Selasa, 15 Mei 2018

Rangkuman Materi Bab IV Kelas XI : Tugas-Tugas Gereja

BAB IV TUGAS-TUGAS GEREJA

Pada bagian Bab I kita sudah mempelajari mengenai pengertian dan makna Gereja sebagai Umat Allah dan Persekutuan yang terbuka. Pada bagian ini kita akan mendalami mengenai tugas-tugas pokok gereja yaitu: menguduskan (Liturgia), mengembangkan pewartaan Kabar Gembira (Kerygma), menghadirkan dan membangun persekutuan (Koinonia), memajukan karya cinta kasih/pelayanan (Diakonia) dan memberi kesaksian sebagai murid-murid Tuhan Yesus Kristus (Martyria).

A.    Gereja yang Menguduskan (Liturgia),
Ø  Perayaan liturgi sebagai upaya kita (Gereja) untuk menguduskan dunia. Karenanya kita semua perlu memahami bahwa tidak ada keterpisahan antara hidup dan ibadat di dalam umat. Pengertian mengenai hidup sebagai persembahan dalam Roh dapat memperkaya perayaan Ekaristi yang mengajak seluruh umat, membiarkan diri diikutsertakan dalam penyerahan Kristus kepada Bapa. Dalam pengertian ini, perayaan Ekaristi sungguh-sungguh merupakan sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani. Liturgi merupakan  perayaan iman. Perayaan iman tersebut merupakan pengungkapan iman Gereja, di mana orang yang ikut dalam perayaan iman mengambil bagian dalam misteri yang dirayakan. Tentu saja bukan hanya dengan partisipasi lahiriah, tetapi yang pokok adalah hati yang ikut menghayati apa yang diungkapkan dalam doa. Maka sebenarnya Doa merupakan Sarana Pengudusan dalam Gereja. Kekhasan doa Gereja ini merupakan sifat resminya, sebab justru karena itu Kristus bersatu dengan umat yang berdoa. Dengan bentuk yang resmi, doa umat menjadi doa seluruh Gereja sebagai mempelai Kristus, berdoa bersama Kristus, Sang Penyelamat, sekaligus tetap merupakan doa pribadi setiap anggota jemaat.
Ø  Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas Gereja untuk menguduskan umatnya dan umat manusia. Tugas ini disebut tugas imamiah Gereja. Kristus Tuhan, Imam Agung, yang dipilih dari antara manusia menjadikan umat baru, “kerajaan Imam-Imam bagi Allah dan Bapa-Nya” (Why 1: 6: bdk. 5: 9-10). Mereka yang dibaptis dan diurapi Roh Kudus disucikan menjadi kediaman rohani dan imamat suci untuk (sebagai orang kristiani dengan segala perbuatan mereka) mempersembahkan korban rohani dan untuk mewartakan daya kekuatan-Nya! Oleh sebab itu, Gereja bertekun dalam doa, memuji Allah, dan mempersembahkan diri sebagai korban yang hidup, suci, berkenan kepada Allah. Gereja memiliki imamat umum dan imamat jabatan dengan cara khasnya masing-masing mengambil bagian dalam satu imamat Kristus.
Ø  Arti doa; Doa berarti berbicara dengan Tuhan secara pribadi; doa juga merupakan ungkapan iman
secara pribadi dan bersama-sama. Oleh sebab itu, doa-doa Kristiani biasanya berakar dari kehidupan nyata. Doa selalu merupakan dialog yang bersifat pribadi antara manusia dan Tuhan dalam hidup yang nyata ini. Dalam dialog tersebut, kita dituntut untuk lebih mendengar daripada berbicara, sebab firman Tuhan akan selalu menjadi pedoman yang menyelamatkan. Bagi umat Kristiani, dialog ini terjadi di dalam Yesus Kristus, sebab Dialah satu-satunya jalan dan perantara kita dalam berkomunikasi dengan Allah. Perantara ini tidak mengurangi sifat dialog antar-pribadi dengan Allah.
Ø  Fungsi doa; Peranan dan fungsi doa bagi orang Kristiani, antara lain: meng-komunikasikan diri kita kepada Allah; mempersatukan diri kita dengan Tuhan; mengungkapkan cinta, kepercayaan, dan harapan kita kepada Tuhan; membuat diri kita melihat dimensi baru dari hidup dan karya kita, sehingga menyebabkan kita melihat hidup, perjuangan dan karya kita dengan mata iman; mengangkat setiap karya kita menjadi karya yang bersifat apostolis atau merasul.
Ø  Syarat dan cara doa yang baik; didoakan dengan hati; berakar dan bertolak dari pengalaman hidup; diucapkan dengan rendah hati.
Ø  Arti dan Makna Sakramen;
Sakramen berasal dari kata     ‘mysterion’       (Yunani), yang dijabarkan dengan kata ‘mysterium’dan dalam bahasa Latin disebut ‘sacramentum’. Sacramentum dipakai untuk menjelaskan tanda yang kelihatan dari kenyataan keselamatan yang tak kelihatan yang disebut sebagai           ‘mysterium‘. Singkat kata, Sakramen yaitu hal-hal yang berkaitan dengan yang kudus atau yang ilahi. Sakramen juga berarti tanda keselamatan Allah yang diberikan kepada Manusia ”Untuk mengkuduskan manusia, membangun Tubuh Kristus dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada Allah”(SC 59). Sakramen biasanya diungkapkan dengan kata-kata dan tindakan. Maka sakramen dalam Gereja Katolik mengandung dua unsur hakiki yaitu :
Forma artinya kata-kata yang menjelaskan peristiwa ilahi
Materia artinya barang atau tindakan tertentu yang kelihatan
Pembagian Sakramen-Sakramen Gereja
Sakramen-Sakramen dibagi menjadi:  Sakramen inisiasi Kristen; Sakramen Pembaptisan, Penguatan, danEkaristi Kudus. Sakramen-Sakramen Penyembuhan; Tobat dan Pengurapan Orang Sakit dan  Sakramen-Sakramen pelayanan pesersekutuan dan perutusan yaitu Sakramen Penahbisan dan Perkawinan (lihat Kompendium KGK 250 - KGK 1210-1211).
Sakramen-Sakramen inisiasi Kristen; Inisisasi atau bergabung menjadi orang Kristen dilaksanakan melalui Sakramen-Sakramen yang memberikan dasar hidup kristen. Orang beriman, yang dilahirkan kembali menjadi manusia baru dalam Sakramen Pembaptisan, dikuatkan dengan Sakramen Penguatan dan diberi makanan dengan Sakramen Ekaristi (lihat Kompendium KGK 251).
Sakramen-Sakramen Penyembuhan; Kristus Sang Penyembuh jiwa dan badan kita, menetapkan sakramen ini karena kehidupan baru yang Dia berikan kepada kita dalam Sakramen-Sakramen inisiasi Kristiani dapat melemah, bahkan hilang karena dosa. Karena itu, Kristus menghendaki agar Gereja melanjutkan karya penyembuhan dan penyelamatan-Nya melalui Sakramen ini; Tobat dan Pengurapan Orang Sakit (lihat kompendium KGK 295 – KGK 1420-1421. 1426).
Sakramen-Sakramen pelayanan pesersekutuan dan perutusan; Dua Sakramen, Sakramen Penahbisan dan Perkawinan memberikan rahmat khusus untuk perutusan tertentu dalam Gereja untuk melayani dan membangun umat Allah. Sakramen-Sakramen ini memberikan sumbangan dengan cara yang khusus pada persekutuan gerejawi dan penyelamatan orang-orang lain.

SOAL LATIHAN
1.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah Sakramen!
2.      Sebutkan dan jelaskan dua unsur hakiki dalam Sakramen!
3.      Jelaskan dan sebutkan apa saja yang termasuk dalam Sakramen Inisiasi, Sakramen Penyembuhan dan Sakramen Persekutuan!
4.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan sakramen Penguatan!
5.      Apa tujuan dari sakramen pengurapan orang sakit?
6.      Jelaskan Pengertian mengenai Sakramentali
7.      Jelaskan pengertian Devosi dan apa saja yang termasuk devosi!

B.     Gereja yang Mewartakan Kabar Gembira (Kerygma)
Kita (Gereja) pasti telah mendengar dan membaca frman Tuhan Yesus,“Pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28,19-20). Lebih jelas lagi dalam Markus 16, 15-16: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum”. Firman ini tidak hanya berlaku pada zaman para rasul saja, tetapi juga bagi kita semua pengikut Kristus Yesus pada zaman modern ini, bahwa kita wajib untuk mewartakan injil, tentu saja dengan cara yang berbeda-beda.

Dalam mewartakan sabda Allah, kita dapat mewartakannya secara verbal melalui kata-kata (kerygma), tetapi juga dengan tindakan (martyria). Pola pewartaan itu adalah:
Pewartaan verbal (kerygma)
Pewartaan verbal pada dasarnya merupakan tugas hierarki, tetapi para awam diharapkan untuk berpartisipasi dalam tugas ini, misalnya sebagai katekis, guru agama, fasilitator pendalaman Kitab Suci, dsb. Bentuk-bentuk pewartaan masa kini, antar lain:
- Kotbah atau Homili: Kotbah adalah pewartaan tematis. Homili adalah pewartaan yang berdasarkan suatu perikope Kitab Suci. Kedua-duanya merupakan pewartaan dari mimbar. Kotbah dan homili yang baik harus menyapa manusia. Walaupun secara lahiriah terjadi komunikasi satu arah, tetapi kotbah yang baik harus dapat menciptakan komunikasi dua arah secara batiniah.
- Pelajaran agama: Dalam pelajaran agama diharapkan para guru agama mendampingi para siswa untuk menemukan makna hidupnya dalam terang Kitab Suci dan ajaran Gereja. Pelajaran agama adalah proses pergumulan hidup nyata dalam terang iman.
- Katekese Umat: Katekese umat adalah kegiatan suatu kelompok umat, dimana mereka aktif  berkomunikasi untuk menafsirkan hidup nyata dalam terang Injil, yang diharapkan berkelanjutan dengan aksi nyata, sehingga dapat membawa perubahan dalam masyarakat ke arah yang lebih baik
-
Pendalaman Kitab Suci, dsb. Pendalaman Kitab Suci dapat dilakukan dalam keluarga, kelompok, atau pada kesempatan-kesempatam khusus seperti pada masa Prapaskah (APP), masa Adven, dan pada bulan Kitab Suci (September).

C.    Gereja yang Bersaksi (Martyria)
Setiap orang yang mengaku Yesus sebagai Juruselamatnya, maka panggilan untuknya adalah menjadi saksi. Setiap orang percaya harus mengetahui tugas ini. Namun tidak jarang kita temukan masih banyak orang Katolik yang masih takut bersaksi. Mengapa takut bersaksi? Apabila kita pergi ke pengadilan, jika ada seorang saksi yang takut bersaksi maka kemungkinan besar bahwa kesaksiannya itu bohong atau tidak benar. Kemungkinan lain adalah saksi tersebut sedang diintimidasi, ditekan, diancam dan sebagainya, sehingga ia takut. Namun bagi kita orang Kristiani, kita harus berani bersaksi tentang Kritus sebagai Tuhan dan juruselamat kita.
Injil pertama-tama diwartakan dengan kesaksian, yakni diwartakan dengan, katakata, tingkah laku dan perbuatan. Gereja juga mewartakan Injil kepada dunia dengan kesaksian hidupnya yang setia kepada Tuhan Yesus. Para murid Yesus dipanggil supaya mereka menjadi saksi-Nya mulai dari Yerusalem yang kemudian berkembang ke seluruh Yudea dan Samaria, bahkan sampai ke ujung bumi (bdk. Kis 1:8). Menjadi saksi Yesus Kristus pun ada konsekuensinya, mulai dari penolakan hingga tindakan kekerasan. Stefanus adalah orang pertama yang mengalami penyesahan dan kemudian diakhiri hidupnya oleh kaum Yahudi secara mengenaskan(bdk. Kis 7:51-8:1a)
Menjadi saksi Kristus ternyata dapat menuai banyak risiko. Yesus telah berkata: “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah (Yoh 16: 2). Yesus sendiri telah menjadi martir. Ia menderita dan wafat disalib demi Kerajaan Allah. Dalam sejarah, kita juga tahu bahwa banyak orang telah bersedia menumpahkan darahnya demi imannya akan Kristus dan ajaran-Nya. Mereka itulah para martir. Mereka mati demi imannya kepada Kristus. Ada yang bersedia mati daripada harus mengkhianati imannya akan Kristus. Ada pula martir yang mati karena memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi orang-orang yang tertindas.
Salah satu contohnya adalah Uskup Agung Oscar Romero. Kesaksian hidup dari almarhum Uskup Agung Oscar Romero adalah melalui khotbah-khotbahnya yang menyuarakan dukungan pada kaum miskin dan kaum tertindas pada zaman modern seperti sekarang ini. Hidupnya yang penuh pengabdian kepada umat dan masyarakatnya, khususnya kepada masyarakat kecil yang miskin dan tertindas. ia tidak segan-segan memperingatkan para penguasa negerinya (El Salvador) yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat kecil yang tidak berdaya sehingga para penguasa negerinya tidak senang. Pada tanggal 24 Maret 1980 ia ditembak oleh penembak sewaan. Ia mati saat merayakan Ekaristi dan sedang mengucapkan kata-kata konsekrasi “Inilah tubuh-Ku, yang dikorbankan bagi kamu, dan inilah darah-Ku yang ditumpahkan bagimu.”

D.    Gereja yang Melayani (Diakonia)
Gereja (Umat Allah) dipanggil untuk melayani manusia, seluruh umat manusia. “Melayani” adalah kata penting dalam ajaran Yesus. Pada Malam Perjamuan Terakhir, Yesus membasuh kaki para murid-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa para pengikut Yesus harus merendahkan diri dan rela menjadi pelayan bagi sesamanya. Jika orang ingin menjadi terkemuka, ia harus rela menjadi pelayan. Yesus sendiri menegaskan: “Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” (Mrk 10: 45).  Itulah  sikap  yang  diharapkan  oleh  Yesus  terhadap murid-murid-Nya.Gereja mempunyai tanggung jawab untuk melayani manusia. Dasar pengabdian Gereja adalah imannya akan Kristus. Barangsiapa menyatakan diri murid Kristus, “ia wajib hidup seperti Kristus” (1Yoh 2: 6). Kristus yang “mengambil rupa seorang hamba” (Flp 2: 7) tidak ada artinya jika murid-murid-Nya mengambil rupa seorang penguasa. Melayani berarti mengikuti jejak Kristus.
Dasar pelayanan dalam Gereja adalah semangat pelayanan Kristus sendiri. Barangsiapa menyatakan diri murid, “ia wajib hidup sama seperti hidup Kristus (1Yoh 2: 6). Yesus yang “mengambil rupa seorang hamba” (Flp 2: 7) tidak ada artinya jika para murid-Nya mengambil rupa para penguasa. Pelayanan berarti mengikuti jejak Yesus. Perwujudan iman Kristiani adalah pelayanan. Yesus bersabda: “Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan” (Luk 17: 10).

Ciri-ciri Pelayanan Gereja:
a.  Bersikap sebagai pelayan
Yesus menyuruh para murid-Nya selalu bersikap sebagai “yang paling rendah dari semua dan sebagai pelayan dari semua” (Mrk 9: 35). Yesus sendiri memberi teladan dan menerangkan bahwa demikianlah kehendak Bapa. Menjadi pelayanan adalah sikap iman yang radikal.
b.  Kesetiaan kepada Kristus sebagai Tuhan dan Guru
Ciri religius pelayanan Gereja ialah menimba kekuatannya dari sari teladan Yesus Kristus
c.  Orientasi pelayanan Gereja terutama ditunjukkan kepada kaum miskin
Dalam usaha pelayanan kepada kaum miskin janganlah mereka menjadi obyek belas kasihan. Pelayanan berarti kerja sama, di dalamnya semua orang merupakan subyek yang ikut bertanggung jawab. Yang pokok adalah harkat, martabat, harga diri, bukan kemajuan dan bantuan spiritual ataupun sosial, yang hanyalah sarana. Tentu sarana- sarana juga penting, dan tidak dapat ditinggalkan begitu saja, namun yang pokok ialah sikap pelayanan itu sendiri.
d.  Kerendahan hati
Dalam pelayanan, Gereja (kita) harus tetap bersikap rendah hati. Gereja tidak boleh berbangga diri, tetapi tetap melihat dirinya sebagai “hamba yang tak berguna” (Luk 17: 10)

Bentuk-Bentuk Pelayanan Gereja
Pelayanan Gereja dapat bersifat ke dalam, tetapi juga ke luar. Pelayanan ke dalam adalah pelayanan untuk membangun jemaat. Pelayanan ini pada dasarnya dipercayakan kepada hierarki, namun awam pun diharapkan berpartisipasi di dalamnya, misalnya dengan melibatkan diri dalam kepengurusan Dewan Keuskupan, Dewan Paroki, Pengurus Wilayah/ Lingkungan, menjadi putra altar, anggota paduan suara, dsb.
Pelayanan ke luar yang lebih difokuskan adalah pelayanan demi kepentingan masyarakat luas. Bentuk-bentuk pelayanan Gereja Katolik Indonesia untuk masyarakat luas antara lain; Pelayanan di bidang kebudayaan dan pendidikan, bidang kesejahteraan, sosial, politik dan hukum.

E.     Gereja yang membangun persekutuan (Koinonia).
Gereja bukan sekadar organisasi saja, namun merupakan kumpulan anggota Umat Allah yang hidup bersekutu, bersatu dalam nama Tuhan. Maka apa beda Perusahaan (Organisasi) dan Gereja? Dalam suatu organisasi kalau salah satu departemennya “mogok” paling-paling yang mogok itu di PHK, kemudian manajemen mencari orang lain menggantikan. Tetapi di dalam Gereja kalau ada salah satu anggotanya mogok, kita akan usahakan supaya dia kembali. Kita akan berusaha memahami kesulitannya, kita akan mendoakan dia, kita akan menolong dia, kita akan membesuk dia, kita akan turut simpati keadaannya. Sinkat kata, kita dalam semangat kebersamaan berusaha menolong anggota Gereja yang mengalami kesulitan atau kesusahan karena kita adalah satu kesatuan keluarga Allah (Gereja).

Kisah Para Rasul 4:32-37 (Jemaat Perdana)
32 Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.
33 Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. 34 Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa
35 dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.
36 Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus.
37 Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul

Gambaran tentang persekutuan umat atau komunitas basis model jemaat perdana (Kis 4:32-37) dapat menjadi model atau cermin bagi kita untuk membangun persekutuan umat atau Komunitas Basis. Model Komunitas Umat perdana itu tidak dimaksudkan hanya untuk kelompok kecil umat saja, tetapi sesungguhnya model hidup (gaya hidup) Jemaat Perdana itu juga merupakan patron dan acuan untuk model atau cara hidup Gereja (umat beriman) sepanjang waktu, partikular maupun universal. Artinya bahwa cara hidup jemat perdana itu juga tetap merupakan cita-cita yang terus-menerus diupayakan, diperjuangkan dan diwujudkan oleh umat beriman sepanjang waktu.
Ciri-ciri utama cara hidup jemaat perdana itu nampak sangat menonjol dalam lima hal yaitu adanya:
1) Persaudaraan/persekutuan
2) Mendengarkan Sabda/pengajaran
3) Pelayanan terhadap sesama/solidaritas
4) Perayaan iman/pemecahan roti/doa
5) Memberi kesaksian iman (tentang Tuhan) melalui cara hidup mereka.
Karena cara hidup mereka itu, mereka disukai semua orang, jumlah mereka makin lama makin bertambah dan mereka sangat dihormati orang banyak.
Perlu dipahami bahwa cara hidup berkomunitas seperti yang mereka miliki itu muncul karena tuntutan situasi dan lingkungan yang mengharuskan mereka untuk menemukan cara baru sebagai orang-orang yang telah dibaptis, yang percaya kepada Tuhan. Bisa dimengerti pada waktu itu, sekitar awal-awal abad pertama mereka masih merupakan kelompok kecil di tengah kelompok (lingkungan) lain yang jauh lebih besar, bahkan mungkin mengancam mereka juga. Sebagai kelompok kecil, yang baru memiliki identitas sendiri sebagai orang beriman, yang berbeda dari orang-orang lain di sekitar mereka, mau tidak mau mereka harus bersekutu, bersaudara, saling memperhatikan, saling membantu dan harus memberikan kesaksian bahwa mereka adalah orang-orang yang baik (sebagai orang yang percaya), agar mereka dapat diterima dan dihargai oleh orang-orang lain yang di sekitar mereka. Itu semua mereka lakukan demi iman mereka akan Tuhan Yesus. Iman mereka menjadi penggerak utama dan sekaligus menjadi sumber kekuatan bagi mereka, untuk melakukan apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri dan juga bagi orang lain di sekitar mereka.

1 komentar: