Senin, 26 November 2018

Nilai-Nilai Kehidupan yg Diperjuangkan (Handout kelas XII bab II)

BAB II 
MEMPERJUANGKAN NILAI-NILAI KEHIDUPAN MANUSIA

Kompetensi Dasar
1.1. Menghayati  nilai-nilai keadilan, kejujuran, kebenaran, perdamaian dan keutuhan ciptaan sesuai dengan ajaran Yesus Kristus
2.2. Berperilaku peduli  pada  nilai-nilai keadilan, kejujuran, kebenaran, perdamaian dan keutuhan ciptaan sesuai dengan ajaran Yesus Kristus
3.2. Memahami nilai-nilai keadilan, kejujuran, kebenaran, perdamaian dan leutuhan ciptaan sesuai dengan ajaran Yesus Kristus
4.2. Menerapkan  nilai-nilai keadilan, kejujuran, kebenaran, perdamaian dan leutuhan ciptaan sesuai dengan ajaran Yesus Kristus

TUHAN, jadikanlah aku pembawa damai.
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi keputus-asaan, jadikanlah aku pembawa harapan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku pembawa sukacita.
Ya Tuhan Allah,
ajarlah aku untuk lebih suka menghibur daripada dihibur;
mengerti daripada dimengerti;
mengasihi daripada dikasihi;
sebab dengan memberi kita menerima;
dengan mengampuni kita diampuni,
dan dengan mati suci kita dilahirkan ke dalam Hidup Kekal.
Amin.
Doa dari Santo Fransiskus Asisi tersebut merupakan ajakan bagi kita semua untuk menjadi pembawa damai bagai sesama. Mengasihi sesama satu sama lain berarti menyertakan Allah dalam hidupnya, menyertakan Allah dalam hidupnya berarti mewujudkan keharmonisan, keindahan, sukacita kebahagiaan dan kedamaian untuk dirinya dan sesama.
Suka cita merupakan sikap “terima kasih” yang seutuhnya terhadap Allah karena dalam masa sulit dapat  merasakan kedamaian. Raihlah kedamaian dan suka cita dari diri sendiri dahulu demi mendapatkan Kasih Sejati Allah, ciptakan rasa bahagia mengiringi setiap langkah meniti hari demi hari menuju hari kemenangan. Jangan mengeluh atau berputus asa ketika ujian dan cobaan itu datang tetapi sikapi  ujian dan cobaan datang sebagai wujud kasih Allah menyertai agar manusia selalu mengingat-Nya berlapang hati dan bersikap rendah hati itu yang diinginkan Allah bagi mereka yang menerima ujian dan cobaan  seberat apapun bebannya jika diterima dengan hati lapang dan sikap rendah hati maka Allah akan memberikan rasa ringan dan damai dalam melalui masa sulitnya
Pada kegiatan pembelajaran ini akan dibahas tentang nilai-nilai kehidupan manusia yang perlu diperjuangkan yaitu keadilan, kejujuran, kebenaran, kedamaian, serta keutuhan lingkungan hidup (keutuhan ciptaan). Hal-hal tersebut merupakan nilai- nilai dasar hidup  kristiani.

A.    KEADILAN
Keadilan merupakan suatu kondisi yang didambakan setiap insan manusia. Adil berarti tidak berat sebelah, berpihak kepada yang benar atau berpegang pada kebenaran. Keadilan berarti memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, baik itu hak asasi maupun hak sipil. De fakto, dalam kehidupan masyarakat, kita menemukan banyak praktek ketidakadilan, entah dari segi ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya. Semua tindakan itu menunjukkan bahwa masyarakat kita, sadar atau tidak , sering tidak menghormati hak milik orang lain. Contoh sederhana, misalnya kasus Nenek Minah warga Banyumas yang divonis bersalah karena mencuri 3 biji kakao milik PT. Rumpun Sari Antan, kasus Nenek Asiani warga Situbondo yang dituduh mencuri kayu, sementara penanganan kasus-kasus korupsi para pejabat pemerintahan terkesan lambat dan berbelit-belit. Inilah yang seringkali menjadi sindiran bahwa keadilan di negeri ini “tajam ke bawah tumpul ke atas”, artinya ketika mengadili masyarakat menengah ke bawah para “penegak” keadilan mudah menjatuhkan vonis/hukuman, sedang ketika menangani kasus-kasus pejabat/orang-orang menengah ke atas pengadilan terkesan lambat. Secara umum, ketidakadilan itu tampak nyata dalam bentuk-bentuk antaralain:
a.      Tindakan perampasan dan penggusuran hak-hak orang lain, pencurian, perampokan dan korupsi.
b.      Tindakan pemerasan dan rekayasa
c.      Sikap enggan membayar utang, termasuk kredit macet, yang berbuntut merugikan rakyat kecil.
Keadilan menunjuk pada suatu keadaan, tuntutan, dan keutamaan.
a)           Keadilan sebagai “keadaan” menyatakan bahwa semua pihak memperoleh apa yang menjadi hak mereka dan diperlakukan sama. Misalnya, di negara atau lembaga tertentu ada keadilan, semua orang diperlakukan secara adil (tidak pandang suku, agama, ras, atau aliran tertentu).
b)          Keadilan sebagai “tuntutan” menuntut agar keadaan adil itu diciptakan baik dengan mengambil tindakan yang diperlukan, maupun dengan menjauhkan diri dari tindakan yang tidak adil.
c)           Keadilan sebagai “keutamaan” adalah sikap dan tekad untuk melakukan apa yang adil.
Ada tiga jenis keadilan yaitu komutatif, distributif, dan keadilan  legal.
a)           Keadilan komutatif menuntut kesamaan dalam pertukaran, misalnya mengembalikan pinjaman atau jual-beli yang berlaku pantas, tidak ada yang rugi.
b)          Keadilan distributif menuntut  kesamaan  dalam  membagikan  apa yang menguntungkan dan dalam menuntut pengorbanan. Misalnya, kekayaan alam dinikmati secara adil dan pengorbanan untuk pembangunan ditanggung bersama-sama dengan adil.
c)           Keadilan legal menuntut kesamaan hak dan kewajiban terhadap negara sesuai dengan undang-undang yang berlaku

B.     KEBENARAN
Kebenaran berarti suatu kondisi yang sesuai dengan hal yang sesungguhnya. Kebenaran juga berarti hal-hal yang sungguh-sungguh benar.  Karena itu kebenaran berkaitan erat dengan kejujuran. Orang jujur berarti orang bertindak atas dasar kebenaran.
Matius 5: 37
37Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat
Yohanes 8: 43-47
43Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku.
44Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. 45Tetapi karena Aku mengatakan kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada-Ku. 46Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku? 47Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah.

Dalam sabda Kitab Suci ditegaskan bahwa kebenaran tidak hanya berarti tidak berbohong, tetapi juga mengambil bagian dalam kehidupan Allah. Allah adalah “sumber kebenaran”, karena Allah selalu berbuat sesuai dengan janji-Nya. Maka Allah berfirman “Jangan bersaksi dusta”.
Bentuk-bentuk kebohongan:
a)           Berdusta dan saksi dusta. Berdusta berarti mengatakan  yang  tidak benar dengan maksud untuk menyesatkan. Dusta adalah pelanggaran paling langsung terhadap kebenaran. Berdusta berarti berbicara atau berbuat melawan kebenaran untuk menyesatkan seseorang, yang mempunyai hak untuk mengetahui kebenaran.
b)          Rekayasa atau manipulasi. Rekayasa atau manipulasi berarti menyiasati atau membawa orang lain kepada suatu tujuan yang menguntungkan dirinya sendiri, yang mungkin saja orang lain mendapat rugi. Rekayasa dan manipulasi itu bersifat mengelabui.
c)           Fitnah dan umpatan. Fitnah dan umpatan adalah tindakan yang sangat jahat, sebab yang difitnah tidak hadir untuk membela diri. Fitnah dapat berkembang tanpa saringan

C.    PERDAMAIAN
Di berbagai bangsa/wilayah Negara kita masih menyaksikan pertikaian dan peperangan, entah itu antar sesama bangsa (perang saudara) maupun antar Negara tetangga seperti Israel dengan Palestina. Segala upaya telah dilakukan baik oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) maupun oleh tokoh atau Negara tertentu. Sementara di Indonesia, kedamaian hidup warga Negara kadang-kadang terusik, entah karena urusan politik ataupun oleh sentimen suku dan agama. Dalam dunia pendidikan, kita tidak jarang menyaksikan kekerasan antar pelajar dan antar mahasiswa.
a).        Fakta-Fakta Pertikaian dan Perang
Kita dapat menyaksikan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir ini terjadi beberapa peristiwa pertikaian dan peperangan baik yang terjadi di dalam negeri maupun di luar negeri. Pertikaian-pertikaian tersebut, antara lain:
       Di Timur Tengah hingga kini masih terjadi peperangan yang tidak kunjung selesai antara Israel dan Palestina. Sudah ratusan ribu  nyawa melayang.
       Di Irak, masih terjadi perang saudara pasca tumbangnya presiden Sadam Husein pada bulan Maret 2003 hingga saat ini. Begitupun di Siria dan beberapa negara tetangga lainnya.
       Di Eropa kini terjadi perang saudara di Ukraina yang telah menelan banyak korban jiwa.
       Di Indonesia masih sering terjadi pertikaian antarsesama  anak bangsa, oleh karena alasan politik ataupun alasan agama.
b).        Alasan Terjadinya Pertikaian dan Perang
Berikut beberapa alasan besar yang menyebabkan terjadinya pertikaian dan perang, misalnya:
       Fanatisme agama dan suku: Fanatisme agama atau suku biasanya disebabkan oleh kepicikan dan perasaan bahwa dirinya terancam. Pertikaian dan perang karena fanatisme agama selalu berlangsung lama dan sangat kejam.
       Sikap arogan/angkuh: Sikap arogan/angkuh adalah sifat dimana suku atau bangsa yang merasa diri kuat dan dapat bertindak secara sepihak dan sewenang-wenang.
       Keserakahan: Banyak pertikaian dan perang berlatar belakang ekonomi karena ingin merebut ‘harta karun’ tertentu. Demi harta dan uang, orang dapat berbuat apa saja, termasuk perang. Perang menciptakan peluang pedagangan senjata dan tekhnologi.
       Merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak: Kadang- kadang perang terpaksa dilaksanakan untuk merebut kemer- dekaan dan mempertahankan hak
c)   Damai yang diajarkan oleh Yesus membersihkan dunia ini dari segala macam kejahatan dan kedurhakaan. Damai itu benar-benar damai bagi mereka yang sejiwa dengan Yesus. Damai adalah suatu pencapaian kebenaran dan hasil perjuangan serta pergulatan batin. Ini bukan damai lahiriah yang tergantung pada manusia lain, tetapi damai batiniah yang sepenuhnya berakar dalam kebenaran, yaitu di dalam diri Yesus.
d)   Damai itu bukan hanya tidak ada perang atau kekacauan. Lebih dari itu, damai berarti suatu rasa ketenangan hati karena orang memiliki hubungan yang bersih dengan Tuhan, sesama, dan dunia. Damai sejahtera yang menampakkan Kerajaan Allah

D.    KEUTUHAN CIPTAAN
Kita pernah mendengar atau membaca tentang dosa pertama yang diceritakan dalam Kitab Suci (Kej 3). Cerita itu bukanlah suatu laporan tentang suatu kejadian di masa lampau, tetapi lebih merupakan suatu cerita simbolik, suatu cerita kiasan yang ingin menunjukkan kepada kita bahwa manusia lebih suka mengikuti jalan pikiran dan seleranya sendiri. Secara kiasan Kitab Suci menceritakan bagaimana Tuhan memberikan kepada manusia pertama (Adam dan Hawa) suatu taman, suatu kebun, yang indah dan subur. Tuhan memberikan semuanya, namun Tuhan berpesan supaya pohon yang tumbuh di tengah kebun itu tidak diganggu gugat. Sebenarnya ini suatu “perintah” yang tidak berat. Namun, Adam dan Hawa telah menentang perintah Tuhan itu. Ia memilih pikiran dan kemauannya sendiri. Ia mengganggu pohon itu, ia
memetik buahnya, untuk suatu kesenangan sesaat. Kita tahu akibat dari ulah manusia itu, kebun yang indah itu lenyap. Lalu manusia harus menuai berbagai derita dan bencana secara turun temurun.
b)  Manusia sesungguhnya diciptakan oleh Allah menurut gambar-Nya. Artinya, manusia diciptakan untuk menjadi wakil Allah di dunia ini. Sebagai wakil Allah, manusia diberi tugas untuk menguasai ciptaan lainnya. Menaklukkan dan menguasai alam tidak berarti menggunakannya sampai habis dan merusaknya, tetapi mengatur dan menyiasati alam demi kebahagiaan manusia itu sendiri dan semua makhluk ciptaan Allah. Manusia mempunyai tugas untuk memelihara alam ciptaan (lingkungan hidup), sehingga alam ini dapat dinikmati oleh umat manusia sepanjang masa.
c)  Alam semesta ini bukan hanya untuk manusia atau untuk sekelompok manusia yang saat ini memiliki sarana dan kemampuan untuk memanfaatkannya saja, tetapi alam semesta ini untuk semua generasi manusia kini dan masa datang. Maka seluruh tindakan manusia atas alam harus menunjukkan tanggung jawab bagi masa depan, bagi generasi yang akan datang.
d)  Manusia perlu menyadari bahwa keberadaan alam semesta ini saling kait-mengait. Manusia adalah makhluk yang hidup bersama dengan makhluk ciptaan lain dan hidup dalam lingkungan ciptaan yang indah mengagumkan. Manusia bukan satu-satunya ciptaan yang punya hak atas alam semesta ini. Maka, manusia harus membangun kesetiakawanan dengan makhluk yang lain. Adanya alam semesta ini adalah untuk bersama, sehingga keharmonisan antara satu dan yang lain harus dipelihara.

SURAT GEMBALA HARI BUMI 2017
Pada setiap tanggal 22 April diperingati Hari Bumi Sedunia. Seperti halnya hari-hari peringatan yang lain, Hari Bumi dijadikan tradisi karena banyak orang, termasuk kita, sering lupa akan keadaan bumi ini. Tradisi yang dimulai tahun 1970 ini mau mengingatkan kita agar kita sadar bahwa keadaan bumi kita semakin memprihatinkan. Memang, sejak tahun 1970-an kesadaran manusia akan keadaan bumi mulai muncul, tumbuh, dan berkembang. Mula-mula disadari bahwa lingkungan sekitar kita, atau yang biasa disebut biosfer, makin rusak. Tanah, air, dan udara terkena polusi. Bencana alam yang disebabkan oleh ulah manusia juga makin banyak, seperti penggundulan hutan yang berakibat banjir, tanah-longsor dan bencana alam yang lain. Banyak data dan berita tentang hal ini bisa kita dapatkan dari media massa.
Kesadaran itu makin menguat ketika kerusakan bumi tidak hanya terjadi pada lapisan biosfer, melainkan juga pada lapisan troposfer, yaitu kira-kira 10-15 kilometer di atas bumi. Pada lapisan ini, terjadi penumpukan emisi karbon yang menyebabkan gejala yang disebut sebagai “efek rumah kaca”. Inilah yang disebut pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim. Bukan hanya itu, banyak dampak negatif dialami penghuni bumi karena hal ini, dari banjir, kekeringan, kelaparan, naiknya air laut, dan munculnya beberapa penyakit baru.
Seiring dengan itu, makin disadari pula bahwa kerusakan juga terjadi pada lapisan yang lebih tinggi, yaitu lapisan stratosfer, kira-kira 30 kilometer di atas bumi. Pada lapisan ini, lapisan ozon, yang berfungsi menyaring sinar matahari, berlubang sangat besar. Lapisan ozon itu tercemar oleh berbagai bahan kimia yang menguap dari bumi, seperti misalnya gas chlorofluorocarbon (CFC), yang antara lain berasal dari alat pendingin udara (AC) rumah-rumah kita. Karena sudah terjadi dalam waktu yang sangat lama, lapisan ozon berlubang dan sebagian sinar matahari yang tidak baik untuk kehidupan, ikut masuk ke dalam bumi. Salah satu dampaknya adalah makin mudahnya orang terkena kanker kulit. Begitulah, kondisi bumi makin buruk dari segala sisi.
Semua itu tentu mengusik nurani kita. Meminjam istilah para ahli antarbangsa yang tergabung dalam Panel Perubahan Iklim, bencana itu bersifat anthropogenik. Artinya, faktor kesalahan manusia menjadi sebab yang utama. Karena itu, langsung atau tidak langsung kita pun ikut bertanggung jawab dalam kerusakan bumi ini. Dengan tulus, kita mesti mengakui bahwa perilaku kita atau sikap kita terhadap bumi belum sungguh adil dan beradab.
Jika ditelusur lebih jauh, akar masalahnya adalah keserakahan manusia. Manusia tidak puas dengan apa yang dimilikinya. Manusia cenderung menumpuk harta dengan mengeruk kekayaan bumi, seringkali tanpa peduli dengan akibatnya. Hal ini tidak hanya tampak pada manusia sebagai pribadi, tetapi juga jelas dalam lembaga ekonomi yang cenderung mencari untung sebanyak-banyaknya; juga dalam negara yang aturan hukum dan penerapannya belum sungguh ramah lingkungan. Menurut Bapa Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si’ yang dikeluarkan pada 2015, dengan keserakahannya manusia “mau menggantikan tempat Allah dan dengan demikian, akhirnya membangkitkan pemberontakan alam” (no.117). Sementara menurut Rasul Paulus, keserakahan berarti penyembahan berhala (Ef 5:5).

Kesadaran ini tentu mengingatkan kita juga agar dalam mengelola kekayaan bumi, kita mengingat sesama, termasuk generasi yang akan datang, serta segala makhluk ciptaan yang ada di atas bumi ini. Dari dunia biologi, kita belajar bagaimana setiap ciptaan Tuhan mempunyai perannya masing-masing dan manusia mempunyai peranan yang menentukan. Jika manusia tidak menjalankan tanggung jawabnya untuk memelihara bumi, pada akhirnya bumi akan punah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar