Selasa, 15 Mei 2018

Rangkuman Materi Bab V Kelas XI: Gereja dan Dunia


RANGKUMAN MATERI BAB V
Gereja dan Dunia

Gereja dan dunia manusia merupakan realitas yang sama, seperti mata uang yang ada dua sisinya. Berbicara tentang Gereja berarti bicara tentang dunia manusia. Bagi orang Kristen berbicara tentang dunia manusia berarti berbicara tentang dunia manusia sebagai umat Allah yang sedang berziarah di dunia ini.

A.    Permasalahan yang Dihadapi Dunia
Persoalan dunia, dapat kita petakan lewat beberapa peristiwa yang dihadapi, yang dapat menjadi gambaran bagaimana persoalan dunia itu sebenarnya.
1.      Perang
Dewasa ini masih banyak kawasan yang dilanda peperangan, tidak ketinggalan Indonesia, masih sering terjadi bentrokan, perang suku, perang antar kelompok. Yang menjadi pemicunya seringkali ambisi kekuasaan, ada kecenderungan hasrat manusia ingin berkuasa dan menguasai manusia yang lain, yang tentunya hal ini menjadi permasalahan serius, karena manusia tidak lagi menyadari bahwa Tuhan menciptakan manusia untuk hidup bersama dalam kebersamaan, kedamaian, saling melengkapi dan menyempurnakan satu sama lain.
Perang saudara atau perang antar negara, tidak pernah membawa keuntungan apapun bagi kedua belah pihak. Ada peribahasa mengatakan menang jadi arang, kalah jadi debu. Artinya kedua belah pihak sama-sama rugi dalam segala hal, jasmani dan rohani. Maka hidup damai itu memang indah.
2.      Kemiskinan
Kemiskinan sering dipahami sebagai kondisi kehidupan manusia yang tidak layak atau tidak memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia, seperti sandang, pangan dan papan, namun sesungguhnya kemiskinan dapat juga dipahami secara sosial ekonomi, dan mental. oleh karena itu, kenyataan adanya kebodohan dan keterbelakangan sering juga dikategorikan sebagai kemiskinan. Penyebab kemiskinan tersebut dapat secara eksternal (struktural) ataupun personal (mental). Sistem kehidupan yang didasarkan pada prinsip kapitalisme akan menciptakan struktur masyarakat di mana yang kaya semakin kaya dan miskin semakin terpuruk. Akibatnya terjadi kesenjangan antara kaya dan miskin.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa ada kesenjangan pendapatan antara pendapatannegara-negara maju di Eropa dengan negara berkembang. Penyebabnya adalah akses terbatas warga negara berkembang terhadap teknologi baru dan lambatnya warga negara berkembang untuk mengadopsi berbagai inovasi. Hal tersebut menciptakan jurang kemiskinan yang sangat dalam antara negara-negara Barat dan negaranegara berkembang. Hal ini menciptakan ketidakadilan dalam relasi antar-negara.Karenanya Gereja Katolik merasa prihatin dan menyerukan keadilan sosial bagi umat manusia di dunia.
3.      Ketidakadilan Sosial
Salah satu tuntutan kodrat masunia adalah diperlakukan secara adil. Artinya setiap pribadi manusia mempunyai hak atas hidupnya yang perlu dihargai dan dihormati oleh orang lain. Banyak peristiwa yang diketegorikan sebagai ketidakadilan, misalnya perampasan yang seringkali mengatasnamakan kepentingan rakyat. Persoalan dasar ketidakadilan adalah bahwa manusia tidak menyadari status kesederajatannya di hadapan Sang Pencipta sehingga manusia sulit memandang sesamanya sebagai pribadi yang perlu dihormati dan dihargai.
4.      Kerusakan Lingkungan
Isu tetang pemanasan global, menyadarkan kita bahwa bumi ini sudah semakin tua dan tidak lagi menjadi tempat yang nyaman dan menjanjikan kesejahteraan hidup bagi manusia. Banyak bencana alam yang sudah terjadi, seperti banjir, tanah longsor, dll. Di samping perubahan ekosistem juga karena perbuatan manusia yang tidak bertanggungjawab, perilaku yang tidak menghargi lingkungan yang mengancam kelestarian alam.
Berikut ini faktor penyebab terjadinya pemanasan global:
Polusi Karbondioksida dari Pembangkit Listrik Bahan Bakar Fosil
Ketergantungan kita yang semakin meningkat pada listrik dari pembangkit listrikbahan bakar fosil membuat semakin meningkatnya pelepasan gas karbondioksida sisa pembakaran ke atmosfer. Kebutuhan ini akan terus meningkat setiap harinya. Sepertinya, usaha penggunaan energi alternatif selain fosil harus segera dilaksanakan. Tetapi, masih banyak dari kita yang enggan untuk melakukan ini.
Polusi Karbondioksida dari Pembakaran Bensin untuk Transportasi
Sumber polusi karbondioksida lainnya berasal dari mesin kendaraan bermotor. Apalagi, keadaan semakin diperparah oleh adanya fakta bahwa permintaan kendaraan bermotor setiap tahunnya terus meningkat seiring dengan populasi manusia yang juga tumbuh sangat pesat. Sayangnya, semua  peningkataan ini tidak diimbangi dengan usaha untuk mengurangi dampak.
Gas Metana dari Peternakan dan Pertanian.
Gas metana menempati urutan kedua setelah karbondioksida yang menjadi penyebab terjadinya efek rumah kaca. Gas metana dapat berasal dari bahan organik yang dipecah oleh bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen, misalnya dipersawahan. Proses ini juga dapat terjadi pada usus hewan ternak, dan dengan meningkatnya jumlah populasi ternak, mengakibatkan peningkatan produksi gas metana yang
dilepaskan ke atmosfer bumi.
Aktivitas Penebangan Pohon
Seringnya penggunaan kayu dari pohon sebagai bahan baku membuat jumlah pohon kita makin berkurang. Apalagi, hutan sebagai tempat pohon kita tumbuh semakin sempit akibat beralih fungsi menjadi lahan perkebunan seperti kelapa sawit. Padahal, fungsi hutan sangat penting sebagai paru-paru dunia dan dapat digunakan untuk mendaur ulang karbondioksida yang terlepas di atmosfer bumi.

Berikut ini akibat yang ditimbulkan oleh terjadinya pemanasan global:
Kenaikan Permukaan Air Laut Seluruh Dunia
Para ilmuwan memprediksi peningkatan tinggi air laut di seluruh dunia karena mencairnya dua lapisan es raksasa di Antartika dan Greenland. Banyak negara di seluruh dunia akan mengalami efek berbahaya dari kenaikan air laut ini. Inilah mungkin faktor penyebab tenggelamnya Ibu Kota Jakarta beberapa tahun mendatang sesuai dengan yang diprediksi ilmuwan.
Peningkatan Intensitas Terjadinya Badai
Tingkat terjadinya badai dan siklon semakin meningkat. Di dukung oleh bukti yang telah ditemukan oleh para ilmuwan bahwa pemanasan global secara signifkan akan menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur udara dan lautan. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan kecepatan angin yang dapat memicu terjadinya badai kuat.
Menurunnya Produksi Pertanian Akibat Gagal Panen
Diyakini bahwa, milyaran penduduk di seluruh dunia akan mengalami bencana kelaparan karena faktor menurunnya produksi pangan pertanian akibat kegagalan panen. Ini disebabkan oleh pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan iklim yang kurang kondusif bagi tanaman pangan.
Makhluk hidup terancam kepunahan
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di Nature, pada tahun 2050 mendatang, peningkatan suhu dapat menyebabkan terjadinya kepunahan jutaan spesies. Artinya, di tahun-tahun mendatang keragaman spesies bumi akan jauh berkurang. Namun, semoga saja tidak termasuk di dalamnya spesies manusia

5.      Perkembangan IPTEK
Di samping persoalan-persoalan di atas, yang juga perlu disadari adalam perkembangan dunia yang begitu pesat terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Kemajuan dan perkembanan ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya juga menpunyai dampak positif bagi kehidupan manusia dan dampak negatif.


B.     Hubungan Gereja dan Dunia
Melihat permasalahan dunia yang terjadi, Gereja sebagai persekutuan umat beriman dan bagian dari dunia, tentunya tidak akan tinggal diam saja. Sikap dasar Gereja dalam hubungannya dengan dunia bermula dari suatu pemikiran Paus Yohanes XXIII yang melahirkan Konsili Vatikan II, yang menghasilkan dokumen-dokumen penting yang mewarnai tonggak sejarah Gereja dalam kehidupannya di dunia. Salah satu dokumen yang dihasilkan oleh Konsili Vatikan II adalah Gaudium et Spes (kegembiraan dan harapan). Dengan Konsili Vatikan II, Gereja membuka dirinya terhadap dunia luar.
Lewat Konsili Vatikan II, Gereja sungguh telah memperbaharui diri dalam hubungannya dengan dunia.
Menyangkut hubungan antara gereja dan dunia dapat diangkat satu dua hal berikut ini :
a. Gereja setelah Konsili Vatikan II (Gereja postkonsilier) melihat dirinya sebagai “ Sakramen Keselamatan” bagi dunia. Artinya, Gereja menjadi terang, garam, dan ragi bagi dunia. Dunia menjadi tempat atau lading. Dimana Gereja berbakti. Dunia tidak dihina dan dijauhi, tetapi didatangi dan ditawari keselamatan.
b. Gereja dijadikan Mitra Dialog. Gereja dapat menawarkan nilai-nilai injili dan dunia dapat mengembangkan kebudayaannya, adapt istiadat, alam pikiran, ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga Gereja dapat lebih efektif menjalankan misinya di dunia.
c.  Gereja tetap menghormati otonomi dunia dengan sifatya yang sekuler, karena didalamnya terkandung nilai-nilai yang dapat mensejahterakan manusia dan membangun sendi-sendi Kerajaan Allah.

C.      Ajaran Sosial Gereja
       Sejak perkembangan industri modern, massa buruh berjubel ke kota-kota besar tanpa jaminan masa depan. Maka timbullah berbagai masalah sosial baru yang berat anatara lain upah yang adil, kepastian tempat kerja, hak mogok, yang pada dasarnya mempertanyakan juga adil tidaknya struktur masyarakat itu sendiri.
 Supaya tidak tertinggal dari gerakan komunisme yang memperjuangkan nasibkaum buruh, ada imam-imam yang mulai melibatkan diri dalam pastoral kaum seperti imam muda dalam kisah di atas. Kemudian, para Paus pun mulai mengeluarkan ensiklik-ensiklik yang memuat ajaran sosial Gereja.
1.  Arti dan Makna Ajaran Sosial Gereja
Ajaran sosial gereja adalah ajaran gereja mengenai hak dan kewajiban berbagai anggota masyarakat dalam hubungannya dengan kebaikan bersama dalam lingkup nasional maupun internasional.
Ajaran sosial Gereja merupakan tanggapan Gereja terhadap fenomena atau persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat manusia dalam bentuk himbauan, kritik dan dukungan. Dengan kata lain, ajaran sosial Gereja merupakan bentuk keprihatinan Gereja terhadapa dunia dan umat manusia dalam wujud dokumen yang perlu disosialisasikan.

a.      Ajaran Sosial gereja dari Rerum Novarum sampai dengan Konsili Vatikan II
 Ajaran sosial Gereja dalam dunia modern berawal dari tahun 1981, ketika Paus Leo XIII mengeluarkan ensiklik Rerum Novarum (Hal-Hal Baru). Dalam ensiklik itu Paus dengan tegas menentang kondisi-kondisi yang tidak manusiawi yang menjadi situasi buruk bagi kaum buruh dalam masyarakat industri. Paus mengatakan 3 faktor kunci yang mendasari kehidupan ekonomi, yaitu buruh, modal, dan Negara.
Pada tahun 1931, pada peringatan Ke-40 tahun Rerum Novarum, Paus Pius XI menulis ensiklik Quadragesimo Anno (Tahun Keempat Puluh). Dalam ensiklik itu, Paus Pius XI masalah-masalah ketidakadilan sosial dan mengajak semua pihak untuk mengatur kembali tatanan sosial berdasarkan apa yang telah ditunjukkan oleh Paus Leo XIII dalam Rerum Novarum. Paus Pius XI menegaskan kembali hak dan kewajiban Gereja dalam menanggapi masalah-masalah sosial, mengamcam kapitalisme dan persaingan bebas serta komunisme yang menganjurkan pertentangan kelas dan pendewaan kepemimpinan kediktatoran kelas buruh.
Tiga puluh tahun kemudian, Paus Yohanes XXIII menulis dua ensiklik untuk menanggapi masalah-masalah pokok zamannya, yaitu Mater et Magistra (Ibu dan Pengajaran) pada tahun 1961 dan Pacem in Terris (Damai di Bumi) pada tahun 1963. Dalam dua ensiklik ini, Paus Yohanes XXIII menyampaikan sejumlah petunjuk bagi umat Kristiani dan para pengambil kebijakan dalam menanggapi kesenjangan di antara bangsa-bangsa yang kaya dan miskin, dan ancaman terhadap perdamaian dunia..
b.     Ajaran sosial Gereja sesudah Konsili Vatikan II  
Ketika Paus Yohanes XXIII mengadakan Konsili Vatikan II dalam bulan oktober 1962, dia membuka jendela Gereja agar masuk udara segar dunia modern. Konsili ekumenis yang ke-21 inilah yang pertama kali merefleksikan Gereja yang sungguh-sungguh mendunia. Hakikat Gereja dalam dunia modern ini termuat dalam Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes (Kegembiraan dan Harapan). Dalam Gaudium et spes ini, para bapa konsili meneguhkan bahwa perutusan khas religius Gereja memberinya tugas, terang dan kekuatan yang dapat membantu pembentukan dan pemantapan masyarakat manusia menurut hukum Ilahi. Keadaan, waktu, dan tempat menuntut tanggungjawab Gereja dan bahkan memulai kegiatan sosial demi semua orang.
Dalam Dokumen Populorum Progresssio (kemajuan Bangsa-Bangsa) pada tahun 1967, Paus Paulus VI menanggapi jeritan kemiskinan dan kelaparan dunia, menunjukkan adanya ketidakadilan structural. Ia menghimbau Negara-negara kaya maupun miskin agar bekerja sama dalam semangat solidaritas untuk membangun “tata keadilan dan membaharui tata dunia”.
 Dokumen berupa surat apostolic Octogesima Adveniens (tahun kedelapanpuluh) yang ditulis oleh Paus Paulus VI tahun 1971 untuk merayakan 80 tahun dokumen Rerum Novarum. Dalam surat ini ditengahkan bahwa kesulitan menciptakan tatanan baru melekat dalam proses pembangunan tatanan itu sendiri. Paus Paulus VI sekaligus menegaskan peranan jemaat-jemaat Kristiani dalam mengemban tanggung jawab baru ini.
Pada tahun 1981, Paus Yohanes Paulus II, mengeluarkan ensiklik yang berjudul Laborem Excercens (Kerja Manusia). Ensiklik ini membahas makna kerja manusia. Manusia dengan bekerja mengembangkan karya Allah dan memberi sumbangan bagi terwujudnya rencana penyelamatan Allah dalam sejarah. Tenaga kerja harus lebih diutamakan daripada modal dan teknologi.
Dalam ensiklik Sollicitudo Rei Socialis (Keprihatinan Sosial) (1987), Paus Yohanes Paulus II mengangkat kembali tentang pembangunan yang mengeksploitasi orang-orang kecil. Beliau berbicara tentang struktur-struktur dosa yang membelenggu masyarakat. Dalam ensiklik Centesimus Annus (Tahun keseratus) (1991), Paus Yohanes Paulus II mengungkapkan bahwa Gereja hendaknya terus belajar untuk bergumul dengan soal-soal sosial.
Pada tahun 2009 Paus Benediktus XVI menulis ensiklik berjudul Caritas in Veritate (kasih dalam kebenaran). Ensiklik ini berbicara tentang perkembangan integral manusia dalam kasih dan kebenaran. Ajaran sosial Gereja bukanlah sebuah hak prerogatif dari satu komponen tertentu dalam lembaga gerejawi melainkan dari keseluruhan jemaat. Ajaran sosial Gereja adalah bentuk ungkapan dari cara Gereja memahami masyarakat serta posisinya sendiri berkenaan dengan berbagai struktur serta perubahan sosial.
Pada tahun 2015, Paus Fransiskus dalam ensikliknya berjudul Laudato Si’ mengungkapkan sebuah keprihatinan bahwa bumi ini makin rusak. Ada gejala pemanasan global yang mengacaukan keselarasan hidup manusia dan bumi. Ada kehancuran lingkungan yang mengakibatkan berbagai penderitaan. Terkait dengan semua itu, Paus menyebut keserakahan manusia sebagai salah satu sumber dari berbagai bencana itu. Salah satu hal yang disebut Paus sebagai wujud keserakahan adalah “budaya mudah membuang” yang menjadi ciri orang jaman ini. Paus dalam ensikliknya juga menegaskan agar kita melakukan pertobatan, terutama dari keserakahan kita. Lebih jauh, supaya bumi ini tetap terjaga dan tetap bisa menyediakan makanan untuk semua yang hidup di atasnya, kita perlu menjaganya, tidak mengotori atau merusaknya. Paus memberikan pesan yang sangat jelas agar kita ikut memelihara bumi sebagai rumah bersama. Dalam kaitan dengan makanan yang disediakan bumi, “rumah” lebih tepat disebut “rahim”. Tidak bisa tidak, demi kelangsungan hidup, rahim itu perlu sungguh dijaga bersama. Hal itu bisa dibuat dengan melakukan gerakan-gerakan kecil sebagaimana yang disebut oleh Paus seperti menghemat air dan sumber daya alam, mengurangi pemakaian plastik, menanam pohon, makan secukupnya, belanja sewajarnya, tidak ikut arus “budaya mudah membuang”.

CATATAN: UNTUK RANGKUMAN BAB VI SILAHKAN LIHAT PADA ENTRI BULAN MEI TAHUN 2017.  SELAMAT BELAJAR, TUHAN MEMBERKATI!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar