Kamis, 23 Februari 2017

Rangkuman Materi Kelas X (Bahan USBN)

Manusia Makhluk Pribadi
A.    Aku Pribadi yang Unik
Setiap manusia itu unik (unique/ Inggris atau unus/ latin = satu), tak ada satu orang pun yang mempunyai kesamaan dengan orang lain. Bahkan manusia kembar sekalipun selalu mempunyai perbedaan. Pada umumnya perbedaan ini yang membuat orang iri hati, bertentangan, bermusuhan dan ingin saling meniadakan. Padahal dengan perbedaan itu justru orang dapat saling memperkaya dan melengkapi. Perbedaan itulah yang menjadi keunikan setiap manusia. Keunikan itu bisa diamati dari hal-hal fisik, psikis, bakat/ kemampuan serta pengalaman-pengalaman yang dimilikinya.
Keunikan diri merupakan anugerah yang menjadikan diri seseorang berbeda dan dapat dikenal dan diperlakukan secara khusus. Untuk mengatasi perbedaan itu, diperlukan sikap menerima diri apa adanya. Tuhan menciptakan setiap manusia dengan tugas yang khas di dunia ini. Orang yang bersikap positif akan menerima keunikan itu sebagai anugerah, ia bangga bahwa dirinya berbeda, ia bersyukur bahwa apa pun yang ada pada dirinya merupakan pemberian Tuhan yang baik adanya. Dengan demikian, ia tidak akan minder, ia tidak berniat menjadi sama seperti orang lain, ia tidak akan menganggap dirinya tidak berharga, ia tidak akan melakukan tindakan yang melawan kehendak Tuhan akibat ketidakpuasan terhadap dirinya, hidupnya akan tenang dan mampu bergaul dengan siapa saja.
Ada orang yang kurang menerima keunikan diri. Orang yang demikian akan merasa tidak puas, bahkan dapat melakukan tindakan apa pun demi menutupi keterbatasan diri, misalnya operasi plastik. Orang yang demikian sering beranggapan seolah penampilan luar lebih penting. Sebagai seorang pribadi kita harus menyadari, mengerti dan menerima diri apa adanya. Ketika orang sudah menerima diri apa adanya maka ia akan mampu mengembangkan diri dan melakukan sesuatu dengan:
ü  Kesadaran diri (self-consciousness)
ü  Penerimaan diri (self-acceptance)
ü  Kepercayaan diri (self-confidence)
ü  Perasaan aman diri (self- assurance) yang tinggi.
Menerima diri merupakan proses yang tidak mudah. Banyak remaja yang seringkali tergoda untuk merasa tidak puas dengan dirinya sendiri. Ketika melihat temannya lebih kaya, ada remaja yang berpikir: mengapa saya dilahirkan dalam keluarga yang miskin? Ketika melihat orang lain berkulit putih, ada remaja yang berfikir: mengapa saya dilahirkan dengan kulit kusam? Ketika melihat temannya berhidung mancung, ada remaja yang berpikir: mengapa saya dilahirkan dengan hidung pesek? Melihat temannya pintar dalam pelajaran tertentu, ada remaja yang berpikir: mengapa saya tidak sepandai dia?
Mereka yang masih berpikir seperti itu, rupanya belum menyadari; bahwa untuk hal-hal tertentu, khususnya yang bersifat fisik-jasmaniah, apa yang melekat dalam diri kita sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan. Mereka lupa, bahwa banyak orang kaya juga tidak bahagia, banyak orang cantik atau tampan juga tidak sukses; sebaliknya banyak orang dengan wajah biasa (bahkan kurang menarik) dari keluarga miskin sekalipun bisa sukses dan dihargai banyak orang.
Sikap tidak menerima diri bisa menumbuhkan sikap iri, ingin menjadi seperti orang lain, dan akhirnya menghalalkan segala cara. Kasus remaja- remaja di Korea Selatan yang melakukan operasi plastik merupakan salah satu contohnya. Tetapi apa yang mereka lakukan bukan jaminan untuk bisa hidup bahagia.
Maka pertanyaan yang paling mendasar untuk direfleksikan adalah: nilai apa yang ingin kalian kejar yang dapat menentukan kebahagiaan kalian? Apakah nilai seseorang ditentukan oleh kecantikan atau ketampanan? oleh hidung yang mancung? atau oleh sikap dan perilaku serta keteladanan hidup?
Mendalami Ajaran Kitab Suci tentang Keunikan Manusia
Kitab Kej 1: 26 – 31!
Waktu menciptakan manusia, Allah merencanakan dan mencipta- kannya menurut gambar dan rupa-Nya. Menurut citra-Nya. (Kej 1:26) Waktu menciptakan manusia, Allah seolah-olah perlu “bekerja” secara khusus. “Tuhan Allah membentuk manusia dari debu dan tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya” (Kej 2:7).Segala sesuatu, termasuk taman Firdaus, diserahkan oleh Allah untuk manusia (Kej 1:26).
Bukankah manusia itu istimewa? Tuhan memperlakukan manusia secara khusus. Manusia sudah dipikirkan dan direncanakan oleh Allah sejak keabadian. Kehadiran manusia di muka bumi telah disiapkan dan diatur secara teliti dan mengagumkan. Manusia sungguh diperlakukan sebagai “orang”, sebagai pribadi, “seperti” Tuhan sendiri. Betapa uniknya kita manusia ini!
B.  Mengembangkan Karunia Allah
Menurut Aristoteles, manusia akan bahagia jika ia secara aktif merealisasikan bakat-bakat dan potensinya. Manusia adalah makhluk yang mempunyai banyak potensi, tetapi potensi-potensi itu akan menjadi nyata jika kita merealisasikannya. Kebahagiaan tercapai dalam mempergunakan atau mengaktifkan bakat dan kemampuannya. Setiap orang mempunyai kemampuan dan bakat-bakat dalam ukuran tertentu. Kemampuan dan bakat yang dimiliki seseorang seharusnya dikembangkan dan digunakan. Kemampuan dan bakat adalah anugerah Tuhan, yang dalam Kitab Suci sering disebut talenta. Tuhan menghendaki agar talenta itu dikembangkan dan digunakan. Dalam Injil Matius 25:14-30, dikisahkan tentang seorang tuan yang memanggil hamba-hambanya dan memberi mereka sejumlah talenta untuk “dikembangkan” dan “digunakan. Mengembangkan dan menggunakan talenta sebagaimana mestinya adalah panggilan dan tuntutan Kristiani. Allah memberikan kemampuan dan talenta yang berbeda kepada setiap orang dan kemampuan itu hendaklah digunakan dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama. Yesus memberikan gambaran seorang tuan yang memberikan talenta kepada hamba-hambanya. (Mat 25:14 – 30). Iapun menindak tegas kepada seorang hamba yang tidak mau mengembangkan talenta dan hanya memendamnya ke dalam tanah.
Menyadari Kekuatan dan Keterbatasan
Aspek-Aspek Kekuatan dan Keterbatasanku Fisik/Jasmani
ü  Bakat/Kemampuan: ada yang berbakat da nada yang tidak.
ü  Materi/Ekonomi: Kaya dan miskin
ü  Sifat – Sifat: ada yang bersifat baik da nada yang tidak
ü  Impian (sukses) yang ingin ku raih: masa depan yang diraih.
Pada dasarnya setiap manusia dianugerahi Tuhan dengan berbagai kemampuan walaupun dengan kadar yang berbeda antar satu dengan yang lain. Orang yang pandai dalam pelajaran matematika belum tentu terampil dalam olah raga, orang yang pandai bernyanyi belum tentu pandai juga dalam olah raga. Orang yang pandai dalam pelajaran IPA belum tentu pandai bersosialisasi dengan teman. Tidak ada orang yang pandai dan terampil dalam segala hal.
Kenyataan semacam ini seharusnya menyadarkan setiap orang bahwa di satu pihak setiap manusia mempunyai kemampuan, tetapi di lain pihak dia mempunyai keterbatasan. Maka tugas setiap orang adalah menemukan apa yang menjadi kemampuannya, serta menemukan juga keterbatasannya.

Mendalami Pesan Kitab Suci Tentang Panggilan Mengembangkan Anugerah
Perumpamaan Tentang Talenta (Mat 25: 14 – 30) 14 (hal 13
Yesus memberikan gambaran seorang tuan yang memberikan talenta kepada hamba-hambanya. ( Mat 25: 14 – 30). Iapun menindak tegas kepada seorang hamba yang tidak mau mengembangkan talenta dan hanya memendamnya ke dalam tanah.
Setiap orang diberi talenta oleh Tuhan. Mereka harus mengembangkan dan menggunakan talenta itu sebagaimana mestinya. Mengembangkan talenta sebagaimana mestinya adalah panggilan dan tuntutan orang beriman kristiani.
Kita harus mengembangkan bakat yang kita miliki, karena Tuhan telah memberikan talenta kepada manusia ciptaan-Nya, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki manusia masing-masing.
Kita harus seperti hamba yang pertama dan hamba yang kedua yang mengembangkan talenta yang mereka punya dengan baik. Kita tidak boleh mencontoh hamba yang ketiga, yang hanya mengubur talentanya, tanpa berusaha untuk mengembangkannya.
Allah akan sedih dan kecewa karena kita hanya memendam bakat yang kita miliki. Terlebih kita merasa iri hati terhadap kemampuan yang orang lain miliki. Allah memberikan masing-masing talenta kepada umat-Nya, dan talenta itu harus kita syukuri, serta kita kembangkan.
C.  Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan
Laki-laki dan perempuan diciptakan semartabat dan sederajat. Keduanya diciptakan menurut Citra Allah: diciptakan menurut gambar dan rupa Allah yang satu dan sama ( kej 1, 26 -27). Lebih dari itu, mereka dianugerahi kepercayaan dan kesempatan yang sama untuk mengambil bagian dalam karyaNya yang agung. Mereka dipanggil untuk membangun persekutuan (communio) dan bekerja sama dalam pengelolaan dunia dan seisinya serta pelestarian generasi umat manusia (kej 1, 31). Laki-laki dan perempuan saling melengkapi. Sifat korelatif itu sangat jelas dalam bentuk pria dan wanita. Tetapi juga kelihatan dalam seluruh kemanusiaannya, seperti: perasaan, cara berpikir, dan cara menghadapi kenyataan, termasuk Tuhan. Tuhan mengatakan: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej 2: 18).Laki-laki dan perempuan diciptakan bukan pertama-tama sebagai tuan dan hamba atau atasan dan bawahan, tetapi rekan yang sepadan. Tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada keduanya sama. Nilai karya dan peran mereka pada karya Allah pada umumnya tidak berbeda: tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah. Sabda Allah yang berbunyi: “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita…”(kej 1, 26) dan “…yang dijadikanNya itu sungguh amat baik” (kej 1, 31) menunjukkan perbedaan manusia dengan ciptaan lain. Sabda itu menunjukkan keistimewaan mereka sebagai laki-laki dan perempuan di antara semua ciptaan, bukan perbedaan mereka sebagai laki-laki dan perempuan. Dalam Kitab Kejadian juga diceritakan bahwa pria dan wanita merupakan ciptaan Tuhan yang paling indah.
Pria dan wanita diciptakan Tuhan untuk saling melengkapi, untuk menjadi teman hidup. Pria saja tidaklah lengkap. Allah sendiri berkata: “Tidaklah baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan seorang penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej 2: 18). Untuk menyatakan bahwa wanita sungguh-sungguh merupakan kesatuan dengan pria, maka Tuhan menciptakan wanita itu bukan dari bahan lain, tetapi dari tulang rusuk pria itu. Maka, pria itu kemudian berkata tentang wanita itu demikian: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kej 2: 23). Dari kutipan Kitab Suci ini jelaslah bahwa hubungan pria dan wanita adalah hubungan yang suci dan sepadan.
Mendalami Ajaran Kitab Suci tentang Kesetaraan Laki-laki dan Perempuan
Membaca dan merenungkan Kitab Kejadian 2: 18 – 23 (hal 20)
Analisa pertanyaan: Siapa yang menghendaki supaya manusia (laki-laki) tidak seorang diri? Kira-kira mengapa? Siapa yang menjadikan penolong bagi laki-laki? Apakah yang satu lebih tinggi dari yang lain? Lihat ayat 20, apakah ternak, burung sepadan dengan manusia? Lihat pula ayat 23, apakah ini pengakuan sederajat atau menganggap yang satu lebih hebat dari yang lain?
Menghayati Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan.
Banyak orang bila berbicara tentang kesederajatan antara perempuan dan laki-laki, sering terbatas pada masalah pembagian tugas atau fungsi. Maka banyak orang begitu yakin, bahwa kepala keluarga itu harus seorang bapak. Sekalipun sang bapak itu pengangguran dan yang berjuang mati- matian mencari nafkah adalah sang istri, tetap saja bapak yang kepala keluarga.
Banyak laki-laki ketika berbicara soal kesederajatan, lebih berfokus pada apa yang seharusnya seorang perempuan perbuat baginya. Dan sebaliknya, perempuan berpikir apa yang seharusnya laki-laki perbuat baginya. Selama manusia berpikir seperti itu, maka kesederajatan sulit diwujudkan.        
Sebaliknya kesederajatan akan terwujud bila orang berpikir secara baru. Pikiran baru itu adalah ketika laki-laki mampu berkata: perempuan diciptakan Tuhan sebagai penolong saya, berarti dia(perempuan) itu adalah bukti cinta Tuhan pada saya. Tuhan menghendaki saya berkembang lewat bantuan dia, maka saya akan menghormati dan melakukan apapun yang terbaik bagi dia. Bila saya menghormati dan mengasihi dia, saya pun mencintai Tuhan. Demikian pula sebaliknya: perempuan berkata: Saya telah diciptakan Tuhan sebagai penolong dia, maka saya akan menghormati dan melakukan apa saja yang terbaik bagi dia, sebab hal itu merupakan wujud saya mengasihi Tuhan.
Pikiran-pikiran semacam itu dapat diwujudkan melalui contoh berikut: Remaja laki-laki tidak akan merasa gengsi bila terbiasa mau membantu keluarga mencuci piring atau masak. Panggilan Tuhan atas laki-laki atau perempuan adalah: masing-masing berkembang dan memperkembangkan diri menjadi laki-laki sejati dan perempuan sejati.
D. Keluhuran Manusia Sebagai Citra Allah
Sebagai sesama citra Allah, setiap manusia adalah bersaudara. harus saling menghormati dan saling mengasihi. Tetapi di berbagai tempat masih terjadi kekerasan yang diakibatkan dari sikap fanatik dan diskriminatif ras, suku, agama, budaya, dan kelompok sosial.  Sikap ini seperti yang digambarkan Yesus dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati. Dalam perumpamaan itu dikisahkan bagaimana orang Samaria yang baik hati itu telah memperlakukan orang Yahudi yang mendapat bencana di jalan seperti saudaranya sendiri, bahkan lebih dari itu.
Dalam Kitab Kej 1: 26-27 dikisahkan demikian: Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”. Dalam kutipan Kej 1: 26-27 ini jelas dinyatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, tentang makhluk-makhluk yang lain tidak dikatakan seperti itu.
Mengamati Kasus Pelanggaran Terhadap Martabat Manusia
Sudah kita ketahui bahwa manusia itu bukan sesuatu, melainkan seorang pribadi unik yang bernilai. Nilai seseorang tidak ditentukan oleh harta kekayaan, oleh kecantikan atau ketampanan, bukan puka oleh kebudayaan, suku, ras atau kebangsaannya. Lalu mengapa kita masih menemukan banyaknya kasus pelanggaran martabat manusia? Mengapa masih ada perbudakan? Mengapa masih ada pembantaian?
Dibalik maraknya berbagai pelangggaran terhadap keluhuran matabat manusia, kita bersyukur karena muncul juga tokoh-tokoh yang memberikan pikiran dan pelayanannya untuk membela dan memperjuangkan keluhuran martabat manusia. Mereka itu adalah:
1). Mahatma Gandi adalah seorang pemimpin spiritual dan politikus dari India. Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam gerakan Kemerdekaan India. Dia adalah aktivis yang tidak menggunakan kekerasan, yang mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai. Saat remaja, Gandhi pindah ke Inggris untuk mempelajari hukum. Setelah dia menjadi pengacara, dia pergi ke Afrika Selatan, sebuah koloni Inggris, di mana dia mengalami diskriminasi ras yang dinamakan apartheid. Dia kemudian memutuskan untuk menjadi seorang aktivis politik agar dapat mengubah hukum-hukum yang diskriminatif tersebut. Gandhi pun membentuk sebuah gerakan non-kekerasan. Ketika kembali ke India, dia membantu dalam proses kemerdekaan India dari jajahan Inggris; hal ini memberikan inspirasi bagi rakyat di koloni-koloni lainnya agar berjuang mendapatkan kemerdekaannya.
2) Ibu Teresa Bunda Teresa (Agnes Gonxha Bojaxhiu); adalah seorang biarawati Katolik Roma keturunan Albania dan berkewarganegaraan India yang mendirikan Misionaris Cinta Kasih (bahasa Inggris: Missionaries of Charity) di Kalkuta, India, pada tahun 1950. Selama lebih dari 45 tahun, ia melayani orang miskin, sakit, yatim piatu dan sekarat, sementara membimbing ekspansi Misionaris Cinta Kasih yang pertama di seluruh India dan selanjutnya di negara lain. Setelah kematiannya, ia diberkati oleh Paus Yohanes Paulus II dan diberi gelar Beata Teresa dari Kalkuta. Pada 1970-an, ia menjadi terkenal di dunia internasional untuk pekerjaan kemanusiaan dan advokasi bagi hak-hak orang miskin dan tak berdaya. Misionaris Cinta Kasih terus berkembang sepanjang hidupnya dan pada saat kematiannya, ia telah menjalankan 610 misi di 123 negara, termasuk penampungan dan rumah bagi penderita HIV/AIDS, lepra, dan TBC, program konseling untuk anak dan keluarga, panti asuhan, dan sekolah. Pemerintah, organisasi sosial dan tokoh terkemuka telah terinspirasi dari karyanya, namun tak sedikit filosofi dan implementasi Bunda Teresa yang menghadapi banyak kritik. Ia menerima berbagai penghargaan, termasuk penghargaan pemerintah India, Bharat Ratna (1980) dan Penghargaan Perdamaian Nobel pada tahun 1979. Ia merupakan salah satu tokoh yang paling dikagumi dalam sejarah.
3). YB. Mangunwijaya seorang tokoh agama yang peduli pada nasib rakyat kecil, ia tak lelah membela hak-hak kaum yang tertindas. Seperti saat masyarakat Kedungombo menggugat penggusuran tanah mereka tanpa ganti rugi yang berarti karena di tanah yang akan mereka tempati akan dibuat sebuah waduk. Pada 5 Juli 1994, MA akhirnya mengabulkan tuntutan kasasi 34 warga Kedungombo dengan ganti rugi yang cukup besar. Namun niat baik rupanya tidak selalu ditanggapi dengan baik. Romo Mangun yang setia melakukan pendampingan sejak tahun 1986 itu justru dituding berusaha melakukan Kristenisasi. Mendapat tudingan itu, pria yang pernah mengikuti kuliah singkat tentang kemanusiaan di Amerika Serikat itu hanya terdiam. Selain menaruh kepedulian yang tinggi pada nasib rakyat miskin, Romo Mangun juga dikenal sebagai sosok yang sangat peduli dengan dunia pendidikan. “Anak-anak miskin yang tanpa sepengetahuan mereka terlempar lahir di kalangan kumuh, itulah yang sebetulnya lebih memerlukan pertolongan.
4). Munir Munir Said Thalib adalah pria keturunan Arab yang juga seorang aktivis HAM Indonesia. Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial. Saat menjabat Dewan Kontras namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi orang- orang hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu dia membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus. Setelah Soeharto jatuh, penculikan itu menjadi alasan pencopotan Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota tim Mawar. Jenazah Munir dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Kota Batu. Istri Munir, Suciwati, bersama aktivis HAM lainnya terus menuntut pemerintah agar mengungkap kasus pembunuhan ini. Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh polisi Indonesia. Belum diketahui siapa yang telah meracuni Munir, meskipun ada yang menduga bahwa oknum-oknum tertentu memang ingin menyingkirkannya.
Ajaran Gereja dan Kitab Suci yang Mengajarkan tentang Keluhuran Martabat Manusia sebagai Citra Allah
ü  KGK(Katekismus Gereja Katolik)357 Karena ia diciptakan menurut citra Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan seorang. Ia mampu mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas dirinya, mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, dan karena rahmat ia sudah dipanggil ke dalam perjanjian dengan Penciptanya, untuk memberi kepada-Nya jawaban iman dan cinta, yang tidak dapat diberikan suatu makhluk lain sebagai penggantinya.
ü  KGK 358 Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk manusia (Bdk. GS 12,1; 24,2; 39,1), tetapi manusia itu sendiri diciptakan untuk melayani Allah, untuk mencintai-Nya dan untuk mempersembahkan seluruh ciptaan kepada- Nya.
ü  KGK 361 “Hukum solidaritas dan cinta ini” menegaskan bagi kita, bahwa kendati keaneka-ragaman pribadi, kebudayaan dan bangsa, semua manusia adalah benar-benar saudara dan saudari.
ü  KGK 362 Pribadi manusia yang diciptakan menurut citra Allah adalah wujud jasmani sekaligus rohani. Teks Kitab Suci mengungkapkan itu dalam bahasa kiasan, apabila ia mengatakan: “Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej 2:7). Manusia seutuhnya dikehendaki Allah
·       Apa yang dimaksud dengan manusia diciptakan sebagai gambar Allah (Citra Allah)?
·       Apa keunggulan manusia dibandingkan ciptaan Allah yang lain?
·       Berdasarkan kutipan di atas, siapa yang dimaksud dengan saudara?
·       Buatlah sebuah rumusan yang menunjukkan sejauh mana kalian sudah menghayati keberadaan dirinya sebagai Citra Allah!
·       Bagaimana pandangan kalian dengan pernyataan bahwa semua manusia satu saudara?
Kata Citra lebih tepat kita artikan sebagai Gambaran. Makhluk yang disebut manusia  dikatakan sebagai gambaran atau citra si penciptanya, yaitu Allah sendiri. Karena manusia diciptakan sebagai Citra Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan seseorang. Ia mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas diri sendiri, mengabdikan diri dalam kebebasan, dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, dan dipanggil membangun relasi dengan Allah, pencipta-Nya
Manusia diberi kuasa untuk menguasai alam ciptaan lain. Menguasai alam berarti menata, melestarikan, mengembangkan, dan menggunakannya secara bertanggungjawab.
Persaudaraan sejati adalah persaudaraan yang dihayati atas dasar persamaan kodrat sebagai sesama ciptaan Tuhan dan persamaan kodrat sebagai Citra Allah. Persaudaraan sejati tidak membedakan orang berdasarkan agama, suku, ras, ataupun golongan, karena semua manusia adalah sama-sama umat Tuhan dan sama-sama dikasihi Tuhan. Maka setiap orang yang membenci sesamanya, ia membenci Tuhan.
Pertanyaan:
·       Mengapa manusia disebut bermartabat luhur, dimana letak keluhuran martabatnya?
·       Apa konsekuensi kedudukan manusia yang bermartabat luhur dalam relasinya dengan Sang Pencipta dan dalam hubungan dengan sesame?
·       Sikap/tindakan apa saja yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur martabat manusia?
·       Sikap dan tindakan apa saja yang perlu dikembangkan dalam rangka menjunjung tinggi keluhuran martabat manusia?



Bab II
  Manusia Makhluk Otonom

Sebagai makhluk otonom, manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sikap, secara mandiri. Secara etimologi, Otonomi berasal dari bahasa Yunaniautos” yang artinya sendiri, dan “nomos” yang berarti hukum atau aturan, jadi pengertian otonomi adalah berani menentukan sikap sendiri. Otonom berarti berdiri sendiri atau mandiri. Jadi setiap orang memiliki hak dan kekuasaan menentukan arah tindakannya sendiri. Ia harus dapat menjadi tuan atas dirinya.
Berbicara mengenai manusia bukanlah sesuatu yang mudah dan sederhana, karena manusia banyak memiliki keunikan. Keunikan tersebut dinyatakan sebagai kodrat manusia. Manusia sulit dipahami dan dimengerti secara menyeluruh akan tetapi manusia mempunyai banyak kekuatan spiritual yang mendorong seseorang mampu bekerja dan mengembangkan pribadinya secara mandiri.
Arti otonom adalah mandiri dalam menentukan kehendaknya, menentukan sendiri setiap perbuatannya dalam pencapaian kehendaknya. Allah telah memberikan akal budi yang membuat manusia tahu apa yang harus dilakukannya dan mengapa harus melakukannya. Dengan kemampuan akal budinya, manusia mampu membedakan hal baik dan buruk dan membuat keputusan berdasarkan suara hatinya dan mampu bersikap kritis terhadap berbagai pilihan hidup.
A. Suara Hati
Pemikiran Dasar
Hati nurani merupakan kesadaran moral yang timbul dan tumbuh dalam hati manusia, sedangkan hati nurani secara sempit dapat diartikan sebagai penerapan kesadaran moral dalam situasi konkret, yang menilai suatu tindakan manusia atas buruk baiknya. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru. Suara hati atau hati nurani merupakan daya atau kemampuan khusus untuk membedakan perbuatan baik atau perbuatan buruk, serta menilai baik-buruknya perbuatan itu berdasarkan akal budi. Conscience atau hati nurani merupakan hasil dialog pribadi kita yang terdalam dengan Allah ketika kita menghadapi dan menanggapi situasi hidup sehari – hari.
Santo Paulus mengatakan kepada kita bahwa dalam diri kita ada dua hukum, yaitu Hukum Allah dan hukum dosa. Kedua hukum itu saling bertentangan. Hukum Allah menuju kepada kebaikan, sedangkan hukum dosa menuju kepada kejahatan. Santo Paulus menyadari bahwa selalu ada pergulatan antara yang baik dan yang jahat dalam hati manusia (lih. Rom 7: 13–26). Sementara dalam suratnya kepada jemaat di Galatia 5: 17 Santo Paulus mengatakan bahwa kita harus memberikan diri dipimpin oleh Roh. Kita harus berusaha memenangkan hati nurani kita dan mengalahkan kecenderungan kita yang menyesatkan. Kita harus peka terhadap sapaan dan rahmat Allah. Gereja melalui Konsili Vatikan II, khususnya dalam Gaudium et Spes Art. 16, dikatakan, “Tidak jarang terjadi, bahwa hati nurani keliru karena ketidaktahuan yang tak teratasi. Dengan bantuan Roh Allah kita dimampukan untuk mengalahkan kekuatan dahsyat yang menguasai suara hati kita, yang oleh Santo Paulus dinamai kuasa/ keinginan daging.

Pergumulan Suara Hati Dalam Pengalaman Sehari-hari
 Hidup manusia sangatlah berbeda dengan ciptaan Tuhan lainnya, seperti hewan atau tumbuhan. Ada saat di mana manusia harus mengalami pergumulan atau pergulatan ketika hendak melakukan suatu tindakan, terutama ketika ia harus mengambil keputusan: apakah tindakannya layak dilakukan atau tidak, apakah yang dilakukan itu benar atau salah, apakah tindakan itu akan merugikan sesama atau tidak. Kemampuan itu nampaknya tidak dimiliki ciptaan Tuhan lainnya, karena tindakan mereka lebih diarahkan oleh instink. Kemampuan bergulat dalam dirinya sendiri sebelum dan sesudah melakukan kegiatan itu disebabkan manusia memiliki suara hati, atau suara batin atau hati nurani yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.”
Contoh Pergumulan Suara Hati page 35
Ajaran Gereja dan Kitab Suci Tentang Suara Hati
*               Ajaran Kitab Suci (hal 36)
*               Ajaran Gereja  Dokumen Konsili Vatikan II Gaudium et Spes art. 16 “Di lubuk hati nuraninya, manusia menemukan hukum, yang tidak diterimanya dari dirinya sendiri, melainkan harus ditaati. Suara hati itu selalu menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan menghindari apa yang jahat. Bilamana perlu, suara itu menggemakan dalam lubuk hatinya: jalankan ini, elakkan itu. Sebab dalam hatinya, manusia menemukan hukum yang ditulis oleh Allah.
Suara hati ialah inti manusia yang paling rahasia, sanggar suci; di situ ia seorang diri bersama Allah, yang pesan-Nya menggema dalam hatinya.. Atas kesetiaan terhadap hati nurani, umat Kristiani bergabung dengan sesama lainnya untuk mencari kebenaran, dan untuk dalam kebenaran itu memecahkan sekian banyak persoalan moral, yang timbul baik dalam hidup perorangan maupun dalam kehidupan kemasyarakatan.”
Hati nurani sendiri dapat diartikan secara luas dan secara sempit.
Arti luas: Dalam arti luas hati nurani berarti kesadaran moral yang tumbuh dan berkembang dalam hati manusia.
Arti sempit: Hati nurani merupakan penerapan kesadaran moral di atas dalam situasi konkret seperti yang dialami Boy dalam kisah tadi. Suara hati yang menilai suatu tindakan manusia benar atau salah, baik atau buruk. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru. Suara hati adalah suara Allah, maka melawan suara hati berarti melawan Allah. Agar kita setia pada kehendak Allah kita perlu bersatu dengan Roh Kudus dan mengandalkan kekuatannya.       
Kerja suara hati dapat ditinjau dari berbagai segi: Segi waktu
1.     Hati nurani dapat berperanan sebelum suatu tindakan dibuat. Biasanya, hati nurani akan menyuruh kalau perbuatan itu baik dan melarang kalau perbuatan itu buruk
2.     Hati nurani dapat berperan pada saat suatu tindakan dilakukan. Ia akan terus menyuruh jika perbuatan itu baik dan melarang jika perbuatan itu buruk atau jahat.
3.     Hati nurani dapat berperan sesudah suatu tindakan dibuat. Hati nurani akan “memuji” jika perbuatan itu baik dan hati nurani akan membuat kita gelisah atau menyesal jika perbuatan itu buruk atau jahat.
Segi benar-tidaknya
1.     Hati nurani benar, jika kata hati kita cocok dengan norma objektif. misalnya: menolong orang yang sedang mengalami musibah.
2.     Hati nurani keliru, jika kata hati kita tidak cocok dengan norma objektif. 
Segi pasti-tidaknya
1.     Hati nurani yang pasti, artinya, secara moral dapat dipastikan bahwa hati nurani tidak keliru.
2.     Hati nurani yang bimbang, artinya, masih ada keraguan.
Berikut ini adalah penyebab tumpulnya suara hati:
1.     Orang yang bersangkutan tidak biasa menghiraukan hati nuraninya.
2.     Orang yang selalu bersifat ragu-ragu atau bingung.
3.     Pandangan masyarakat yang keliru. Misalnya: riba dianggap biasa! 
4.     Pengaruh pendidikan dalam lingkungan keluarga atau lingkungan lainnya.
5.     Pengaruh propaganda, mass media dan arus massa.
Cara kerja suara hati, antara lain:
·       Sebelum bertindak, ia berfungsi sebagai petunjuk (indeks), yang mengingatkan bahwa ada yang baik dan ada yang buruk. Sesungguhnya kesadaran moral semacam ini sudah dimiliki setiap orang dewasa.
·       Pada saat-saat menjelang bertindak, ia bertindak sebagai hakim (iudeks), yang menyuruh kita melakukan yang baik dan melarang/menghindari yang jahat. Selama perbuatan itu belum selesai, suara hati akan bekerja terus antara menyuruh melakukan yang baik dan melarang melakukan yang jahat.
·       Sesudah tindakan selesai dilakukan, ia berfungsi memberikan vonis (vindeks), yang akan menyatakan apakah perbuatan kita itu tepat atau tidak tepat. Bila yang kita lakukan itu benar, ia akan memberikan pujian sehingga kita merasakan ketenangan, tetapi bila yang kita lakukan itu yang jahat dan salah maka ia akan memberikan hukuman, yang membuat kita merasa bersalah dan tidak tenang, merasa dikejar-kejar kesalahan, dan sebagainya.
Lewat hati nuraninya yang bersih, setiap orang dipanggil untuk bekerjasama memecahkan persoalan-persoalan dalam masyarakat, sehingga persoalan-persoalan dalam masyarakat seharusnya dipecahkan pertama-tama melalui dialog yang dilandasi hati nurani, karena hati nurani adalah suara Allah. Jangan langsung didekati secara agama masing-masing atau melalui hukum. Contoh: ketika menangkap orang yang mencuri pisang hanya beberapa biji, menurut hukum wajib dikenai hukuman. Tetapi bisa jadi bila didekati secara nurani, akan muncul belas kasihan sehingga pencuri itu diampuni. Contoh lain: bila ada pasangan muda-mudi berbeda agama mau menikah, menurut hukum Perkawinan Negara dilarang, tetapi bila menuruti hati nurani mungkin orang akan berpikir mengapa cinta harus dibatasi dengan peraturan?
Cara membina Suara hati:   
·       Seseorang yang selalu berbuat sesuai dengan hati nuraninya, hati nurani akan semakin terang dan berwibawa.
·       Seseorang yang selalu mengikuti dorongan suara hati, keyakinannya akan menjadi sehat dan kuat. Dipercayai orang lain, karena memiliki hati yang murni dan mesra dengan Allah. “Berbahagialah orang yang murni hatinya, karena mereka akan memandang Allah.” (Mat 5: 8). Mencari keterangan pada sumber yang baik
·       Dengan membaca: Kitab Suci, Dokumen-Dokumen Gereja, dan buku-buku lain yang bermutu.
·       Dengan bertanya kepada orang yang punya pengetahuan/ pengalaman dan dapat dipercaya
·       Ikut dalam kegiatan rohani, misalnya rekoleksi, retret, dsb.
·       Koreksi diri atau introspeksi
·       Koreksi atas diri sangat penting untuk dapat selalu mengarahkan hidup kita. Menjaga kemurnian hati
·       Menjaga kemurnian hati terwujud dengan melepaskan emosi dan nafsu, serta tanpa pamrih, yang nampak dalam tiga hal:
1.     Maksud yang lurus (recta intentio): ia konsisten dengan apa yang direncanakan, tanpa dibelokkan ke kiri atau ke kanan.
2.     Pengaturan emosi (ordinario affectum): ia tidak menentukan keputusan secara emosional.
3.     Pemurnian hati (purification cordis): tidak ada kepentingan pribadi atau maksud-maksud tertentu di balik keputusan yang diambil.
Hal ini dapat dilatih dengan penelitian batin, seperti merefleksikan rangkaian kata dan tindakan sepanjang hari itu, berdoa sebelum melakukan aktivitas, dan lain-lain.
Suara Hati Sebagai Pedoman dalam Mengambil Keputusan.
Suara hati adalah tempat di mana Allah membisikkan apa yang boleh kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan. Maka, menaati suara hati sama artinya menaati Allah sendiri. Ketaatan kepada suara hati ata ketaatan kepada Allah itu perlu dilatihkan mulai dari hal-hal kecil. Banyak orang tahu bahwa berbohong itu tidak baik tetapi banyak orang terbiasa melakukannya. Kalau kebiasaan itu tidak dikikis sejak awal, maka kebiasaan tersebut akan terbawa seumur hidup. Bahkan awalnya berbohong kecil-kecilan bisa menjadi bohong besar dan penipuan.
Resapkanlah cerita berikut: “Kios Suara Hati” hal 39
Santo Paulus, ketika ditangkap dan dijebloskan ke penjara, di depan umum dengan bangga dan berani berkata: “Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah.”  (Kis 23:1) lebih lanjut dia mengatakan: “Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia”. (Kis 24:16) Pikirkanlah, kebiasaan apa saja yang ingin kalian tinggalkan agar suara hatimu tetap suci murni. Katakan hal itu di depan Tuhan, serta memohon kekuatan darinya untuk mampu meninggalkan kebiasaan buruk itu.
B. Bersikap Kritis dan Bertanggung Jawab Terhadap Pengaruh Media Massa
Pemikiran Dasar
Media komunikasi dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sebagai dampaknya, informasi yang masuk ke dalam kehidupan sehari-hari tidak terbendung. Persoalannya, informasi itu ada yang bersifat membangun, tetapi ada juga yang bersifat merugikan. Pada umumnya remaja bersifat polos dalam mengadopsi kehadiran media. Mereka menelan begitu saja apa yang disediakan dan tidak mencernanya. Sehubungan dengan itu remaja perlu mendapatkan bimbingan supaya mereka dapat bersikap kritis dalam memilih media dan mampu mengolahnya menjadi nutrisi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Kita dituntut untuk bersikap kritis atas segala tawaran yang ada dan informasi yang kita peroleh.
Bersikap kritis tidak berarti menolak mentah- mentah tentang media, melainkan kita mencoba menyaringnya dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang kita pilih dan kita percaya. Sikap kritis mengandaikan kedewasaan berpikir, mampu mempertimbangkan baik-buruk sesuatu hal, selektif dan mampu membuat skala prioritas dalam menentukan pilihan-pilihan hidup. Dengan demikian, kita akan dapat menempatkan media massa pada tempat yang semestinya bagi perkembangan diri kita.
Mendalami Berbagai Pengaruh Media Dalam Kehidupan Sehari-Hari.
 “Remaja korban Media, betulkah?” Media mempunyai peranan besar dalam kehidupan masyarakat termasuk juga remaja. Dengan hadirnya media sebagai alat untuk menyampaikan berbagai gagasan, ide, dan penilaian terhadap sesuatu tentang apa yang kita rasakan, kita bisa berbagi pengalaman, ilmu, dan lain sebagainya, media juga menumbuhkan rasa saling mengerti, saling berbagi, rasa kasih sayang antara sesama manusia. Dengan adanya media sebagai alat semua itu menjadi mudah dilakukan. Di zaman teknologi saat ini media bisa hadir dalam berbagai bentuk yang bisa di akses dengan mudah dan menghadirkan informasi yang  lebih banyak dan beragam. oleh sebab itu media menjadi sesuatu yang pokok yang tidak bisa dihindari, di sisi lain walau peranan media begitu dominan dan komplit namun juga membawa dampak yang sangat signifikan.
Bagaikan dua sisi mata uang berbeda, media massa mempunyai dampak positif dan negatif, yang bisa menguntungkan sekaligus menjatuhkan masyarakat sebagai objek dari media tersebut, baik dalam perilaku, moral dan intelektual. Media dapat mengubah pola pikir masyarakat, menentukan perasaan dan perilaku masyarakat melalui citra yang ditampilkan. Hal ini bisa berdampak baik dan bisa sebaliknya. Bagi para remaja, yang masih dalam masa proses pencarian jati diri, di mana pada fase ini tingkat perubahan mental, perilaku dan intelektualnya tumbuh secara cepat, pengaruh media ini sangat terasa. Baik ketika menonton tv, membaca majalah atau tabloid, maupun ketika mendengar radio. Hal ini Dapat kita lihat dari perubahan pola pikir, perilaku dan mentalnya. Sebagai contoh, banyak remaja putri rela menghabiskan uangnya untuk membeli produk kecantikan yang di iklankan di tv dan media cetak lainnya demi tampil menawan seperti gadis dalam sampul produk tersebut. Begitu pula remaja putra merasa gagah dan maco jika merokok, seperti ditampilkan dalam iklan rokok yang memberikan citra lelaki sejati, sehingga timbul anggapan “kalau laki-laki ya merokok”, padahal kalau diperhatikan tidak satupun bintang iklan tersebut yang nampak sedang mengisap rokok yang diiklankannya. Dan banyak lagi contoh perilaku-perilaku yang merupakan korban dari citra yang ditimbulkan oleh media massa tersebut. Pada fase ini juga, para remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, ingin merasakan sesuatu yang baru, dan ingin menjadi seperti apa yang dilihatnya, karena memang pada masa ini remaja belum mempunyai konsep diri yang matang.
Menurut beberapa ahli yang mengamati dan mengkaji dampak media massa, menyatakan bahwa peran orang tua sebagai orang terdekat diharapkan aktif mendampingi remaja dalam menggunakan jasa media baik elektronik maupun cetak. Kemudian orang tua perlu melakukan dialog edukatif, dan kreatif dengan remajanya, tentang tayangan atau bacaan yang mereka konsumsi, sehingga mereka tetap dapat mengambil nilai-nilai positif dari media tersebut, dan dampak negatif media bisa diminimalisir.
Pandangan Gereja tentang Media Komunikasi Sosial
Dekrit tentang Komunikasi Sosial, kelompok Pro artikel 9, dan artikel 10 untuk kelompok kontra, lalu mendiskusikan pertanyaan di bawahnya:
Kedua kelompok membaca artikel berikut: “Berani Ambil Sikap!” “Anda harus berani mengambil sikap! Jadikanlah media sebagai alat bukan tuan! Demikian penegasan ketua Komisi Sosial Konferensi Wali Gereja Indonesia (Komsos KWI) Mgr. Hilarion Datus Lega Pr. “Media bukan segala- galanya yang harus melampaui hati nurani, akal budi sehat dan kebutuhan konkret manusia yang menggunakannya. Sikap tegas ini harus diambil oleh siapa saja, termasuk kaum muda dan orang tua yang mau mendidik anak-anaknya dalam menghadapi banjir media. Tidak dapat dipungkiri kalau setiap saat informasi dari berbagai media, baik yang harum semerbak laksana melati, maupun yang berbau menusuk seperti sampah busuk, memasuki setiap rumah tangga, melalui segala macam media, dari cetak, audio visual, sampai multi media. Namun, sampah busuk itu memang tidak terpisahkan dari mawar melati tadi, karena memang pada dasarnya media seperti dua sisi mata uang. “Implikasi negatif dari media tidak dapat kita hindari. Mau atau tidak, suka atau tidak media membawa serta kaitan-kaitan
Membaca dan merenungkan kutipan Kitab Injil (Mrk 2: 23-28) .
Kedua kelompok menjawab pertanyaan berikut:
·       Apa yang kalian pahami dari pernyataan “Jadikanlah media sebagai alat bukan tuan! Media bukan segala-galanya yang harus melampaui hati nurani, akal budi sehat dan kebutuhan konkret manusia yang menggunakannya.”
·       Mgr. Hilarion Datus Lega Pr. Juga menekankan perlunya bersikap kritis terhadap media. Dengan cara bagaimana sikap itu diwujudkan ?
Rangkuman gagasan yang kalian peroleh itu dalam sebuah motto, misalnya: “No Signal, Life Go On!”
Kita harus memiliki sikap kritis terhadap semua informasi yang kita terima. Sikap kritis berarti dapat memilah-milah mana yang benar dan mana yang salah; mana yang baik dan mana yang buruk; mana yang positif dan mana yang negatif. Jadi, kita harus bersikap kritis terhadap pengaruh positif dan negatif dari media yang menyuguhkan berbagai informasi.
Pengaruh positif dari media dapat terjadi karena:
1.     Teknologi media mendekatkan manusia satu sama lain. Ia dapat mendekatkan pikiran dan relasi kita. Pikiran dan relasi kita menjadi lebih terbuka kepada orang lain, kepada bangsa lain, budaya lain, dsb.
2.     Teknologi media dapat membuat kita terlibat pada peristiwa di belahan bumi yang lain. Kita terlibat pada gempa bumi di Aljazair, pada SARS di Cina, pada Piala Dunia, dsb.
3.     Teknologi media menyajikan mutu dan pola pemberitaan yang semakin menarik. Pemberitaan lewat satelit dan jaringan internet yang makin semarak.
Pengaruh negatif yang disebabkan dari teknologi media sendiri, antara lain:
1.     Media telah membangun kerajaan dan kekuasaan yang sangat kuat. Siapa yang memiliki media dia yang kuat dan berkuasa. Media menciptakan budaya baru yang gemerlap, budaya asli dan lokal perlahan-lahan tersingkir.
2.     Media adalah bisnis. Supaya bisnis dapat laku, maka digalakkan semangat materialisme, konsumerisme dan hedonisme.. Lewat media dapat dibangun persepsi yang salah tentang kesejahteraan. Kesejahteraan berarti memiliki materi sebanyak- banyaknya. Manusia tidak lagi dinilai dari karakter dan dedikasi, tetapi dari apa yang dia miliki (rumah, mobil, uang, dsb.) seperti yang dipromosikan pada iklan-iklan di media.
3.     Lewat media dapat diciptakan stereotip tentang tokoh kecantikan, mode, dsb. yang akan ditiru oleh khalayak ramai, misalnya mode rambut, mode pakaian, dsb. yang begitu cepat ditiru.
4.     Lewat media dapat diciptakan sensasi tantangan seks, kekerasan, dan horor yang mungkin sangat disenangi oleh penonton.
5.     Pemilik, penguasa, dan sponsor media dapat melakukan berbagai rekayasa dan trik demi kepentingan bisnis dan politiknya.
6.     Jadwal hidup dan kerja kita menjadi tidak teratur. Banyak waktu tersedot untuk menonton atau mendengar siaran media. Komunikasi antar pribadi dalam keluarga berkurang.
7.     Kecanduan dan keterlibatan pada kekerasan dan seks bebas sering ada hubungannya dengan siaran TV atau chatting di internet atau HP (SMS).
8.     Arus urbanisasi sering disebabkan oleh tayangan yang glamour tentang kehidupan kota

C. Bersikap Kritis terhadap Ideologi  dan Gaya Hidup yang Berkembang Dewasa ini.
Pemikiran Dasar
Dalam hidup modern dewasa ini, kita tidak dapat lepas dari berbagai pengaruh lingkungan, baik itu paham atau ideologi maupun aliran hidup yang ada dan berkembang saat ini. Terlebih seperti yang dialami oleh banyak kaum muda sekarang ini, tren apapun bentuknya mulai dari mode, musik, film, sampai pada berbagai gaya hidup lainnya, hingga perangkat teknologi, tak bisa dilepaskan pengaruhnya bagi kita. Tingkatan pengaruhnya sangat tergantung pada kedewasaan kita dalam menjalani dan menentukan pilihan. Pada pelajaran ini, kita akan mengamati berbagai pengaruh dari suatu ideologi, aliran/paham, dan tren-tren yang berkembang saat ini. Harapannya adalah bahwa kita harus bersikap kritis terhadap.
Sewaktu hidupNya, Yesus bertemu dengan berbagai orang yang menganut macam-macam ideologi, paham dan aliran, misalnya kaum Farisi, kaum Saduki, kaum Esseni, dan kaum Zelot. Dalam menghadapi berbagai ideologi, paham, dan aliran tersebut, Yesus sudah memiliki sikap kritis. Yesus tetap pada pilihan-Nya (opsi-Nya), yaitu Kerajaan Allah. Yesus juga pernah dihadapkan kepada berbagai tawaran yang menggiurkan, seperti jaminan sosial ekonomi, kekuasaan, dan kesenangan, tetapi Yesus tetap menolaknya (lih. Mat 4: 1-11). Pilihan (opsi) Yesus tetap pada mewartakan dan memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah.
Dalam hidup modern dewasa ini, kita tidak dapat lepas dari berbagai pengaruh lingkungan, baik itu paham atau ideologi maupun aliran hidup yang ada dan berkembang saat ini. Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan atau di perlihatkan dalam aktivitas, minat, dan pendapatnya yang berkaitan dengan citra dan status sosialnya.
Ajaran Kitab Suci tentang Perlunya Bersikap Kritis Terhadap Gaya Hidup, Trend dan Ideologi yang Berkembang.
(Luk 4: 1 – 13) Yesus dicobai di padang gurun
Tawaran apa yang diberikan iblis kepada Yesus? Bagaimana sikap Yesus menghadapi berbagai tawaran tersebut? Pesan apa yang kalian peroleh dari kisah tersebut
Setan mencobai Yesus dengan menawarkan hal-hal yang menggiurkan (lih. Luk 4: 1-13). Pertama : Roti, rezeki, jaminan sosial ekonomi. Kedua : Kedudukan dan kekuasaan. Ketiga : Kesenangan dan kenikmatan.
Godaan-godaan iblis bertujuan agar Yesus menggagalkan pilihan (opsi) untuk mewartakan Kerajaan Allah, dan supaya Yesus menyibukkan diri dengan jaminan sosial, ekonomi, kekuasaan, dan kesenangan. Yesus menolaknya, bukan karena hal-hal itu jelek, tetapi karena ada hal yang lebih pokok, yaitu Kerajaan Allah! Yesus bersikap kritis terhadap ideologi dan aliran pada zaman-Nya. Waktu Yesus hidup di Palestina telah ada berbagai kelompok dan aliran, misalnya: FARISI (dari kata Ibrani Pharesees = ‘terpisah’) Kelompok Farisi adalah kelompok orang-orang Yahudi saleh yang menerima hukum tertulis dan lisan dan dengan amat teliti menaati berbagai macam kewajiban. Mereka mengecam Yesus karena Ia mengampuni dosa, melanggar peraturan Sabat, dan bergaul dengan pendosa. Sebaliknya, Yesus melawan sikap legalisme lahirilah dan formalisme pembenaran diri mereka. Mereka bekerja sama dengan para Saduki (lawan mereka) untuk membunuh Yesus.
SADUKI Kelompok Saduki merupakan salah satu kelompok politik Palestina zaman Yesus. Mereka mempunyai pengaruh besar dalam bidang politik. Mereka berhubungan erat dengan para Imam Agung, kaum ningrat, dan golongan konservatif. Dalam hal agama, mereka menolak tradisi lisan, kebangkitan orang mati, dan adanya malaikat. Mereka menentang Yesus dan bersama para Farisi mengusahakan penyaliban Yesus, karena Yesus dianggap mengancam kedudukan politis dan kepentingan mereka. ESENI (berasal dari kata Ibrani Kasidim =’orang-orang setia’) Kelompok Eseni ini menganggap diri sebagai orang terpilih dari antara orang-orang saleh. Mereka hidup bermatiraga melaksanakan Hukum Taurat dengan sangat ketat, hidup berkelompok tanpa milik pribadi, dan sebagian dari mereka tidak menikah. Mereka hidup demikian karena yakin bahwa mereka akan bangkit dan hidup pada akhir zaman, waktu di mana hampir semua orang menjadi murtad termasuk pimpinan bangsa dan imam-imam Yahudi. ZELOT Kelompok Zelot adalah pejuang-pejuang kemerdekaan Yahudi melawan orang-orang Roma pada awal abad pertama Masehi dan dalam perang yang berakhir dengan kehancuran Yerusalem pada tahun 70 Masehi. Yesus ternyata tidak memilih salah satu dari kelompok-kelompok atau aliran-aliran tersebut di atas. Yesus memilih aliran dan gerakan-Nya sendiri, yaitu mewartakan dan memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah. Dalam rangka mewartakan dan memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah, Yesus menyapa orang-orang miskin.
Walaupun ia berasal dari kelompok kelas menengah, Yesus secara sosial bercampur dengan orang-orang yang paling rendah dan menyamakan diri- Nya dengan mereka. Mereka adalah orang miskin, buta, lumpuh, kusta, kerasukan setan (dikuasai oleh roh najis), pendosa, pelacur, pemungut cukai, rakyat gembel yang buta hukum, lintah darat, dan penjudi. Mereka ini dianggap oleh orang Farisi sebagai sampah masyarakat yang harus dibuang, tidak berguna atau najis. Mereka harus disingkirkan dari pergaulan masyarakat, karena menyimpang dari hukum dan warisan adat-istiadat. Bersikap kritis terhadap media dan ideologi tanpa tanggung jawab dan dasar yang kuat akan menyebabkan kita hanya ingin tampil beda saja. Sebagai murid Kristus,sikap kritis harus berdasar dan dapat dipertanggung jawabkan. Kita harus mengkritisi berbagai media, cara pandang, dan ideologi yang mempengaruhi kita agar kita menemukan kehidupan yang autentik (dapat dipercaya) atau yang sejati. Budaya modern dengan berbagai teknologi, gaya hidup, dan ideologi cenderung tidak lagi memusatkan nilai iman dan hanya sedikit memberi dukungan untuk menghayati iman dalam kehidupan sehari-hari.
Bersikap kritis pada media dan berbagai ideologi menunjukkan bahwa kita mempunyai sikap iman. Sikap iman merupakan bentuk sikap bagaimana kita menerima Allah dan kasih Allah yang diwahyukan kepada kita dalam pribadi Yesus melalui komitmen-komitmen kita. Sikap kritis terhadap ideologi yang ada, semestinya membuat kita mampu bertahan dan berkembang sebagai seorang Kristen sejati di tengah- tengah dunia ini. Konsekuensi dan dasar dari hidup kritis adalah berani menyatukan diri ke dalam perkembangan dunia, dan berani melepas apa yang “nikmat” dan menjadi murid Kristus.
Sikap kritis mempunyai 3 proses dasar:
·       Berusaha memusatkan diri pada perkembangan nilai-nilai atau cita-cita yang kita anggap luhur.
·       Berusaha memalingkan diri dari keegoisan dan mengarahkan segala perhatian kepada kepentingan bersama.
·       Membuka perhatian kepada hidup yang lebih sempurna, yaitu ke arah hidup Allah sendiri.














Bab III
Kitab Suci dan Tradisi Sebagai Sumber Iman Akan Yesus Kristus

Sebagai orang yang beriman akan Yesus Kristus, kita ingin mengembangkan diri dengan berpolakan pada Yesus Kristus. Pribadi Yesus Kristus dijadikan pola dan teladan pengembangan diri, sebab dalam Dia-lah kita menemukan keluhuran martabat manusia yang unggul dan berkenan kepada Allah. Dialah Citra Allah yang telah dipilih Allah menjadi jalan, kebenaran dan hidup manusia. Dalam Dia-lah kesempurnaan manusia di hadapan Allah. Agar mampu menempatkan Yesus sebagai sosok kesempurnaan hidup, maka kita perlu menggali pemahaman kita dari sumbernya, yakni Kitab Suci, baik Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, serta Tradisi Gereja. Kitab Suci dan Tradisi menjadi sumber iman kita.
A. Kitab Suci Perjanjian Lama
Pemikiran Dasar
Bagi umat beriman Kitab Suci memegang peranan yang sangat penting. Ia menjadi sumber tertulis yang utama untuk memahami karya penyelamatan Allah kepada manusia sepanjang zaman. Ia juga menjadi sumber referensi dan inspirasi untuk mengembangkan imannya. Karena kedudukan dan perannya yang sangat penting itu, maka setiap orang beriman perlu memahami Kitab Suci secara benar. Kitab Suci Perjanjian Lama seperti yang dimiliki umat Kristiani saat ini disusun melalui proses yang panjang sekitar lebih dari sepuluh abad, sejak abad XI SM sampai kurang lebih abad I Sesudah Masehi.
Sejarah Kitab Suci Perjanjian Lama
Pada mulanya berupa kumpulan cerita tentang pengalaman bangsa Israel dalam hubungannya dengan sejarah bangsanya dan sekaligus peranan serta kehadiran Allah dalam seluruh perjalanan hidup mereka. Pengalaman-pengalaman penyelamatan Allah sepanjang sejarah mereka itu diceritakan kepada anak cucu mereka secara turun- temurun. Hingga suatu saat ada orang-orang tertentu, yang mendapat ilham Roh Kudus menyusun dan menuliskannya menjadi sebuah buku utuh seperti yang kita miliki sekarang ini. Kitab Suci bukanlah Kitab Sejarah, walaupun di dalamnya terdapat unsur-unsur sejarah.
Memahami Kitab Suci Perjanjian Lama.
Isi Pokok Perjanjian Lama:
Tentang Perjanjian Lama, Dokumen Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi (Dei Verbum) , artikel 14 menyatakan: Allah Yang Mahakasih dengan penuh perhatian merencanakan dan menyiapkan keselamatan segenap umat manusia. Dalam pada itu Ia dengan penyelenggaraan yang istimewa memilih bagi diri-Nya suatu bangsa, untuk diserahi janji-janji-Nya. Sebab setelah mengadakan perjanjian dengan Abraham (lih. Kej 15:18) dan dengan bangsa Israel melalui Musa (lih. Kel 24:8), dengan sabda maupun karya-Nya Ia mewahyukan Diri kepada umat yang diperoleh-Nya sebagai satu-satunya Allah yang benar dan hidup sedemikian rupa, sehingga Israel mengalami bagaimanakah Allah bergaul dengan manusia. Adapun tata keselamatan, yang diramalkan, diceritakan dan diterangkan oleh para pengarang suci, sebagai sabda Allah yang benar terdapat dalam Kitab-kitab Perjanjian Lama.
Hubungan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru Dokumen Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi (Dei Verbum), artikel 16, menyatakan sebagai berikut: Allah, pengilham dan pengarang kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Baru, dalam kebijaksanaan-Nya mengatur (Kitab Suci) sedemikian rupa, sehingga Perjanjian Baru tersembunyi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Lama terbuka dalam Perjanjian Baru. Lalu apa hubungan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru?
 Makna istilah “Perjanjian Lama”
Istilah “Perjanjian Lama” dipergunakan untuk membedakan dengan “Perjanjian Baru”. Dalam sejarah keselamatan, relasi manusia dengan Allah diikat dengan perjanjian, yang dalam Perjanjian Lama manusia diwakili oleh bangsa Israel, teristimewa melalui para pemimpin mereka. Perjanjian itu adalah perjanjian kasih yang menyelamatkan. Dalam perjanjian itu, Allah berjanji akan senantiasa menyelamatkan manusia, dan dari pihak manusia Allah menuntut kesetiaan.
Sayangnya kesetiaan Allah itu seringkali dibalas dengan ketidaksetiaan Israel. Maka Allah yang adalah setia tetap menjanjikan penyelamatan pada manusia dengan cara memperbaharui perjanjian melalui putraNya sendiri Yesus Kristus. Maka Perjanjian Lama menunjuk pada perjanjian antara manusia dengan Allah sebelum Kristus. Walaupun “Perjanjian Lama” pada dasarnya belum sempurna, namun apa yang diungkapkan di dalamnya tetap penting, sebab ia  mengungkapkan kepada manusia tentang:
1.     Cara Allah yang adil dan rahim; bergaul dengan manusia.
2.     Kesadaran hidup akan Allah.
3.     Ajaran-ajaran yang luhur tentang kebijaksanaan yang menyelamatkan.
4.     Tata cara hidup manusia.
5.      Memuat janji kedatangan Kristus Penebus.
6.     Persiapan warta, Kerajaan Allah.
Garis besar proses tersusunnya Kitab Suci Perjanjian Lama.
Secara garis besar Kitab Suci Perjanjian Lama memuat dua bagian besar, yakni Kitab Prasejarah dan Kitab Sejarah.
1.     Kitab Prasejarah, mulai dari Kisah Penciptaan sampai dengan Menara Babel(Kej1-11), 
2.     Kitab Sejarah Israel mulai dari Abraham yang hidup sekitar tahun 2000/1800 sebelum Masehi sampai menjelang Yesus Kristus.
Namun, sejarah yang ditulis dalam Perjanjian Lama lebih merupakan sejarah iman. 
Proses tersusunnya Kitab Suci Perjanjian Lama:
1.   Proses dimulai pada saat awal sejarah Israel, yaitu sekitar tahun 1800 SM
Antara tahun 1800 - 1600 S.M.: Zaman Bapa-bapa bangsa (Abraham–Ishak–Yakub). Periode ini adalah awal sejarah bangsa Israel yang dimulai dari panggilan Abraham sampai dengan kisah tentang Yakub. Dalam tahun inilah Bapa-bapa bangsa hidup.
2.   Antara tahun 1600 - 1225 S.M.: Kisah bangsa Israel mengungsi ke Mesir, perbudakan di Mesir, pembebasan dari Mesir sampai Perjanjian di Sinai. Kisah-kisah tersebut juga masih disampaikan secara lisan. 10 perintah Allah dalam rumusan yang pendek sudah ditulis pada masa ini sebagai pedoman hidup.
3.   Antara tahun 1225 - 1030 S.M.: Perebutan tanah Kanaan dan zaman Hakim-Hakim. Pada periode ini, bangsa Israel merebut tanah Kanaan yang diyakini sebagai Tanah Terjanji di bawah pimpinan Yosua.
4.   Antara tahun 1030 - 930 S.M.: Periode Raja-Raja. Pada periode ini, bangsa Israel memasuki tahap baru dalam kehidupannya. Mereka mulai menganut sistem kerajaan yang diawali dengan raja Saul, kemudian digantikan oleh raja Daud dan diteruskan oleh raja Salomo, putra Daud. Pada masa inilah bangsa Israel menjadi cukup terkenal dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Pada zaman raja Saul, Daud, dan Salomo, bagian-bagian Kitab Suci Perjanjian Lama mulai ditulis.
5.   Antara tahun 930 - 722 S.M.: Kerajaan Israel dan Yahuda. Sesudah raja Salomo wafat, kerajaan Israel terpecah menjadi dua, yaitu kerajaan Utara (Israel) dan kerajaan Selatan (Yuda). Kerajaan Utara hanya berlangsung sampai tahun 722 S.M. Pada periode ini mulai muncul pewartaan para nabi dan kisah para nabi seperti Elia dan Elisa, Hosea, Amos. Beberapa bagian pewartaan para nabi mulai ditulis. Pada masa ini, beberapa kumpulan hukum perjanjian mulai diterapkan dan ditulis. Kita dapat membacanya dalam kitab Ulangan.
6.   Antara tahun 722—587 S.M.: Kerajaan Yehuda masih berlangsung sesudah kerajaan Israel jatuh. Kerajaan Yehuda atau Yuda masih tetap berdiri kokoh sampai akhirnya mereka dibuang ke Babilon pada tahun 587 S.M. Pada masa ini beberapa tradisi tertulis tentang kisah bapa- bapa bangsa mulai disatukan. Pada masa ini muncul tulisan tentang sejarah bangsa Israel, beberapa bagian dari Mazmur, dan Amsal.
7.   Antara tahun 586 - 539 S.M.: Zaman pembuangan Babilon. Orang- orang Israel yang berasal dari Kerajaan Yuda hidup di pembuangan Babilon atau Babel selama kurang lebih 50 tahun. Pada masa ini, penulisan Kitab Sejarah dilanjutkan. Muncul pula tulisan yang kemudian kita kenal dengan kitab Ratapan. Pewartaan para nabi sebelum pembuangan ditulis pada masa ini. Pada periode ini juga muncul para imam yang menuliskan hukum- hukum yang sekarang masuk dalam kitab Imamat.
8.   Antara tahun 538 - 200 S.M: Sesudah pembuangan, bangsa Israel diizinkan pulang kembali ke tanah airnya oleh raja Persia yang mengalahkan Kerajaan Babilon. Pada masa ini kelima kitab Taurat telah diselesaikan. Juga kitab-kitab Sejarah Yosua, Hakim-hakim, 1-2 Samuel, dan Raja-raja sudah selesai ditulis. Kitab-kitab para nabi pun sudah banyak yang diselesaikan Dari ratusan nyanyian, akhirnya dipilih 150 mazmur yang kita terima sampai sekarang.
Alasan membaca dan mendalami Kitab Perjanjian Lama merupakan keharusan adalah:
1.     Dengan mempelajari Perjanjian Lama, kita akan melihat bagaimana Allah secara terus-menerus dan dengan setia menyatakan Diri-Nya untuk dikenal; dan bagaimana bangsa Israel menanggapi pewahyuan Allah itu. Hubungan timbal-balik antara Allah dengan bangsa Israel tersebut dapat menjadi cermin bagi manusia yang hidup zaman sekarang dalam membangun relasi yang lebih baik dengan Allah.
2.     Kitab Suci Perjanjian Lama bukan buku yang pertama- tama hendak menguraikan fakta-fakta sejarah, melainkan hendak mengungkapkan Allah yang berfirman, yang menyampaikan rencana dan tindakan penyelamatan kepada manusia. Perjanjian Lama adalah Firman Allah. Karena Firman Allah, maka manusia diminta untuk mau mendengarkan dan menjalankan apa yang difirmankan-Nya.
3.     Beberapa bagian kitab Perjanjian Lama berisi nubuat- nubuat tentang Juru Selamat yang dijanjikan Allah, yang digenapi dalam diri Yesus Kristus. Oleh karena itu, pemahaman diri Yesus Kristus sebagai penggenapan janji Allah dapat sepenuhnya dipahami bila kita mempelajari Perjanjian Lama.
4.     Yesus sendiri sebagai orang Yahudi mendasarkan peng- ajaran-Nya dari Kitab Perjanjian Lama. Ia tidak meniadakan Perjanjian Lama, melainkan meneguhkan dan sekaligus memperbaharuinya.
 B. Kitab Suci Perjanjian Baru
Pemikiran Dasar
Isi Kitab Suci Perjanjian Baru adalah: pengalaman iman akan Yesus. Mereka sebagai saksi mata peristiwa Yesus Kristus sebagai tokoh sentral. Melalui pergaulan dan kebersamaan dengan Yesus Kristus, baik langsung maupun tidak langsung, mereka pada akhirnya mengimani Yesus Kristus sebagai Anak Allah dan Juru Selamat yang sekaligus menjadi pemenuhan janji penyelamatan Allah kepada manusia, sebagaimana telah dipersiapkan dan diwartakan dalam Perjanjian Lama.
Pada dasarnya pengalaman iman para penulis akan Yesus Kristus tidaklah sama, karena sangat dipengaruhi oleh berbagai macam latar belakang yang melekat pada diri penulis sendiri. Itulah sebabnya gaya, cara, dan isi pengalaman iman yang mereka sampaikan mempunyai penekanan yang berbeda satu terhadap yang lain. Konsekuensi dari itu semua, bila manusia sekarang ingin memahami isi pesan Kitab Perjanjian Baru maka disarankan agar mereka mencoba memahami konteks kemasyarakatan dan keagamaan masyarakat dan para penulis. Walaupun demikian, pemahaman akan konteks bukan hal mutlak, sebab yang paling penting adalah bagaimana kita menempatkan Perjanjian Baru sebagai cara Allah menyampaikan kehendakNya melalui ungkapan pengalaman orang-orang yang hidup pada zaman tertentu. Di tengah berbagai kesulitan yang dialami Umat dalam membaca dan memahami isi pesan Kitab Perjanjian Baru, Konsili Suci mendesak dengan sangat semua orang beriman supaya sering kali membaca Kitab-Kitab ilahi untuk memperoleh pengertian yang mulia akan Yesus Kristus (Dei Verbum Art. 25). Santo Paulus dalam suratnya yang kedua kepada Timotius mengatakan bahwa:
1.     Segala tulisan yang diilhamkan Allah (Kitab Suci) memang bermanfaat untuk mengajar
2.     Untuk menyatakan kesalahan.
3.     Untuk memperbaiki kelakuan.
4.     Untuk mendidik orang dalam kebenaran” (lih. 2 Tim 3: 26).
St. Hironimus berkata “Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus.”
Baca artikel Untuk sang kekasih Karya: AMAS Kasihku halaman 72,
Buku yang lama (PL) berbicara mengenai perjanjian Tuhan dengan bangsa Israel; sedangkan buku kedua, yang sekarang disebut PB, berbicara mengenai perjanjian Tuhan dengan umat manusia seluruhnya dalam diri Yesus dari Nazaret. Maka kedua-duanya dilihat sebagai perjanjian Tuhan dengan umat manusia. Cuma dalam perjanjian lama itu, perjanjian masih dibatasi pada bangsa Israel, sedangkan dalam periode kedua, yang disebut “perjanjian yang baru,” hubungan itu diperluas kepada umat manusia seluruhnya. Maka isi daripada kata “perjanjian” lebih jelas dalam PL, tetapi lebih mendalam dalam PB.
Dalam PB Tuhan berhubungan dengan umat manusia bukan lagi melalui suatu naskah perjanjian, melainkan melalui Putera-Nya sendiri ialah Tuhan kita Yesus Kristus. Proses penyusunan Kitab Suci Perjanjian Baru Ke 27 Kitab dalam Perjanjian Baru, tentu saja tidak langsung jadi, tetapi melalui proses yang kurang lebih 100 tahun. Ketika Yesus masih hidup, tidak seorangpun di antara murid-murid-Nya yang terpikir untuk mencatat tentang apa yang Ia lakukan atau Ia katakan, atau segala sesuatu tentang kehidupan-Nya. Mereka hanya ingin menjadi murid Yesus yang mengikuti Yesus ke manapun Ia pergi, mereka tinggal bersama Yesus, mereka belajar mendengarkan ajaran-Nya, dan menyaksikan tindakan Yesus. Baru sesudah Yesus dibangkitkan, mereka mulai merasakan arti kehadiran Yesus bagi hidup mereka, dan bagi banyak orang yang selama ini mengikuti Yesus percaya kepada-Nya. Sesudah Yesus bangkit, para murid mulai sadar, bahwa Ia yang selama ini diikuti adalah sosok yang menjadi kegenapan janji Allah, sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
Peristiwa Pentakosta seolah membakar hati mereka untuk mulai berani bercerita kepada banyak orang tentang siapa Yesus sesungguhnya. Berkat Pentakosta, mereka mulai keluar dari persembunyian, dan pergi ke berbagai tempat menceritakan secara lisan tentang ajaran, karya (mukjizat-mukjizat), serta hidup Yesus. Dari situ terbentuklah semakin banyak kelompok orang yang percaya kepada Yesus di berbagai kota, tapi sampai ke wilayah di luar Palestina. Karena orang-orang yang percaya kepada Yesus itu tersebar di berbagai kota, dan tidak selamanya para rasul bisa hadir di tengah mereka, maka kadang- kadang komunikasi dilakukan melalui surat. Surat itu bisa berisi wejangan untuk menyelesaikan masalah atau pengajaran atau cerita-cerita tentang kehidupan Yesus. Baru sesudah para murid meninggal dan umat yang percaya kepada Yesus Kristus semakin banyak, muncullah kebutuhan akan tulisan baik mengenai hidup Yesus, karya-Nya, sabda-Nya maupun akhir hidup-Nya. Berkat bimbingan Roh Kudus, mereka menuliskan kisah tentang Yesus berdasarkan cerita-cerita dari para saksi mata, para pengikut-Nya yang sudah beredar dan berkembang luas di tengah-tengah (bacalah Luk 1:1-4). Melalui tulisan itu mereka mau mewartakan iman mereka (dan iman jemaat) akan Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
Periode hidup Yesus sampai pembentukan kanon Perjanjian Baru.
1.     Antara tahun 7/6 sebelum Masehi (SM) - 30 sesudah Masehi (M)
Yesus lahir sekitar tahun 7/6 SM*, dibesarkan di desa Nazaret wilayah Galilea. Ia seorang Yahudi yang saleh yang menaati hukum dengan penuh semangat (bdk. Mt 5:17).
2.     Sekitar tahun 27/28 Masehi Yesus dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes Pembaptis.  Kemudian Ia berkeliling di seluruh Galilea dan Yudea untuk mewartakan Kerajaan Allah. Ketika Yesus lahir dan tampil di depan umum, Palestina berada di bawah kekuasaan Roma dipimpin oleh Kaiser Agustus dan di Palestina dipimpin oleh Herodes Agung.
3.     Dalam situasi seperti itu ada suasana kebencian di kalangan orang Yahudi terhadap penjajah Roma. Sementara itu dalam kehidupan Umat Yahudi sejak lama tumbuh keyakinan bahwa Allah mereka adalah Allah yang setia dan selalu terlibat dalam seluruh kehidupan umat-Nya. Dalam kondisi dijajah oleh bangsa lain mereka menaruh harapan pada Allah yang akan membebaskan mereka dari derita dan penjajahan. Campur tangan Allah itu diyakini akan dilaksanakan melalui seorang tokoh yang disebut Mesias.
4.     Setelah dibaptis oleh Yohanes, Yesus meneruskan pesan yang sudah diserukan oleh Yohanes. Yesus menyatakan campur tangan Allah sebagai kabar baik sebagaimana dinyatakan oleh para nabi (bdk. Yes 40:11; 52:7- 10), yakni hidup, sabda dan karyaNya.
5.     Dalam mewartakan misinya sebagai Mesias, Yesus kerap mengajar dengan menggunakan perumpamaan agar mudah ditangkap oleh orang-orang sederhana. Namun demikian semua disampaikan dengan kewibawaan Ilahi. Itulah sebabnya Yesus selalu bersabda: “Aku berkata kepada-mu... (Mrk 1:27). Yesus dianggap oleh mereka menghojat Allah. Kendati demikian, Yesus tidak takut dan tetap mewartakan kedatangan Kerajaan Allah dan mengajak setiap orang yang mendengar-Nya bertobat dan percaya kepada Injil.
6.     Kebencian para pemimpin agama dan kaum Farisi tampak dalam tindakan mereka yang selalu menguji Yesus untuk mencari kesalahan-Nya. Bahkkan diceritakan, bahwa beberapa kali mereka bersekongkol untuk membunuh Yesus, tetapi Yesus berhasil menyingkir, meloloskan diri (Mat 12:14). Hingga pada akhirnya, mereka menggunakan kesempatan perayaan Paska untuk menangkap Yesus.
7.     Sejak penangkapan Yesus di Taman Getsemani, murid-murid yang selama ini selalu bersama-sama dengan Dia sangat ketakutan. Petrus menyangkal, para murid yang lain entah ke mana. Yesus harus menghadapi pengadilan sendirian bahkan berjalan salib tanpa mereka. Sampai akhirnya Yesus wafat di Salib.
8.     Kebangkitan Yesus itu memperkokoh iman mereka. Mereka menjadi semakin percaya bahwa Yesus sungguh-sungguh Mesias, Putera Allah, Tuhan dan Penyelamat. Mereka semakin yakin akan segala sesuatu yang telah diwartakan Perjanjian Lama tentang Mesias, dan hal itu dilihat sebagai terlaksana dalam diri Yesus.
Antara Tahun 40 - 120 Masehi: penyusunan dan penulisan Kitab Suci Perjanjian Baru.
1.     Karangan tertua dari Kitab Suci Perjanjian Baru adalah 1 Tesalonika (ditulis sekitar tahun 40 an) sedangkan yang paling akhir adalah 2 Petrus (tahun 120-an)
2.     Yesus pasti tidak menulis apapun yang berkaitan dengan karya dan sabda- sabda-Nya, tidak juga menyuruh para murid-Nya untuk menuliskannya, meskipun Ia bisa membaca dan menulis (lih. Luk 4:17-19 dan Yoh 8:6). Ia hanya berkeliling mengajar dan berbuat baik (menyembuhkan, mengusir setan dan sebagainya) di dalam pengajaran-Nya Yesus kerapkali menggunakan Kitab Suci, tetapi Kitab Suci yang la gunakan adalah Kitab Suci Perjanjian Lama. Namun karena sabda-Nya dan hidup-Nya serta karya-Nya begitu mengesankan dan berwibawa maka banyak orang tertarik dan mengikuti Yesus
3.     Mula-mula para murid mulai mewartakan Yesus secara lisan. Inti pe- wartaan pada mulanya adalah wafat dan kebangkitan-Nya (bdk. Kisah Para Rasul: Khotbah Petrus pada hari Pentakosta, Kis 2). Kemudian pewartaan itu berkembang dengan mewartakan juga hidup, karya dan sabda-Nya dan yang terakhir adalah masa muda-Nya atau masa kanak- kanak-Nya. Semua diwartakan dalam terang kebangkitan, karena kebangkitan Kristus merupakan dasar dari iman kepada Yesus Kristus.
4.     Setelah komunitas jemaat berkembang di berbagai kota maka seringkali para Rasul berhubungan dengan komunitas tersebut melalui utusan dan surat-surat (Kis 15:2. 20-23). Itulah sebabnya karangan yang tertua dan tertulis adalah dalam bentuk surat (lihat poin 1).
5.     Karena banyak komunitas yang perlu untuk terus dibina, sementara para saksi mata jumlahnya terbatas, maka mulailah juga ditulis beberapa pokok iman yang penting, seperti kisah kebangkitan, sengsara, sabda- sabda Yesus dan karya Yesus.
6.     Setelah generasi pertama mulai menghilang, maka dibutuhkan tulisan- tulisan tentang Yesus yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka muncullah karangan-karangan yang masih berupa fragmen-fragmen: kisah sengsara, mukjizat--mukjizat, kumpulan sabda, kumpulan perumpamaan, dsb. Dari situ akhirnya disusunlah injil-injil dan kisah para rasul, sampai akhirnya seperti yang kita miliki sekarang ini. Injil itu disusun berdasar atas tradisi, baik lisan maupun tertulis dan yang disesuaikan dengan maksud dan tujuan penulis serta situasi jemaat.
Pada tahun 367Atanasius menyusun daftar Kitab Suci yang termasuk Perjanjian Baru. Gereja Katolik mengakui bahwa jumlah tulisan atau Kitab dalam Perjanjian Baru ada 27 tulisan atau Kitab. Inti Kitab Suci Perjanjian Baru:
·       Tentang Yesus Kristus karya-Nya
·       Tentang Yesus dan Sabda-Nya
·       Yesus dan tuntutan-Nya dan hidup-Nya, dengan cara dan gaya penulisan masing-masing.
Meskipun Perjanjian Baru berpusat pada Yesus Kristus, namun di dalamnya juga tercantum beberapa hal mengenai mereka (jemaat perdana) yang percaya kepada Yesus Kristus. Secara umum, Kitab Suci Perjanjian Baru bentuknya bersifat kisahtentang perumpamaan, ajaran, surat dan nubuat.  Keempat Injil Kitab Suci Perjanjian Baru dibuka dengan empat tulisan yang disebut Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Isi dari ke-4 tulisan atau injil adalah:
1.     Sebagian besar isinya berupa cerita mengenai Yesus selagi hidup di dunia,
2.     Mengenai karya-Nya
3.     Mengenai wejangan-wejangan-Nya
4.     Dan mengenai perjuangan-Nya.
Tulisan mereka berhenti dengan kisah tentang Yesus yang menampakkan diri sesudah bangkit dari antara orang mati. Dilihat dari isinya maka keempat Kitab Injil itu dipandang sebagai Kitab yang paling utama (paling penting). Kisah Para Rasul “Kisah Para Rasul” bercerita tentang apa yang terjadi setelah Yesus wafat dan bangkit. Yang intinya berkisah tentang munculnya jemaat kristen pertama dan perkembangannya selama kurang lebih 30 tahun dengan dua tokoh utama yaitu Petrus dan Paulus.
Surat-surat Tulisan berikutnya adalah 21 tulisan yang gaya penulisannya semacam “surat”. Isinya lebih merupakan wejangan, anjuran dan ajaran yang bermacam- macam tentang hidup sesuai dengan Yesus Kristus. Wejangan, anjuran dan ajaran itu diajarkan oleh Santo Paulus, Yakobus dan tokoh-tokoh lain yang ditujukan kepada jemaat tertentu atau orang tertentu.
Wahyu Tulisan terakhir adalah Kitab Wahyu Yohanes. Kitab ini berisi serangkaian penglihatan mengenai hal ihwal umat Kristen dan dunia seluruhnya. Kitab ini terarah ke masa depan atau akhir zaman, dan sekaligus merupakan rangkuman atau penegasan tentang karya keselamatan Allah.
Santo Paulus dalam suratnya kepada Timotius menegaskan, “segala tulisan yang diilhamkan oleh Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran” (2 Tim 3:16-17).
St. Hironimus mengatakan, “Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus”. Kutipan inilah yang akhirnya juga dikutip kembali oleh Konsili Vatikan II dalam dokumen Dei Verbum. yang menegaskan bahwa sarana utama untuk dapat mengenal Kristus adalah Kitab Suci. “Konsili mendesak dengan sangat semua orang beriman supaya seringkali membaca Kitab-Kitab Ilahi untuk memperoleh pengertian yang mulia akan Yesus Kristus” (DV art. 25).
Karena Kitab Suci adalah Sabda Allah , maka untuk dapat menangkap isi pesannya hanya mungkin dibaca dan direnungkan dengan iman kepercayaan, dan bahwa dalam Kitab Suci itu Allah sungguh hadir dan bersabda. Kita juga perlu membaca Kitab Suci dengan doa dengan berharap bahwa apapun yang difirmankan Allah mampu kita terima, entah itu nasehat, teguran, atau peneguhan untuk hidup iman kita. Kita perlu membaca Kitab Suci disertai dengan kesediaan untuk bertobat, membiarkan hidup kita siap diperbaharui, diubah dari dalam sampai keakar-akarnya, sehingga dalam kehidupan selanjutnya kita menjalani hidup baru dan meninggalkan dosa. Dan yang paling penting adalah kemauan mewujudkan firman Allah dalam kehidupan sehari-hari. “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja, sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri” (Yak 1:22)
C. Tradisi
Pemikiran Dasar
Tradisi yang hidup dalam Gereja lebih merupakan ungkapan pengalaman iman Gereja akan Yesus Kristus, yang diterima, diwartakan, dirayakan, dan diwariskan kepada angkatan-angkatan selanjutnya. Tradisi ”berkat bantuan Roh Kudus” berkembang dalam Gereja, ”sebab berkembanglah pengertian tentang kenyataan-kenyataan maupun kata-kata yang ditanamkan,” dan ”Gereja tiada hentinya berkembang menuju kepenuhan kebenaran Ilahi” (D8). Dalam arti ini tradisi mempunyai orientasi ke masa depan. Dalam tradisi itu ada satu kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para Rasul.
Perjanjian Baru merupakan pusat dan sumber seluruh Tradisi, karena di dalamnya terungkap pengalaman iman Gereja Perdana. Gereja Katolik yakin bahwa Kitab Suci (Alkitab) bersama Tradisi dinyatakan oleh Gereja sebagai “tolok ukur tertinggi iman Gereja” (Dei Verbum Art. 21). “Kebenaran-kebenaran iman” mengacu kepada realitas yang diimani dan sikap hati serta penghayatannya merupakan tanggapan manusia terhadap pewahyuan Allah.
Untuk menjaga Tradisi, Gereja perdana mengumpulkan dan menyusun tulisan-tulisan suci yang diakui sebagai iman para Rasul. Kanonisasi Kitab Suci itu menjadi sangat penting terutama untuk membedakan ajaran-ajaran yang salah dari ajaran-ajaran yang asli. Gereja perdana juga mengembangkan rumusan syahadat sebagai bentuk pengakuan iman yang normatif. Dengan cara itu, pewahyuan Allah dipertahankan dan diungkapkan dalam hidup jemaat.

Tradisi-tradisi Gereja yang dipertahankan oleh Gereja terutama tradisi yang tumbuh dan dilakukan dalam kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para rasul, yang disebut zaman Gereja Perdana. Tradisi itu dibangun di atas dasar para rasul dan nabi dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru (Ef 2:20). Maka perumusan pengalaman iman Gereja Perdana, yang disebut Kitab Suci Perjanjian Baru yang ditulis dengan ilham Roh Kudus merupakan pusat dan sumber seluruh Tradisi. Sebab Kitab Suci Perjanjian Baru mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan, kebenaran yang oleh Allah mau dicantumkan di dalamnya demi keselamatan kita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar