agama adalah proses pergumulan hidup nyata dalam terang iman.
- Katekese Umat: Katekese umat adalah kegiatan suatu kelompok umat, dimana mereka aktif  berkomunikasi untuk menafsirkan hidup nyata dalam terang Injil, yang diharapkan berkelanjutan dengan aksi nyata, sehingga dapat membawa perubahan dalam masyarakat ke arah yang lebih baik
-
Pendalaman Kitab Suci, dsb. Pendalaman Kitab Suci dapat dilakukan dalam keluarga, kelompok, atau pada kesempatan-kesempatam khusus seperti pada masa Prapaskah (APP), masa Adven, dan pada bulan Kitab Suci (September).

C.    Gereja yang Bersaksi (Martyria)
Setiap orang yang mengaku Yesus sebagai Juruselamatnya, maka panggilan untuknya adalah menjadi saksi. Setiap orang percaya harus mengetahui tugas ini. Namun tidak jarang kita temukan masih banyak orang Katolik yang masih takut bersaksi. Mengapa takut bersaksi? Apabila kita pergi ke pengadilan, jika ada seorang saksi yang takut bersaksi maka kemungkinan besar bahwa kesaksiannya itu bohong atau tidak benar. Kemungkinan lain adalah saksi tersebut sedang diintimidasi, ditekan, diancam dan sebagainya, sehingga ia takut. Namun bagi kita orang Kristiani, kita harus berani bersaksi tentang Kritus sebagai Tuhan dan juruselamat kita.
Injil pertama-tama diwartakan dengan kesaksian, yakni diwartakan dengan, katakata, tingkah laku dan perbuatan. Gereja juga mewartakan Injil kepada dunia dengan kesaksian hidupnya yang setia kepada Tuhan Yesus. Para murid Yesus dipanggil supaya mereka menjadi saksi-Nya mulai dari Yerusalem yang kemudian berkembang ke seluruh Yudea dan Samaria, bahkan sampai ke ujung bumi (bdk. Kis 1:8). Menjadi saksi Yesus Kristus pun ada konsekuensinya, mulai dari penolakan hingga tindakan kekerasan. Stefanus adalah orang pertama yang mengalami penyesahan dan kemudian diakhiri hidupnya oleh kaum Yahudi secara mengenaskan(bdk. Kis 7:51-8:1a)
Menjadi saksi Kristus ternyata dapat menuai banyak risiko. Yesus telah berkata: “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah (Yoh 16: 2). Yesus sendiri telah menjadi martir. Ia menderita dan wafat disalib demi Kerajaan Allah. Dalam sejarah, kita juga tahu bahwa banyak orang telah bersedia menumpahkan darahnya demi imannya akan Kristus dan ajaran-Nya. Mereka itulah para martir. Mereka mati demi imannya kepada Kristus. Ada yang bersedia mati daripada harus mengkhianati imannya akan Kristus. Ada pula martir yang mati karena memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi orang-orang yang tertindas.
Salah satu contohnya adalah Uskup Agung Oscar Romero. Kesaksian hidup dari almarhum Uskup Agung Oscar Romero adalah melalui khotbah-khotbahnya yang menyuarakan dukungan pada kaum miskin dan kaum tertindas pada zaman modern seperti sekarang ini. Hidupnya yang penuh pengabdian kepada umat dan masyarakatnya, khususnya kepada masyarakat kecil yang miskin dan tertindas. ia tidak segan-segan memperingatkan para penguasa negerinya (El Salvador) yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat kecil yang tidak berdaya sehingga para penguasa negerinya tidak senang. Pada tanggal 24 Maret 1980 ia ditembak oleh penembak sewaan. Ia mati saat merayakan Ekaristi dan sedang mengucapkan kata-kata konsekrasi “Inilah tubuh-Ku, yang dikorbankan bagi kamu, dan inilah darah-Ku yang ditumpahkan bagimu.”

D.    Gereja yang Melayani (Diakonia)
Gereja (Umat Allah) dipanggil untuk melayani manusia, seluruh umat manusia. “Melayani” adalah kata penting dalam ajaran Yesus. Pada Malam Perjamuan Terakhir, Yesus membasuh kaki para murid-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa para pengikut Yesus harus merendahkan diri dan rela menjadi pelayan bagi sesamanya. Jika orang ingin menjadi terkemuka, ia harus rela menjadi pelayan. Yesus sendiri menegaskan: “Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” (Mrk 10: 45).  Itulah  sikap  yang  diharapkan  oleh  Yesus  terhadap murid-murid-Nya.Gereja mempunyai tanggung jawab untuk melayani manusia. Dasar pengabdian Gereja adalah imannya akan Kristus. Barangsiapa menyatakan diri murid Kristus, “ia wajib hidup seperti Kristus” (1Yoh 2: 6). Kristus yang “mengambil rupa seorang hamba” (Flp 2: 7) tidak ada artinya jika murid-murid-Nya mengambil rupa seorang penguasa. Melayani berarti mengikuti jejak Kristus.
Dasar pelayanan dalam Gereja adalah semangat pelayanan Kristus sendiri. Barangsiapa menyatakan diri murid, “ia wajib hidup sama seperti hidup Kristus (1Yoh 2: 6). Yesus yang “mengambil rupa seorang hamba” (Flp 2: 7) tidak ada artinya jika para murid-Nya mengambil rupa para penguasa. Pelayanan berarti mengikuti jejak Yesus. Perwujudan iman Kristiani adalah pelayanan. Yesus bersabda: “Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan” (Luk 17: 10).

Ciri-ciri Pelayanan Gereja:
a.  Bersikap sebagai pelayan
Yesus menyuruh para murid-Nya selalu bersikap sebagai “yang paling rendah dari semua dan sebagai pelayan dari semua” (Mrk 9: 35). Yesus sendiri memberi teladan dan menerangkan bahwa demikianlah kehendak Bapa. Menjadi pelayanan adalah sikap iman yang radikal.
b.  Kesetiaan kepada Kristus sebagai Tuhan dan Guru
Ciri religius pelayanan Gereja ialah menimba kekuatannya dari sari teladan Yesus Kristus
c.  Orientasi pelayanan Gereja terutama ditunjukkan kepada kaum miskin
Dalam usaha pelayanan kepada kaum miskin janganlah mereka menjadi obyek belas kasihan. Pelayanan berarti kerja sama, di dalamnya semua orang merupakan subyek yang ikut bertanggung jawab. Yang pokok adalah harkat, martabat, harga diri, bukan kemajuan dan bantuan spiritual ataupun sosial, yang hanyalah sarana. Tentu sarana- sarana juga penting, dan tidak dapat ditinggalkan begitu saja, namun yang pokok ialah sikap pelayanan itu sendiri.
d.  Kerendahan hati
Dalam pelayanan, Gereja (kita) harus tetap bersikap rendah hati. Gereja tidak boleh berbangga diri, tetapi tetap melihat dirinya sebagai “hamba yang tak berguna” (Luk 17: 10)

Bentuk-Bentuk Pelayanan Gereja
Pelayanan Gereja dapat bersifat ke dalam, tetapi juga ke luar. Pelayanan ke dalam adalah pelayanan untuk membangun jemaat. Pelayanan ini pada dasarnya dipercayakan kepada hierarki, namun awam pun diharapkan berpartisipasi di dalamnya, misalnya dengan melibatkan diri dalam kepengurusan Dewan Keuskupan, Dewan Paroki, Pengurus Wilayah/ Lingkungan, menjadi putra altar, anggota paduan suara, dsb.
Pelayanan ke luar yang lebih difokuskan adalah pelayanan demi kepentingan masyarakat luas. Bentuk-bentuk pelayanan Gereja Katolik Indonesia untuk masyarakat luas antara lain; Pelayanan di bidang kebudayaan dan pendidikan, bidang kesejahteraan, sosial, politik dan hukum.

E.     Gereja yang membangun persekutuan (Koinonia).
Gereja bukan sekadar organisasi saja, namun merupakan kumpulan anggota Umat Allah yang hidup bersekutu, bersatu dalam nama Tuhan. Maka apa beda Perusahaan (Organisasi) dan Gereja? Dalam suatu organisasi kalau salah satu departemennya “mogok” paling-paling yang mogok itu di PHK, kemudian manajemen mencari orang lain menggantikan. Tetapi di dalam Gereja kalau ada salah satu anggotanya mogok, kita akan usahakan supaya dia kembali. Kita akan berusaha memahami kesulitannya, kita akan mendoakan dia, kita akan menolong dia, kita akan membesuk dia, kita akan turut simpati keadaannya. Sinkat kata, kita dalam semangat kebersamaan berusaha menolong anggota Gereja yang mengalami kesulitan atau kesusahan karena kita adalah satu kesatuan keluarga Allah (Gereja).

Kisah Para Rasul 4:32-37 (Jemaat Perdana)
32 Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.
33 Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. 34 Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa
35 dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.
36 Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus.
37 Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul

Gambaran tentang persekutuan umat atau komunitas basis model jemaat perdana (Kis 4:32-37) dapat menjadi model atau cermin bagi kita untuk membangun persekutuan umat atau Komunitas Basis. Model Komunitas Umat perdana itu tidak dimaksudkan hanya untuk kelompok kecil umat saja, tetapi sesungguhnya model hidup (gaya hidup) Jemaat Perdana itu juga merupakan patron dan acuan untuk model atau cara hidup Gereja (umat beriman) sepanjang waktu, partikular maupun universal. Artinya bahwa cara hidup jemat perdana itu juga tetap merupakan cita-cita yang terus-menerus diupayakan, diperjuangkan dan diwujudkan oleh umat beriman sepanjang waktu.
Ciri-ciri utama cara hidup jemaat perdana itu nampak sangat menonjol dalam lima hal yaitu adanya:
1) Persaudaraan/persekutuan
2) Mendengarkan Sabda/pengajaran
3) Pelayanan terhadap sesama/solidaritas
4) Perayaan iman/pemecahan roti/doa
5) Memberi kesaksian iman (tentang Tuhan) melalui cara hidup mereka.
Karena cara hidup mereka itu, mereka disukai semua orang, jumlah mereka makin lama makin bertambah dan mereka sangat dihormati orang banyak.
Perlu dipahami bahwa cara hidup berkomunitas seperti yang mereka miliki itu muncul karena tuntutan situasi dan lingkungan yang mengharuskan mereka untuk menemukan cara baru sebagai orang-orang yang telah dibaptis, yang percaya kepada Tuhan. Bisa dimengerti pada waktu itu, sekitar awal-awal abad pertama mereka masih merupakan kelompok kecil di tengah kelompok (lingkungan) lain yang jauh lebih besar, bahkan mungkin mengancam mereka juga. Sebagai kelompok kecil, yang baru memiliki identitas sendiri sebagai orang beriman, yang berbeda dari orang-orang lain di sekitar mereka, mau tidak mau mereka harus bersekutu, bersaudara, saling memperhatikan, saling membantu dan harus memberikan kesaksian bahwa mereka adalah orang-orang yang baik (sebagai orang yang percaya), agar mereka dapat diterima dan dihargai oleh orang-orang lain yang di sekitar mereka. Itu semua mereka lakukan demi iman mereka akan Tuhan Yesus. Iman mereka menjadi penggerak utama dan sekaligus menjadi sumber kekuatan bagi mereka, untuk melakukan apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri dan juga bagi orang lain di sekitar mereka.