Senin, 26 Mei 2014

Materi Kelas XI Bab 7

"Yesus memberi makan 5000 orang"

Tuhan Mendekati Manusia melalui Cita-Cita dan Perjuangan tokoh Agama dan Kepercayaan

A.     Landasan Pemikiran
Sebagai makhluk sosial, setiap orang terdorong untuk saling menyapa, menegur, memperhatikan, mencintai, melindungi, dan sebagainya. Menyapa itu tindakan manusiawi yang sangat dalam maknanya. Menyapa berarti mendekati atau mendekatkan diri kepada yang disapa. Dengan menyapa, orang menghargai yang disapa sebagai yang sepadan dan sederajat dengan dirinya. Kedua pihak memiliki martabat yang sama. Maka, sapaan antar-manusia adalah tindakan memanusiakan manusia lain. Orang merasa senang dan bahagia bila disapa orang lain, sehingga sapaan ini dapat terjadi di mana pun, baik di kantor, di sekolah, di jalan, di rumah, bahkan di tempat yang asing. Sapaan dapat bersifat biasa, yang diwujudkan dalam kata-kata, dan bersifat lebih mendalam, yang diwujudkan sampai pada sikap dan tindakan menolong, memberi, menerima, dan berkorban.
Masing-masing agama dan kepercayaan selalu mempunyai tokoh, yang diutus Tuhan untuk menyuarakan apa yang menjadi firman dan kehendak-Nya, demi keselamatan semua orang. Jelaslah bahwa Tuhan memperhatikan umat-Nya dengan jalan mengutus seseorang untuk berjuang dan mengorbankan segalanya demi kepentingan umat-Nya.. Umat merasa yakin bahwa Tuhan menyapa umat-Nya melalui tokoh-fokoh agama dan kepercayaan yang pantas diidolakan, karena mereka berani berjuang dan berkorban demi keadilan, kesejahteraan, dan keselamatan sesamanya. Keteladanan tokoh-tokoh agama dan kepercayaan ini berfungsi untuk membangun rasa solidaritas umat dan mendewasakan iman umat. Solidaritas tercipta ketika umat merasa digerakkan hatinya oleh keteladanan, perjuangan, dan pengorbanan mereka guna membangun tindakan kasih dan pengorbanan bagi sesamanya secara universal.
Tuhan menciptakan manusia untuk bersaudara, bersahabat, saling menolong, dan saling membantu satu sama lain. Inilah pokok ajaran dan nilai yang harus dikembangkan terus menerus oleh semua agama dan kepe­rcayaan. Semua agama dan kepercayaan pada dasarnya selalu menjunjung tinggi prinsip membangun persahabatan (homo homini socius manusia adalah teman bagi sesamanya), mengajarkan kepada para pengikutnya untuk saling menyapa, menegur, membantu, dan memperhatikan. Semua orang diajak untuk membangun dan mengembangkan semangat dan sikap solider dengan sesamanya. Dengan demikian, solidaritas antar umat beragama dan berkepercayaan yang terjadi merupakan pengejawantahan atau perwujudan nyata hidup umat beragama dan berkepercayaan yang semakin dewasa.

Dalam konteks kehidupan siswa-siswi SMA/SMK, mereka merasa masih memerlukan sapaan dan bimbingan agar dapat menyapa sesamanya. Mereka memerlukan wawasan dan bimbingan yang serius untuk memekar-kan diri dan pribadinya menjadi orang yang utuh. Mereka merasa senang, bahagia, aman, dan tenteram kalau diterima dengan hangat dan penuh perhatian. Gejala ini merupakan bagian dari proses pembentukan identitas mereka. Selanjutnya, pada tahap ini mereka memang memerlukan tokoh-tokoh tertentu yang dijadikan figur atau idola, sebagai peganganyflan panut-an diri dan hidup mereka. Mereka begitu mudah dan sangat bersemangat untuk mengidolakan tokoh publik (public figure), misalnya penyanyi, bintang film, kelompok-kelompok musik, dan sebagainya sehingga mereka be­gitu mudah meniru gaya hidup, tingkah laku, cara berpakaian dan sebagai­nya dari sang idola. Kalau mereka begitu mudah mengidolakan public figur, pertanyaannya adalah apakah mereka juga mengidolakan tokoh-tokoh agama dan kepercayaan? Apakah tokoh-tokoh agama dan kepercayaan itu juga dapat menyentuh hati mereka dan memahami gejolak remajanya?




 B. Pandangan dari berbagai agama mengenai cita-cita, perjuangan serta pengorbanan tokoh agama


1. Agama Islam
Perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam tidaklah mudah. Beliau harus berjuang dengan menghadapi rintangan yang mahahebat. Kita tahu bahwa orang muslim di Makhah waktu itu jumlahnya tidak lebih dari 40 orang laki-laki dan kira-kira 10 orang wanita. Gambaran ini menunjukan betapa berat pelaksanaan tugas Nabi Muhammad meskipun jalan beliau adalah Rasullah. Dari sini, kita memperoleh hikmat yang sangat penting, bahwa tidak ada satu pekerjaan yang dapat diselesaikan tanpa rintangan, tidak ada satu sukses besar yang dapat dicapai tanpa bekerja keras. Nabi besar sendiri mendapat ujian berat dalam melaksanakan tugasnya, apalagi kita umat manusia biasa dengan segala kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri kita masing-masing.
2. Agama Katolik
Yesus mengajak orang supaya percaya akan kebaikan Allah untuk beriman dan berbela rasa "Segala sesuatu mungkin bagi Allah," kata Yesus (Mrk 10:27) karena itu juga "Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya" (Mrk 9:23). Yesus mau menularkan iman-Nya yang percaya akan daya kekuatan Kerajaan Allah dan sekaligus mengajak orang meneladan Allah dalam bela rasa-Nya, "Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu murah hati" (Luk 6:36). Yesus mencita-citakan masyarakat yang tidak berdasarkan kuasa. la mengharapkan supaya Keraja-an Allah bisa menjadi daya kekuatan Allah dalam sosial melalui iman khususnya dengan menghapus penindasan terhadap orang kecil.
Yesus berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia" (Kis 10:38). Namun la disalibkan sebagai seorang "pemberontak". Padahal Yesus tidak pernah mencita-citakan kekuasaan politik.
3. Agama Kristen
Kristus adalah sungguh Allah dan sungguh ma-nusia. Apa yang diajarkan Alkitab tentang Yesus Kris­tus sebagai gambar dan rupa Allah, selalu dihubungkan langsung dengan pekerjaan-Nya. la datang untuk melaksanakan pekerjaan penebusan, mendamaikan Allah dengan manusia. Sebagai Allah sepenuhnya, la mampu mendamaikan manusia dengan Allah. Se­bagai manusia sepenuhnya, pendamaian yang dilakukan-Nya itu sungguh-sungguh bisa dirasakan ma­nusia. Di dalam pekerjaan Yesus, terkait dua aspek yang saling mengikat: hubungan Yesus dengan Allah dan hubungan-Nya dengan manusia. Dalam hubungannya dengan Allah Yesus taat kepada perintah Bapa-Nya untuk menyelamatkan manusia. Dalam hubung-annya dengan manusia, Yesus prihatin dan mengasihi umat-Nya serta rela mati menebus dosa umat-Nya.
4. Agama Hindu
Pusatkan pikiranmu pada-Ku, taat setialah pada-Ku, berkorbanlah pada-Ku, sujudkanlah dirimu pada-Mu, dengan demikian engkau akan datang pada-Ku. Aku berjanji pada-Mu dengan sebenarnya karena engkau tercinta pada-Ku. Ksatria adalah golongan yang setiap orangnya memiliki keberanian, kemam-puan memimpin, cinta tanah air, bangsa dan negara yang semua itu diabdikan untuk kepentingan masya-rakat dan umat manusia. Berani, perkasa, teguh iman, cekatan dan tidak mundur dalam peperangan, dermawan dan berbakat memerintah adalah karma (kewajiban) Ksatriya menurut bakatnya
5. Agama Buddha
Seorang Budhis yang baik tidak berpaling dari setiap masalah kemasyarakatan, juga tidak menolak untuk bekerja demi kebaikan masyarakat. Seorang bhikku memberikan tuntunan moral dan pendidikan spiritual kepada umat awam dalam masyarakat.
Karya ini dianggap sama nilainya dengan pekerjaan-pekerjaan yang memproduksi benda-benda atau pelayanan lain dalam masyarakat. Di samping menjadi penunjuk jalan menuju pembebasan, Sang Budha juga menaruh perhatian mendalam terhadap kesejahteraan manusia, dan mengajarkan patokan-patokan untuk kebahagiaan dalam kehidupan bermasyarakat. Sang Budha dalam membina umatnya adalah untuk menyejahterakan para perumah tangga (umat biasa) maupun para tak berumah tangga (viharawan). Dengan demikian kesejahteraan umat awam pun diperhatikan oleh Sang Budha. Itulah sebabnya banyak jalan Sang Budha berhubungan dengan kepentingan para umat awam pengikutnya.

 Sumber pustaka: Komisi Kateketik KAS dan Majelis Pendidikan Katolik KAS, Pendidikan Religiositas untuk SMA kelas 2, Tuhan Mendekati Manusia, Yogyakarta, Kanisius, 2005, hlm.46-50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar