Selasa, 17 November 2015

Rangkuman Agama Kelas XII Bab 1D: Tantangan Hidup Berkeluarga

PERSOALAN DAN TANTANGAN HIDUP BERKELUARGA


Hidup berkeluarga di jaman modern ini mengalami berbagai tantangan yang semakin kompleks. Tantangan yang paling dirasakan justru muncul dari dasar perkawinan itu sendiri yaitu KOMUNIKASI. Menurut para tokoh pemerhati keluarga, komunikasi dalam keluarga/kehidupan rumah tangga, antara suami-istri dan anak-anak semakin berkurang karena kesibukan pekerjaan, dan terpisah oleh tempat yang jauh. 
Dalam era globalisasi dan modernisasi yang kian marak ini membawah pengaruh dan dampak baik yang positif maupun yang negatif dalam kehidupan keluarga-keluarga kristiani. Kehidupan keluarga tidak bisa lepas dari pengaruh nilai-nilai yang muncul dan yang dihidupinya.
Ada beberapa tantangan dan keperihatinan yang sedang terjadi saat ini:
1.      Persoalan tentang Kontrasepsi, Aborsi, dan Sterilisasi
Pemerintah mempromosikan adanya program Keluarga Berencana (KB) dengan tujuan tercapainya kesejahteraan dalam keluarga. Dengan program KB, kesehatan ibu dapat lebih dijamin, relasi suami istri semakin kaya, taraf hidup lebih ditingkatkan, pendidikan anak lebih terjamin dan tercapainya kesejahteraan masyarakat secara umum.
Gereja Katolik memandang program Keluarga Berencana (KB) dapat diterima. Namun, cara melaksanakannya harus diserahkan sepenuhnya kepada tanggung jawab suami-istri, dengan mengindahkan kesejahteraan keluarga. Gereja Katolik menyatakan bahwa KB pertama-tama harus dipahami sebagai sikap tanggung jawab. Pelaksanaan pengaturan kelahiran harus selalu memperhatikan harkat dan martabat manusia serta mengindahkan nilai-nilai agama dan social budaya yang berlaku dalam masyarakat. Keluarga katolik harus memperhatikan dan memahami penggunaan serta cara kerja alat-alat yang digunakan dalam program KB. Misalnya alat-alat kontrasepsi seperti kondom, suntik, pil KB dan IUD (spiral), harus benar-benar dipahami cara kerja dan efek dan penggunaan alat tersebut.
”Sejauh ini Gereja Katolik menganjurkan umat melaksanakan program KB dengan cara pantang berkala (tidak melakukan persetubuhan saat masa subur) atau sering disebut pula dengan istilah KB Alamiah. Dengan menerapkan KB Alamiah, pasangan diharapkan untuk dapat lebih saling mengasihi dan memperhatikan. Pantang berkala pada masa subur istri dapat diisi dengan mewujudkan kasih dengan cara yang lebih sederhana dan bervariasi. Suami lebih mengenal istri dan peduli akan kesehatan istri.
2.      Rapuhnya nilai kesetiaan dari perkawinan katolik.
Di abad yang serba praktis ini dengan arus hidup yang hedonisme, konsumeris, materialis ada sebagian kelurga kristiani yang mengalami persoalan di dalam menghayati nilai- nilai dasar perkawinan katolik. Ini berkaitan dengan penghayatan terhadap nilai monogami (kesatuan) perkawinan dan kesetiaan yang utuh terhadap pasangan hidup. Misalnya adanya perselingkuhan, praktek poligami bahkan sampai pada keputusan untuk berpisah ketika suasana kelurga tidak harmonis.
3.      Kemerosotan nilai-nilai penghayatan religius dalam keluarga,
Arus hedonis, konsumerisme, dan materialis membawah dampak yang luar biasa bagi penanaman dan penghayatan nilai-nilai religiusitas di dalam keluarga. Irama hidup keluarga hanya disibukan dengan kegiatan yang jauh dari dari hal-hal rohani. Misalnya menonton TV dan VCD, bermain HP, game online, dsb. Sehingga aktivitas rohani berupa doa pribadi, doa bersama, dan sharing masalah iman dalam keluarga sering terabaikan
4.      Tantangan dari lingkungan keluarga
Tantangan-tantangan yang ada dihadapan keluarga tidak hanya berasal dari masyarakat luas melainkan juga dari lingkungan keluarga sendiri, baik dari keluarga besar maupun keluarga inti. Yang di maksud keluarga besar adalah suami-istri dan sanak saudara dari suami maupun dari istri di mana pun mereka berada. Sedangkan keluarga inti adalah suami-istri dan anak-anak. Contoh tantangan dari dalam keluarga inti;
a. kurangnya transparansi antara suami dan istri,
b.kurangnya kerukunan antara suami dan istri
c.kurangnya komunikasi antara suami dan istri
d.kurangnya kesetiaan suami dan istri
e.adanya kecemburuan dari suami atau istri
f.adanya dominasi suami atau istri atas pasanganya.
g.adanya tindakan kekerasan dalam rumah tangga

5.      Beban ekonomi biaya tinggi yang harus di hadapi oleh keluarga- keluarga moderen dewasa ini
Globalisasi yang kuat ditandai dengan sistim persaingan kekuatan- kekuatan ekonomi antar Negara dengan sistim pasar bebasnya yang membawah dampak dalam kehidupan social, ekonomi keluarga dewasa ini. Hal ini harus membuat keluarga hidup dengan biaya ekonomi tinggi. Ekonimi biaya tinggi ini terjadi di segala sector: baik kebutuhan pokok, pelayanan jasa transportasi, pendidikan maupun berbagai pelayanan public. Ekonomi dengan biaya tinggi sering menimbulkan tekanan baik psikis maupun fisik yang bisa menjadi sumber kekerasan dalam rumah tangga.

Dalam menghadapi tantangan dan keperihatinan aktual saat ini, gereja mempunyai beberapa harapan-harapan terhadap keluarga- keluarga kristiani, antara lain:
1. Keluarga yang mau di bangun harus dipersiapkan dengan baik.
Maksudnya bahwa ada persiapan menjelang perkawinan yaitu:
a.      Persiapan Jauh. Persiapan sejak masa kanak-kanak terutama dengan pendidikan nilai, baik nilai manusiawi maupun nilai-nilai kristiani pada khususnya.
b.      Persiapan dekat. Hidup keluarga hendaknya disiapkan secara intensif sejak masa pacaran. Pemuda dan pemudi yang dalam tahap pacaran harus di dampingi secara bijaksana agar mereka dapat berpacaran dengan sehat. Hendaknya dalam masa pacaran mereka diharapakan lebih mengenal dengan baik keperibadian dari dari pasanganya masing-masing.
c.      Persiapan akhir. Beberapa bulan menjelang pernikahan calon pengantin disiapkan secara lebih intensif lewat kursus persiapan perkawinan, penyelidikan kanonik dan pengumuman nikah.
2. Keluarga didasarkan pada perkawinan yang sah 
Hal ini antara lain berarti: bahwa ke dua mempelai harus mengawali hidup berkeluarga mereka dengan upacara peneguhan perkawinan sesuai dengan hukum gereja, seperti termuat dalam kitab hukum kanonik dari kanon 1108- 1123.
3. Keluarga menjadi komunitas hidup dan kasih
Gereja berharap bahwa keluarga menjadi komunitas kehidupan dan kasih yang ditandai oleh sikap hormat dan syukur terhadap anuhgerah kehidupan serta kasih dari semua anggotanya.
Harapan gereja ini antara lain terungkap dalam konstitusi pastoral konsili vatikan ke II yakni “gaudium et spes 48” dan seruan apostolic paus Yohanes Paulus ke II  yang berjudul” familiaris consortio 17-41”.

Sumber:
1.      Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas XII, Buku Guru, 2015
2.      Br. Urbanus, Msf.S.Ag dalam msfmusafir.wordpress.com/2009/02/27/tantangan-dan-keperihatinan-yang-aktual-dalam-hidup-keluarga.
3. http://bidan-raka.blogspot.co.id/2010/06/kb-dalam-pandangan-gereja-katolik.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar