Selasa, 27 Mei 2014

Materi Kelas XI Bab 10


MENGHAYATI KEHADIRAN TUHAN DALAM DOA


  
Doa merupakan ungkapan iman dan wujud kesadaran orang mengenai relasinya dengan Tuhan. Doa juga merupakan wujud kesadaran untuk mengarahkan diri pada Tuhan yang telah mengasihinya. Dalam berdoa, orang menghayati kehadiran Tuhan, yang dekat dan yang bisa disapa. Orang menempatkan diri di hadirat Tuhan yang mahakasih dan mahahadir. 
Dalam doa, iman dibahasakan dengan segala ciri-cirinya yang sesuai dengan keyakinan pribadi atau ketentuan agama dan kepercayaan yang dianut oleh orang itu, baik dengan bahasanya sendiri, dengan bahasa puitis, dengan bersuara lantang, dan dengan bahasa batin atau dalam hati. Doa juga dapat dilakukan dengan membaca buku doa atau kitab suci agama dan kitab ajaran kepercayaan. Yang paling utama dalam doa adalah berdoa itu menyatakan apa yang ada dalam hati dan apa yang diimaninya.

Tatkala berdoa orang menghadap Tuhan, yang dilakukan dengan cara dan sikapnya masing-masing. Cara berdoa dan bersikap dalam berdoa sangat ditentukan oleh pemahaman dan penghayatannya akan Tuhan. Maka, setiap agama dan kepercayaan memiliki tata cara yang berbeda, misalnya sikap tubuh selama berdoa, ungkapan bahasa, dan sebagainya. Sikap tubuh yang dilakukan, misalnya berlutut, tunduk, bersila, bersimpuh, kedua telapak tangan mengatup di dada, kedua tangan terbuka ke atas, mata terpejam, dan sebagainya. Selain tata cara, ada sikap hati yang perlu diperhatikan, misalnya sikap merasa tidak berdaya di hadapan Tuhan, sikap berserah diri atau mempercayakan diri, sikap berharap yang didasarkan pada kejujuran dan ketulusan, dan sebagainya.
Dengan berdoa, orang menghadapkan persoalan hidup pada Tuhan agar perjuangan hidup lebih dikuatkan, tetapi jangan diartikan orang melarikan diri dari realitas atau mengembalikan tanggung jawab hidupnya pada Tuhan. Doa jangan dipahami sebagai cara atau jalan untuk membujuk Tuhan. Tuhan tak bisa 'disogok' dengan kata-kata indah dan air mata. De­ngan doa berarti orang siap berjuang bersama Tuhan, dan siap hidup dalam Tuhan. Orang harus berjuang dan berusaha kembali mengatasi persoalan hidup, setelah memperoleh kekuatan dari Tuhan melalui doa. Persoalan hidup tidak akan teratasi dan dianggap selesai hanya karena berdoa. Dengan membangun dan mengembangkan semangat doa, orang diharapkan semakin baik hidupnya, relasi dengan Tuhan semakin mendalam, dan kualitas hidup masyarakat sekelilingnya juga diperbaiki.
Dalam berdoa,  orang menyadari sepenuhnya bahwa Tuhan hadir dalam doa umatnya, karena pada saat berdoa orang sengaja memilih dan mengkhususkan waktu untuk berjumpa dengan Tuhan dan merasakan kasihnya secara khusus. Selain itu, Tuhan mendengarkan doa yang dilambungkan, apakah pujian, syukur, permohonan, pengampunan dosa, doa penyerahan diri, dan sebagainya. 
Ketika orang berdoa, ada berbagai kesulitan dan hambatan yang dialami, misalnya rasa ngantuk, rasa malas, tidak betah duduk atau bersila atau berlutut, hati jengkel atau marah, tidak tahu bagaimana harus berdoa, tidak ada buku pegangan doa, tidak mempunyai kitab suci, dan sebagainya. Dengan demikian, ada harapan bahwa doa bukan sebagai beban atau kewajiban yang harus dipenuhi, tetapi menjadi kebutuhan orang yang menyadari dirinya sebagai makhluk ciptaan yang dikasihi Tuhan.
Dalam agama dan kepercayaan masing-masing, orang mengenai dan melakukan doa baik secara pribadi maupun secara bersama-sama, yang disebut ibadat umat atau berjamaah. Ibadat umat atau doa berjamaah biasanya dipimpin oleh pemimpin doa agama dan kepercayaan masing-masing, dengan tata cara yang sudah dimengerti bersama oleh pemeluk agama dan kepercayaan masing-masing, dengan peralatan doa yang ditentukan oleh agama dan kepercayaan masing-masing.
Berikut ini disajikan beberapa pandangan dari berbagai agama dan kepercayaan tentang menghayati kehadiran Tuhan dalam doa.
1. Agama Budha
Doa merupakan suatu bentuk kebaktian kepada Sanghyang Adi Buddha. Doa ini bisa berbentuk paritta, yaitu doa pujian, doa-doa mohon perlindungan Sanghyang Adi Budha, dan doa-doa yang mengungkapkan ajaran-ajaran Sang Budha, atau ber­bentuk meditasi. Meditasi ini bisa bertujuan untuk mengembangkan cinta kasih dan membersihkan perasaan benci yang disebut Metta Bhavana, atau untuk mengembangkan ketenangan batin dan melenyapkan kegelisahan dalam hati yang disebut Samtha Bhavana. Demikian dalam pelaksanaan kebaktian dan kebatinan agama Buddha, Paritta dan Meditasi memegang peranan yang sangat penting.

2. Agama Islam
Dalam doa, manusia memuja dan memuji Allah. Doa atau sembahyang merupakan pokok pangkal segala ibadah. Dalam segala macam sembahyang, manusia membuka hatinya dan menghamparkannya di hadapan Allah, semoga hidup manusia ini diberi berkat. Dengan doa, manusia merasa dekat dengan Allah. Sembahyang, khususnya sembahyang lima waktu, itu laksana halte atau stasiun tempat-tempat perhentian jiwa dan pengasoannya. Kalau berdoa, berdoalah dengan "khusyu"dan "ikhlas", wajah menghadap ke kiblat, hati tertuju kepada Allah. Lepaskan hubungan dengan yang lain, sembahyang dapat disebut "Miraj orang beriman", karena dengan sembahyang orang-orang beriman terbang ke angkasa luas, lepas daripada alam benda ini.
Doa dapat diartikan ucapan permohonan dan pujian kepada Allah SWT dengan cara-cara tertentu. Dalam Alquran, doa disebutkan dengan beberapa pengertian, yakni doa berarti permintaan, permohon­an, panggilan, dan pujian. Doa merupakan suatu ibadah yang tidak menuntut syarat dan rukun yang ketat. 

3. Agama Kristen
Doa adalah ungkapan keyakinan atas kasih setia Allah yang senantiasa membuka diri untuk men-dengar dan menolong umat-Nya, sekaligus merupa­kan kesediaan diri untuk menerima dan melakukan apa yang menjadi kehendak Allah. Dalam khotbah di bukit, Tuhan Yesus Kristus menegur sikap doa yang keliru, yaitu:
1.      Doa yang dipakai untuk mencari pujian dari orang banyak.
2.      Doa bertele-tele yang menganggap bahwa karena banyak kata-kata, akan dikabulkan.
3.      Inti doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus ialah:
4.      Memuliakan Tuhan dengan menyerahkan diri sepenuhnya pada kedaulatan Allah sehingga ke­ hendak Tuhan yang terjadi di bumi dan di sorga.
5.      Memohon tercukupinya kebutuhan hidupnya pada hari ini.
6.      Mohon pertolongan agar terlepas dari cobaan.

4. Agama Katolik
Doa menurut Kitab Suci adalah gerak hati yang mencari Allah karena ingin bersatu dengan Allah. Bersatu dengan Allah itulah yang menjadi kepenuhan dan kepuasan hidup. Doa merupakan wujud ketaqwaan yaitu penyerahan diri secara total kepada kehendak Allah.
Kitab suci mengajak kita untuk berdoa. Kalau berdoa, hendaknya kita berdoa dengan hati. Kita ber­doa dengan hati, karena hati adalah pusat kepribadian manusia menurut Kitab Suci. Dengan demikian, kita diajak berdoa dengan seluruh kepribadian kita, yang secara dinamis selalu mencari Allah. Berdoa dengan hati tidak berarti berdoa dengan perasaanmanusiawi atau sentimental belaka, tetapi perasaan yang hidup dan bergerak dalam iman dan Roh. Kita berdoa hendaknya bertolak dari pengalaman hidup yang nyata.

5. Agama Hindu
Tujuan orang sembahyang atau berdoa adalah memuja kebesaran Tuhan, memohon perlindungan, dan berterima kasih pada-Nya atas segala anugerah-Nya. Sikap tersebut akan membentuk pribadi mulia, tidak takabur, beriman yang teguh, sabar, tidak cepat putus asa, rendah hati, dan sebagainya.
Cara melakukan doa atau sembahyang dalam agama Hindu ada dua jenis: Tri Sandhya, yaitu sem­bahyang dilakukan setiap hari tiga kali bagi umat Valaka (masyarakat umum), sedangkan bagi sulinggih seperti para pendeta akan melakukan apa yang disebut Suryasevana. Kramaning sembah, yaitu sembahyang yang dilakukan pada hari-hari tertentu dan berkaitan dengan upacara tertentu, seperti hari piodalan dipura, perayaan hari-hari suci, baik itu hari raya Galungan, hari Saraswati maupun upacara lainnya,
Di Indonesia atau di negara yang masyarakatnya plural, doa dapat dilakukan secara lintas agama dan kepercayaan, baik karena ada tema tertentu yang dianggap penting atau ada keprihatinan bersama. Kegiatan seperti ini tentunya sangat menguntungkan, karena semua merasa sebagai sesama makhluk Tuhan yang sederajat dan juga dapat mempererat tali silaturahmi antarpemeluk agama dan kepercayaan. Dalam melakukan doa bersama lintas agama dan kepercayaan ini, diharapkan tetap menghargai keyakinannya masing-masing. Namun kenyataannya, ada agama dan kepercayaan yang mempunyai ketentuan bahwa orang tidak boleh mengamini doa dari agama dan kepercayan lain. Kalau hal ini terjadi, maka masing-masing orang dapat berdoa dalam hati sesuai imannya ketika seseorang baru melambungkan doa menurut agama dan kepercayaannya sendiri. 

Sumber pustaka: Komisi Kateketik KAS dan Majelis Pendidikan Katolik KAS, Pendidikan Religiositas untuk SMA kelas 2, Tuhan Mendekati Manusia, Yogyakarta, Kanisius, 2005, hlm.64-69


Tidak ada komentar:

Posting Komentar