BAB I : ARTI DAN MAKNA GEREJA
A. GEREJA SEBAGAI UMAT ALLAH
Ciri Gereja sebagai umat
Allah nampak dari panggilan dan inisiatif Allah, persekutuan, hubungan mesra
antara manusia dengan Allah, karya keselamatan dan peziarahannya. Gereja Umat
Allah berkembang dan semakin meluas karena pemberitaan Injil oleh para Murid
dan orang-orang yang mau mengimani, yang mendapat pengalaman paskah, percaya
dan bertobat dan terus dijiwai dan dibimbing oleh Roh Kudus.
Dasar yang sebaiknya terus
dikembangkan dalam pandangan Gereja sebagai Umat Allah adalah bahwa hidup
menjemaat pada dasarnya merupakan hakikat Gereja itu sendiri. Sebab hakikat
Gereja adalah persaudaraan, cinta kasih seperti yang dicerminkan oleh hidup
jemaat perdana.
Konsekuensi yang harus
dikembangkan dalam pandangan Gereja sebagai Umat Allah adalah bahwa dalam hidup
menjemaat ada banyak kharisma dan rupa-rupa karunia yang dapat dilihat,
diterima dan digunakan untuk kepentingan seluruh anggota Gereja. Maka dalam
hidup menjemaat, semua orang mempunyai martabat dan tanggungjawab yang sama dan
secara aktif terlibat sesuai dengan fungsinya masing-masing.
B. GEREJA
SEBAGAI PERSEKUTUAN YANG TERBUKA
Gereja sebagai persekutuan
yang terbuka artinya semua warga gereja diajak menyadari pentingnya
keterbukaan. Bukan hanya keterbukaan dengan sesama dalam iman dan keyakinan
melainkan keterbukaan bagi agama lain. Artinya, kita membuka berbagai kemungkinan
kerjasama yang baik dengan semua pihak. Kita perlu melakukan dialog unuk saling
mengenal dan memperkaya.
Kaum hierarki dan
biarawan-biarawati memiliki martabat yang sama dengan kaum awam yaitu sebagai Umat Allah dengan fungsi atau
peranan yang berbeda. Dengan kata lain yang membedakan hierarki dan awam adalah
fungsinya, dan bukan hakikatnya.
Gereja sebagai persekutuan
yang terbuka harus selalu siap untuk berdialog dengan agama dan budaya manapun.
Gereja perlu membangun kerjasama yang lebih intensif dengan siapa saja yang
berkehendak baik.
Bentuk kegiatan yang menjadi contoh dan tanda
bahwa Gereja adalah persekutuan yang terbuka:
a.
Gereja
terbuka terhadap masalah-masalah kemiskinan, inkulturasi dan dialog antar
agama.
b.
Lahirnya
semboyan pelayanan Gereja kepada kaum miskin: “preferential option for the poor”
c.
Kegiatan
APP (Aksi Puasa Pembangunan) yang merupakan wujud gereja untuk memberi
perhatian kepada orang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel.
d.
Di
sekolah, kita mempunyai tradisi mengumpulkan dana “Lima Roti dua Ikan” yang
merupakan wujud keterlibatan kita membantu sesama kita yang miskin. Juga uang
sosial yang kita kumpulkan setiap bulan digunakan untuk membantu teman kita
yang sakit, berduka atau karyawan sekolah yang membutuhkan bantuan.
EVALUASI
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan uraian yang jelas dan
benar!
1. Sebutkan
ciri-ciri Gereja sebagai Umat Allah
2. Apa yang
memungkinkan Gereja sebagai umat Allah dapat berkembang sehingga mencapai
situasi seperti sekarang ini?
3. Apakah
dasar yang sebaiknya terus dikembangkan dalam pandangan Gereja sebagai Umat
Allah?
4. Jelaskan
konsekuensi yang harus dikembangkan dalam pandangan Gereja sebagai Umat Allah!
5. Jelaskan
apa yang dimaksud dengan Gereja sebagai persekutuan yang terbuka!
6. Jelaskan
posisi kaum Hierarki dan biarawan-biarawati dalam pengertian Gereja sebagai
persekutuan yang terbuka!
7. Sebut dan
jelaskan tuntutan yang senantiasa harus dipenuhi Gereja sebagai persekutuan
yang terbuka!
8. Sebutkan
berbagai bentuk kegiatan yang menjadi contoh dan tanda bahwa Gereja adalah
persekutuan yang terbuka!
BAB II :
SIFAT-SIFAT GEREJA
Ada empat sifat Gereja yaitu: SATU,
KUDUS, KATOLIK dan APOSTOLIK
A. GEREJA
YANG SATU
Gereja itu satu karena sumber dan
teladannya adalah Allah yang Esa. Yesus Kristus
sebagai pendiri dan Kepala Gereja menetapkan kesatuan semua umat manusia dalam
satu tubuh. Sebagai jiwa Gereja, Roh Kudus mempersatukan semua umat beriman
dalam kesatuan dengan Kristus. Gereja adalah satu, karena bersatu dalam
Iman, pembaptisan, perayaan ekaristi, dan pemimpin di seluruh dunia. Kesatuan ini harus dibina, dijaga, dipelihara
dalam semangat saling mengampuni dan menghormati. Kesatuan ini bukan
keseragaman yang dipaksaan. Kesatuan ini tetap mengindahkan kebebasan wajar
gereja-gereja Kristen yang lain. Oleh karena itu ciri Gereja yang satu menuntut
suatu communion (persekutuan) dengan gereja Katolik Roma dan tidak terpisah
daripadanya.
Makna kesatuan Gereja nampak dalam
kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya bersama membangun kesadaran seluruh umat
bahwa mereka satu dalam iman kepada Kristus. Contoh misalnya kegiatan WYD
(World Youth Day) yang diselenggarakan pada tgl.23-28 Juli 2013 di Brazil. Kaum
muda dari berbagai Negara berkumpul menjadi satu. Mereka datang dengan berbagai
latar belakang budaya, bahasa yang berbeda, tetapi bersatu dalam iman yang
sama.
Santo Paulus mengibaratkan umat
Allah sebagai satu kesatuan seperti tubuh manusia. Dalam suratnya kepada jemaat
di Korintus, Paulus menegaskan “Karena sama seperti tubuh itu satu dan
anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan
satu tubuh, demikian pula Kristus” (1 Korintus 12: 12)
B. GEREJA
YANG KUDUS
Gereja itu kudus, karena Kristus
telah mencurahkan Roh Kudus-Nya untuk terus menerus menguduskan Gereja. Di dalam gereja, manusia menemukan sarana
keselamatan. Kekudusan merupakan panggilan setiap anggotanya dan merupakan
tujuan dari semua kegiatannya.
Gereja Katolik meyakini diri kudus
bukan karena tiap anggotanya sudah kudus tetapi lebih-lebih karena
dipanggil kepada kekudusan oleh Tuhan, “Hendaklah kamu sempurna
sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya.” (Mat 5:48). Perlu
diperhatikan juga bahwa kategori kudus yang dimaksud terutama bukan dalam arti
moral tetapi teologi, bukan soal baik atau buruknya tingkah laku manusia
melainkan hubungannya dengan Allah. Ini tidak berarti hidup yang sesuai dengan
kaidah moral tidak penting. Namun kedekatan dengan yang Ilahi itu lebih penting,
sebagaimana dinyatakan, “kamu telah memperoleh urapan dari Yang Kudus, (1Yoh
2:20) yakni dari Roh Allah sendiri. (bdk. Kis 10:38) Diharapkan dari diri
seorang yang telah terpanggil kepada kekudusan seperti itu juga menanggapinya
dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan kaidah-kaidah moral.
Secara obyektif sifat “kudus”
berarti bahwa dalam Gereja adalah sarana keselamatan dan rahmat Tuhan di dunia
serta merupakan tanda rahmat yang kudus, yang akan menang secara definitif pada
akhir jaman. Secara subyektif sifat “kudus” berarti bahwa Gereja tak akan
kehabisan tanda dan orang kudus, jadi menyangkut kekudusan subyeknya.
Usaha yang dapat diperjuangkan menyangkut kekudusan
anggota-anggota gereja:
1. Saling memberi kesaksian untuk hidup
sebagai putra putri Allah:
- Dengan perbuatan
yang kongkret : bela rasa, mengabarkan kabar gembira (tentang )
- Menjaga
kekudussan gereja dengan menjaga kekudusan dalam diri (hati nurani).dan dapat
menjadi contoh teladan yang baik bagi orang-orang disekitar kita.
2. Memperkenalkan Hidup Heroic
(bersifat pahlawan) untuk mencapai kekudusan:
- Memberikan jasa
tanpa pamrih
- Membantu sesama
manusia tanpa membeda-bedakan.
3. Merenungkan dan mendalami Kitab
Suci, khususnya ajaran dan hidup Yesus yang merupakan pedoman dan arah hidup
kita:
- Rajin
berdoa dan Rajin Ke gereja.
- Merefleksikan
pengalaman diri sendiri
- Membaca
Kitab Suci
C. GEREJA
YANG KATOLIK
Gereja
itu Katolik, dari
bhsa
Latin: catholicus yang artinya universal, karena Kristus hadir di dalamnya.
Ciri ini juga sering berlaku
untuk Gereja Angklikan dan Ortodoks. Ciri Katolik ini mengandung arti
Gereja yang utuh, lengkap, tidak hanya setengah atau sebagian dalam
mengetrapkan sistem yang berlaku dalam Gereja. Bersifat universal
artinya Gereja Katolik itu mencakup semua orang yang telah dibaptis secara
Katolik di seluruh dunia dimana setiap orang menerima pengajaran iman dan moral
serta berbagai tata liturgi yang sama di manpun berada. Kata universal juga
sering dipakai untuk menegaskan tidak adanya sekte-sekte dalam Gereja Katolik.
Konstitusi Lumen Gentium Konsili Vatikan ke II menegaskan arti keKatolikan
itu : “Satu umat Allah itu hidup di tengah segala bangsa di dunia, karena
memperoleh warganya dari segala bangsa. Gereja nemajukan dan menampung segala
kemampuan, kekayaan dan adat istiadat bangsa-bangsa sejauh itu baik. Gereja
yang Katolik secara tepat guna dan tiada hentinya berusaha merangkum seganap
umat manusia beserta segala harta kekayaannya di bawah Kristus Kepala, dalam
kesatuan Roh-Nya”.
Bagaimana
mewujudkan kekatolikan Gereja? Gereja bersifat katolik dalam arti universal dan umum
serta bersifat terbuka. Oleh sebab itu perlu diusahakan: sikap terbuka dan
menghormati kebudayaan, adat-istiadat, bahkan agama bangsa manapun. Selalu
bekerjasama dengan pihak manapun yang berkehendak baik untuk mewujudkan
nilai-nilai luhur di dunia ini.
D. GEREJA
YANG APOSTOLIK
"Apostolik" atau
rasuli berarti bahwa Gereja berasal dari para rasul dan tetap berpegang
teguh pada kesaksian iman mereka itu. Kesadaran bahwa Gereja "dibangun
atas dasar para rasul dan pra nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu
penjuru", sudah ada sejak zaman Gereja perdana sendiri (bdk Ef 2:20, Bdk
Why 21:14), tetapi sebagai sifat khusus keapostolikan baru disebut akhir abad
ke-4. Sifat apostolik berarti bahwa Gereja sekarang mengaku diri sama dengan
gereja Perdana, yakni Gereja para rasul. dimana hubungan historis ini bukan sekedar sebagai
pergantian orang, melainkan sebagai kelangsungan iman dan pengakuan.
Dengan
ciri ini mau ditegaskan bahwa Gereja
Katolik mementingkan hubungan historis, turun temurun, antara para rasul dan
pengganti mereka, yaitu para uskup. Dengan demikian juga menjadi jelas mengapa
Gereja Katolik tidak hanya mendasarkan diri dalam hal ajaran-ajaran dan
eksistensinya pada Kitabsuci melainkan juga kepada Tradisi Suci dan Magisterium
Gereja sepanjang masa.
Yang
disebut Tradisi Suci adalah pengajaran yang bersumber pada
ajaran lisan sejak zaman Yesus dan para Rasul. Antara keduanya, Tradisi Suci
dan Kitab Suci,
tidak ada perbedaannya bahkan saling melengkapi karena berasal dari sumber yang
sama. Ini juga sesuai dengan yang tertulis pada Injil Yohanes, “Masih banyak
hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus
dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab
yang harus ditulis itu” (Yoh 21:25). Sedangkan Magisterium Gereja
artinya adalah wewenang yang dimiliki sebagai warisan oleh Gereja untuk mengajar
dan menafsirkan Kitabsuci.
EVALUASI
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan uraian yang jelas dan
benar!
1. Jelaskan apa yang
dimaksud dengan sifat Gereja yang Satu!
2. Jelaskan
makna dari sifat Kesatuan Gereja! Nampak dalam hal apa kesatuan Gereja itu?
3. Jelaskan
mengapa Gereja Katolik meyakini dirinya Kudus?
4. Sebutkan dan jelaskan usaha-usaha yang
dapat diperjuangkan demi kekudusan anggota-anggota Gereja!
5. Jelaskan mengapa Gereja
bersifat Katolik?
6. Jelaskan usaha-usaha yang
dapat dilakukan untuk mewujudkan kekatolikan Gereja!
7. Apa yang
dimaksud dengan sifat Gereja yang Apostolik?
8. Jelaskan apa yang
dimaksud dengan Tradisi Suci?
9. Apa
hubungan antara Gereja Katoik sekarang ini dengan gereja para rasul?
10. Apa yang
dimaksud dengan Magisterium Gereja?
Jos...Pak Pambudi...Lanjutkan! Hehehe...
BalasHapusjawaban evaluasinya mana ya ?
BalasHapusMinta jawban evaluasi dari dua materi tersebut
BalasHapusMinta jawaban soal evaluasi dua materi tersebut
BalasHapus