Rabu, 24 September 2014

Materi Pokok 3 Pendidikan Religiositas untuk SMA Kelas XII



Materi Pokok 3

BERKORBAN MEMBERI HIDUP


A.    Kompetensi Dasar
Memahami bahwa berkorban itu memberi hidup dan mendorong orang lain melakukan hal yang sama.

B.     Indikator Pencapaian Hasil Belajar
Pada akhir pembelajaran peserta didik-siswi dapat:
1.       Menjelaskan makna pengorbanan.
2.       Menjelaskan pengorbanan memberi hidup.
3.       Menjelaskan kedekatan dengan tokoh yang bersedia berkorban men­dorong orang untuk melakukan hal yang sama.
4.       Menjelaskan bahwa Tuhan menghendaki manusia berkorban demi kesejahteraan sesama.
5.       Merancang dan melaksanakan kegiatan pengumpulan buku dan majalah untuk diberikan ke perpustakaan sekolah atau kelurahan sebagai perwujudan sikap berkorban.
6.       Membuat laporan atas kegiatan.

C.    Landasan Pemikiran
Meluangkan waktu untuk kerja bakti, pertemuan RT/RW, menengok tetangga yang sakit, menyapa lebih dahulu orang yang membenci, dan sebagainya, rasanya sudah mulai luntur dalam kehidupan bermasyarakat. Yang lebih dominan adalah sikap dan semangat egoistis dan individualistis ini tidak hanya terjadi di kota besar tetapi sudah merambah di lingkungan pedesaan. Segala bentuk relasi antarmanusia mulai diukur dengan uang, sehingga jangan berharap mendapat pertolongan yang gratis sifatnya, jangan bermimpi ada orang lain mau berkorban.
Berkorban untuk hal-hal sepele saja sulit, apalagi mengorbankan jiwanya untuk orang lain. Mengapa orang sulit berkorban untuk orang lain? Karena orang mempunyai dan meyakini nilai-nilai hidupnya yang mengarah pada kesejahteraan dan kepentingan pribadi atau individual. Nilai-nilai pribadi atau individual ini tampak pada orang yang mementingkan materi, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kepentingan dan kepuasan diri sendiri. Berkorban itu sulit karena orang harus menentang, mengingkari, dan bahkan melepaskan nilai-nilai yang dianutnya. Sebaliknya, ada yang berpendapat bahwa pengorbanan memang diperlukan, karena orang itu mementingkan nilai-nilai kebersamaan atau sosial. Orang seperti ini merasa senang dan bahagia kalau sesamanya senang dan bahagia, bahkan kalau perlu orang ini mengorbankan diri demi, kebahagiaan orang lain. Yang menjadi masalah adalah sejauh mana dan dalam kondisi apa pengorbanan perlu dilakukan?
Sikap berkorban yang dilakukan ini tidak jarang dipengaruhi oleh orang lain, khususnya orang yang dekat dengan kita. Orang dapat berkorban karena melihat semangat pengorbanan orang lain, karya yang nyata bagi orang lain, kepekaan menangkap penderitaan orang lain, dan cara hidup orang lain. Dampak yang dapat dirasakan atas keberadaan orang ini adalah menjadi daya dorong dan inspirasi untuk berkorban bagi orang lain!
Ada dua macam pengorbanan yang dapat dilakukan orang. Pertama, pengorbanan yang bernilai horizontal, yaitu perbuatan yang dilakukan untuk keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan orang lain, tanpa pandang bulu, baik suku, agama, ras, golongan dan sebagainya. Misalnya pengorbanan orang tua untuk membesarkan anaknya, pengorbanan pahlawan bangsa demi kemerdekaan negaranya, pengorbanan peserta didik-siswi untuk mengerjakan tugas pada jam kosong, melaksanakan piket. Kedua, pengorbanan yang bernilai vertikal,  yaitu perbuatan untuk mengembangkan cinta ilahi, cinta Tuhan, dalam hidupnya sebagai orang beriman. Kedua nilai pengorbanan ini saling terkait. Orang dapat berkorban bagi sesama kalau orang mencintai Tuhan, sebaliknya orang berkorban demi Tuhan kalau orang mencintai sesamanya. Tampaklah bahwa pengorbanan selalu didasarkan pada cinta, sebagai anugerah Tuhan. Dengan demikian, hidup orang beriman tidak hanya berhenti pada kegiatan ritual keagamaannya, tetapi mengimplementasikan hubungan yang akrab dengan Tuhan itu kepada sesama, khususnya yang menderita.
Praktek pengorbanan yang ada di masyarakat diharapkan berpengaruh pada diri peserta didik-siswi. Barangkali selama ini, dalam kehidupannya sehari-hari, mereka kurang bertanggung jawab terhadap tugas, tidak mau melakukan tugas apalagi mengambil alih tugas temannya karena takut dicap sok suci dan cari muka. Mereka melakukan tugas hanya sebatas kalau ada guru, disuruh guru, dan ada penilaian.
Berikut ini disajikan beberapa pandangan dari berbagai agama dan kepercayaan tentang berkorban member! hidup. Anda juga dapat membaca sumber-sumber lain yang sesuai dengan tema untuk memperluas wawasan dan pengetahuan Anda.
1. Agama Islam
Pada hakikatnya, kesediaan berkorban bagi ke­pentingan orang lain adalah benih-benih kesufian dari dasar hati manusia yang paling bening. Apabila ini dipupuk dengan keiklasan akan terbentuk kepribadian yang melebihutamakan hak orang lain daripada hak diri sendiri dan melebihunggulkan kewajiban daripada balasan. Dan itulah sinyal-sinyal kehidupan sufah.
Melalui materi pokok ini, peserta didik-siswi diajak menyadari bahwa untuk men-capai hidup yang sejati dibutuhkan suatu pengorbanan. Kalau perlu pe­ngorbanan jiwa sehingga hidupnya akan lebih bermakna, dan orang lain dapat hidup sejahtera.

2. Agama Buddha
Pengorbanan dari dimensi Buddhis, didahului dengan mengambil gambaran Sang Buddha, Sidharta Gotama, yang rela meninggalkan keluarga dan istananya serta haknya untuk menjadi raja demi mencari jalan untuk membebaskan manusia dari penderitaan. Sang Budha adalah putra mahkota dan beristri cantik serta telah mempunyai anak yang manis dan lucu. Betapa berat meninggalkan mereka demi tujuan yang lebih tinggi, yaitu melepaskan manusia dari bermacam penderitaan. Jadilah Sang Budha membawa pencerahan bagi umat manusia.

3. Agama Hindu
Svami Vivekananda berkata, "Bahkan pahlawan atau orang yang telah mencapai ambang batas kebebasan terakhir, ia harus kembali lagi mengayunkan langkahnya membantu saudara-saudaranya yang jatuh atau yang tertinggal di belakang." Orang yang terbesar adalah ia yang mau melepaskan realisasi dirinya dalam rangka menolong orang lain merealisasikan dirinya. Apabila seorang manusia hanyut dalam kemewahan dunia tanpa pengetahuan akan kebenaran, maka ia kehilangan jejaknya. Pada sisi lain, apabila ia mengutuk dunia dan pergi ke hutan, menyiksa dirinya dan membunuh dirinya sendiri perlahan-lahan dengan puasa, membuat hatinya kering, membunuh perasaan-perasaannya, menjadi kasar, keras, dan kering, ia juga menghilangkan jalannya sendiri.

4. Agama Katolik
Mgr. Ignatius Suharyo (Uskup Keuskupan Agung Semarang) mengatakan korban adalah sesuatu yang melekat dalam diri setiap manusia yang rela untuk kehilangan, rela untuk kekurangan, dan rela untuk menunda kebahagiaan. Kesediaan untuk ber­korban dengan menunda kebahagiaan sempit untuk menggapai kebahagiaan yang lebih luas. Karena itu korban mempunyai dua makna, vertikal dan hori­zontal. Secara vertikal berkorban untuk Tuhan dan secara horizontal merelakan diri untuk kebahagiaan manusia seutuhnya. Dalam ajaran agama Katolik, korban berkaitan dengan salib. Melalui salib menuju kebangkitan. Tidak ada kebangkitan tanpa salib yang mempunyai makna dalam rangka proses kebangkitan dan penderitaan untuk kebahagiaan. Contoh teladan terhadap pengorbanan telah diperagakan Yesus yang memberikan diri seutuhnya, mengorbankan diri de-mi keselamatan umat manusia, dan yang kemudian ini menjadi inspirasi keimanan umat-Nya.

      5. Agama Kristen
Tuhan Yesus Kristus mengajarkan bahwa setiap orang yang mau mengikut Dia harus
1.      Menyangkal dirinya, artinya mengorbankan keakuannya luluh dalam tekad untuk sungguh- sungguh menaati Tuhan lebih dari segalanya;
2.      Memikul salibnya, artinya bersedia berkorban/ menanggung resiko dari segala bentuk ketaatannya kepada Tuhan;
3.      Mengikut Yesus, artinya bersedia mengikuti teladan Kristus dalam mewujudkan kasih-Nya melalui kesediaan diri untuk merendahkan diri dan berkorban bagi keselamatan banyak orang.
Siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Yesus dan karena Injil, ia akan menyelamatkan nyawanya.

Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan uraian yang jelas !

  1. Jelaskan makna pengorbanan!
  2. Jelaskan bahwa pengorbanan memberi hidup!
  3. Jelaskan bahwa kedekatan hubungan pribadi dengan orang yang bersedia berkorban
    memberi daya kehidupan!
  4. Jelaskan bahwa Tuhan menghendaki manusia berkorban untuk sesamanya!
  5. Menurut agama Islam  benih-benih kesufian menurut agama Islam !
  6. Tunjukkan buktinya bahwa Buddha membawa pencerahan bagi umat manusia !
  7. Sebutkan pengertian korban menurut Mgr. Ignatius Suharyo (Uskup Keuskupan Agung Semarang) !
  8. Sebutkan  3 hal utama syarat mengikuti Yesus menurut agama Kristen !
  9. Jelaskan pemahaman ”orang terbesar” menurut agama Hindu !

Selasa, 23 September 2014

Materi Pokok 2 Pendidikan Religiositas untuk SMA Kelas XII



Materi Pokok 2
IMAN MEMBARUI HIDUP PRIBADI



A.    Kompetensi Dasar
Memahami bahwa iman membarui hidup pribadi.
B.     Indikator Pencapaian Hasil Belajar
Pada akhir pembelajaran peserta didik dapat:
1.        Mengidentifikasi pengalaman gagal dan jatuh dalam hidup pribadi.
2.        Mengidentifikasi contoh usaha-usaha pembaruan hidup pribadi.
3.        Menjelaskan peranan iman dalam hidup.
4.        Menjelaskan bahwa kedekatan hubungan pribadi dengan Tuhan memberi daya atau kekuatan rohani untuk membarui hidup pribadi.
5.        Membuat kegiatan sebagai bentuk pembaharuan hidup demi masa depan
6.        Membuat laporan atas kegiatan.

C.    Landasan Pemikiran
Setiap orang menginginkan hidupnya selalu berhasil. Kenyataan yang terjadi adalah orang sering mengalami kegagalan dalam hidupnya, misalnya gagal dalam studi, cinta, kerja, usaha, mendidik anak, pergaulan, dan sebagainya. Peristiwa kegagalan sering dihayati sebagai peristiwa akhir dari segala-galanya, atau tidak ada harapan sama sekali. Akibatnya orang semakin jatuh ke dalam kegagalan itu sendiri dan tidak mau berusaha mengatasinya. Orang lebih memilih untuk lari dari kenyataan, dengan melakukan sesuatu yang dianggapnya mampu mengatasi persoalan tersebut, misalnya minum minuman keras, mengkonsumsi narkoba, berjudi, begadang, foya-foya, dan sebagainya. Bila hal ini tidak mampu mengatasi kegagalan hidupnya, orang menjadi frustasi, putus asa, dan akhirnya melakukan bunuh diri.
Sikap yang tepat ketika orang mengalami kegagalan adalah menyikapi kegagalan itu dengan bijaksana. Orang tidak larut dalam kegagalan, tetapi mau bangkit dan berusaha agar tidak mengalami kegagalan lagi. Orang seperti ini akan mengalami perubahan hidup pribadinya. Perubahan hidup itu dapat terjadi kalau orang memiliki lima sikap:
1.      EMPATI, yaitu kesanggupan untuk merasakan dan mengerti dengan tepat apa yang dialami dan dirasakan, serta mampu mengungkapkan pengertian itu dengan jelas.
2.      OTENTIK, yaitu sikap jujur dan terbuka untuk mengungkapkan apa yang sesungguhnya ada dalam dirinya. Tidak menutup-nutupi meski nyatanya jelek atau memalukan.
3.      RESPEK, yaitu sikap mau menerima diri apa adanya dengan penuh kasih, karena sadar bahwa dirinya tetap bernilai dan memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi lebih baik.
4.      KONFRONTASI, yaitu sikap mau mencari kekurangan dan kelemahan diri, serta menyadari sepenuhnya bahwa kekurangan dan kelemahan itu sebagai miliknya.
5.      PERWUJUDAN DIRI, yaitu sikap berjuang untuk mencapai realisasi diri
yang semakin penuh.
Sikap-sikap inilah yang menjadikan orang mau bangkit dan berusaha membarui diri dan hidupnya. Pembaruan ini dapat dilakukan dengan merefleksi keberhasilan dan kegagalan yang dialami, menerima kenyataan yang dialami, bertanya kepada teman atau sahabat, berdoa, dan sebagainya.
Tuhan menciptakan dunia dan manusia karena kebaikan-Nya, serta untuk membagikan kebaikan-Nya, tetapi orang selalu bertanya: mengapa saya susah? mengapa saya gagal? mengapa saya menderita? Di sini, orang ditantang untuk mengakui kebaikan Tuhan, meski mengalami keg'agalan dan penderitaan yang dapat menghancurkan hidupnya. Kegagalan dan penderitaan tidak perlu diterangkan, tetapi harus dihadapi baik secara pribadi maupun bersama de-ngan Tuhan. Harapannya bahwa orang dapat menerima hidup dan tetap menghargainya sebagai anugerah Tuhan. Sikap seperti ini sungguh meng-andaikan adanya iman akan Allah Pencipta. Dalam iman, orang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan sehingga menimbulkan harapan akan janji Tuhan yang diberikan kepadanya. Iman berarti jawaban atas panggilan Tuhan, penyerahan diri kepada Tuhan yang menjumpai orang secara pribadi. Dengan demikian, semakin beriman dan dekat dengan Tuhan, orang semakin tergerak untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya dengan bersikap jujur, selalu bersyukur, dapat menerima orang lain, menyadari kelemahan, mau berusaha ketika gagal, selalu berdoa, dan sebagainya.
Berikut ini disajikan beberapa pandangan dari berbagai agama dan kepercayaan tentang iman membarui hidup pribadi.
1.      Agama Islam
      Fungsi iman kepada Allah SWT adalah:
1.      Menyadarkan manusia untuk selalu ingat kepa­da Allah SWT. Manusia yang senantiasa ingat Allah SWT tentu akan memperoleh banyak hikmah.
2.      Mengembangkan kemampuan untuk melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Orang yang betul-betul beriman pada Allah tentu akan memiliki jiwa ihsan (keyakinan seakan-akan berhadapan dengan Allah atau perbuatannya selalu dilihat Allah).
Orang yang berjiwa ihsan tentu akan senantiasa bertakwa, sedangkan orang bertakwa tentu akan mem-peroleh surga dan terhindar dari neraka.

2. Agama Katolik
Iman adalah jawaban atas panggilan yang diterima dengan penuh percaya. Dengan mengikuti pang­gilan, orang diterangi sehingga semakin mengerti dan mengetahui betapa besar cinta kasih ilahi. Panggilan ini pantas dijawab dengan mencintai Tuhan dengan segenap hati. Dengan beriman, manusia menyerah-kan diri seluruhnya secara bebas kepada Tuhan, de­ngan menundukkan akal budi dan kemauan kepada Tuhan yang menyampaikan wahyu-Nya, dan dengan menerima isi wahyu secara rela.

3. Agama Kristen
Iman dipahami sebagai sikap dan tindakan manusia yang percaya kepada kehadiran Allah dalam diri Yesus Kristus. Percaya (to believe) dan mempercayakan (to trust) adalah sikap dan tindakan manusia yang mau mengarahkan, mengandalkan hidup ke­pada Allah dan di dalam Allah. Sikap manusia yang ingin selalu bersekutu dengan Allah. Dalam iman terkandung ketaatan kepada Allah, yaitu sikap percaya kepada Allah. Kemudian pengetahuan tentang Allah. Dasar pengetahuan tentang Allah yang menyatakan diriNya dalam Yesus Kristus. Sebagai orang Kristen, kita dituntut untuk terus berupaya mengetahui tentang Allah. Harapan dan iman menempatkan kita dalam kerangka janji keselamatan yang akan kita terima pada waktunya kelak. Keselamatan adalah anugerah Allah. Oleh sebab itu, tidak ada sesuatu yang patut dibanggakan oleh manusia selain rasa syukur, terima kasih kepada Allah yang telah membebaskan manusia dari dosa.

4. Agama Hindu
Kitab suci Bhagavadgita, Adhyaya XIII, sloka 8 menyatakan bahwa manusia terikat oleh keduniawian yaitu berupa kelahiran-kematian-umur tua-penyakit-penderitaan lahir dan batin dan dosa (kesalahan). Dunia material ini membelenggu setiap manusia. Seseorang yang tidak tanggap atau tidak mengerti kenyataan ini menjadi terombang-ambing dalam samudera hidup yang luas. Tidak sedikit yang terhempas, jatuh dan terlempar ke jurang kenistaan yang sangat gelap. Dunia material membelenggu dan menipu orang sehingga lupa akan kesejatiannya.

5. Agama Buddha
Apa artinya pencapaian Penerangan Sempurna oleh Buddha Gotama bagi manusia?
Pertama, Buddha Gotama membuka mata kita akan adanya suatu potensi di dalam diri umat manu­sia untuk mencapai kesempurnaan. la menyibak awan ketidaktahuan dan mendorong kita mengembangkan potensi itu secara maksimal.
Kedua, Budha Gotama membukakan pintu menuju pembebasan kepada semua makhluk tanpa pilih bulu. Kasta, warna kulit, jenis kelamin, atau label-label agama, tidak berarti bagi-Nya: semua bisa memperoleh manfaat dari Dharma.
Ketiga, Buddha Gotama telah menunjukkan bahwa pencapaian Penerangan sempurna dan pelepasan dari penderitaan adalah mungkin tanpa harus menggantungkan diri pada faktor-faktor luar seperti: upacara-upacara, pemberian kurban, dan sebagainya. Manusia memiliki kapasitas untuk menyelamatkan dirinya sendiri, seandainya ia menyadari hal itu.
Melalui materi pokok ini, peserta didik-siswi diajak untuk menyadari bahwa dalam hidup ini mereka dapat mengalami kegagalan dan keberhasilan. Ketika berhasil, mereka dapat menerima keberhasilan itu dan mensyukurinya. Tetapi ketika gagal, mereka tidak menyalahkan orang lain atau penyebab lain atau lari dari kenyataan, namun berani untuk bangkit dan membangun semangat baru guna menatap masa depan. Selain itu, mereka diajak untuk menyadari bahwa iman dapat membarui hidup pribadinya.


Latihan

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan uraian yang jelas !

  1. Identifikasikan pengalaman gagal dan jatuh dalam hidup pribadi Anda!
  2. Identifikasikan contoh usaha-usaha pembaruan hidup pribadi Anda!
  3. Jelaskan peranan iman dalam hidup Anda!
  4. Jelaskan bahwa kedekatan hubungan pri­badi dengan Tuhan memberi daya atau kekuatan rohani untuk membarui hidup pribadi!
  5. Jelaskan arti  empati !
  6. Sebutkan 5 lima sikap:perubahan hidup yang dapat dimiliki oleh seseorang!
  7. Jelaskan pengertian iman, menurut agama Katolik !
  8. Sebutkan 2 fungsi iman menurut agama Islam !
  9. Sebutkan 5 macam kegagalan dan keberhasilan yang sering di alami seseorang !
  10.  Ceritakan hasil yang Anda peroleh dari kegiatan yang dapat membarui hidup Anda demi masa depan!