BANYAK ORANG MENCARI
TUHAN
A. Landasan Pemikiran
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa manusia pada era digital. Daya penjelajahan
manusia, dengan ilmu pengetahuannya, sungguh menakjubkan. Banyak hal yang
dahulu dianggap misteri, kini sudah banyak tersibak oleh eksplorasi manusia.
Meski demikian, manusia modern belum sanggup menjawab pertanyaan fundamental
yang selalu mengganggunya, misalnya mengapa ada penyakit? Mengapa ada
kematian? Adakah hidup setelah kematian? Mengapa terjadi musibah dan
bencana alam? Apa makna kehidupan yang memunck pada kematian?
Pertanyaan-pertanyaan itu menghadapkan manusia pada problem "makna"
yang ada di belakang semua peristiwa itu.
Situasi tersebut membuat orang berusaha untuk mencari jawaban terhadap asal dan tujuan hidupnya.
Dalam usahanya untuk mengetahui rahasia alam semesta, orang mempunyai
kecenderungan bergaul dengan orang lain karena tidak mau terbelenggu dengan
dirinya sendiri. la mau menerobos melampaui dirinya sendiri. Akhirnya, orang
mengalami perjumpaan dengan Tuhan, yang mengatasi diri dan hidupnya. Orang menyadari
bahwa hidupnya tergantung dengan Tuhan, yang mengatasi dirinya sendiri dan
bahkan merasa dirinya sendiri merupakan hadiah atau anugerah dari Tuhan itu.
Tuhan itulah yang memberi hidup. Dialah "Sang Pemberi Hidup"
dan sekaligus menentukan kematian manusia. Setiap saat orang mencari "Sang
Pemberi hidup" dan "Sang Tujuan Hidup", karena menyadari
bahwa dirinya tak dapat mengandalkan kekuatan dirinya sendiri. Orang yang hanya
mengandalkan kekuatannya sendiri guna menghadapi dan menyelesaikan berbagai
persoalan hidupnya, tidak dapat mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya dan
memuaskan. Ketika segala usaha telah dilakukan secara maksimal dan ternyata
hasilnya tidak memuaskan, orang menjadi ingat kepada Dia yang mengatasi diri
dan segalanya, serta merindukan kekuatan dari "Yang Ilahi", yaitu
Tuhan.
Dengan berbagai cara orang berusaha mencari dan mendekati Tuhan. Orang
ingin memahami Tuhan dengan berpikir dan merenungkan kehidupan dan alam
lingkungannya. Orang mengagumi dan merenungkan alam semesta ciptaan Tuhan,
misalnya tumbuh-tumbuhan, hewan, bulan, mata-hari, bintang-bintang, lautan, dan
sebagainya dengan hati, serta menyelidikinya dengan akal budi. Orang berusaha
memahami diri dan pribadinya melalui hati nurani, pikiran, jiwanya, serta
berusaha memahami hubungannya dengan sesamanya. Selain itu, orang berusaha
memenuhi tuntutan dan kebutuhan rohaninya melalui doa, upacara keagamaan,
meditasi, sesaji, bertapa, puasa, perbuatan amal, dan sebagainya.
Orang yang ingin mencari Tuhan berusaha untuk membangun relasi dengan-Nya.
Di sini, orang memiliki daya untuk sampai pada pengetahuan adanya Tuhan dan
mampu menghayati perjumpaannya dengan Tuhan. Orang berusaha mengimani Tuhan dan
membangun iman terus-menerus dengan maksud untuk memperkokoh hidup dan
mendapatkan kekuatan dari-Nya, serta mendapatkan kebahagiaan abadi bersama-Nya. Tuhan tidak pernah berhenti
mendekati semua orang, sehingga hanya pada Tuhan orang akan menemukan kebahagiaan
dan kebenaran yang dicarinya tanpa henti. Dalam peziarahannya mencari Tuhan,
orang dapat mempunyai perasaan takut, gentar, hormat, dan sekaligus dipenuhi
keinginan untuk selalu dekat dan mengasihi Tuhan. Dengan kata lain, upaya
menemukan Tuhan tidak hanya dilakukan pada saat penuh kegelapan dan kekosongan,
hidup sepi, merasa ditinggalkan, tidak diperhitungkan, dan tidak tersapa,
tetapi juga pada saat yang membahagiakan, yaitu saat merasakan kepenuhan,
keutuh-an, dan kasih sayang.
Usaha orang menemukan Tuhan tidak selamanya lancar, banyak hambatan yang
berasal dari dalam dirinya sendiri dan dari luar dirinya. Hambatan yang datang
dari diri sendiri, misalnya rasa malas, acuh tak acuh akan kehidupan, merasa
pandai dan mampu mengatasi segala persoal-an hidup, materialistis, dan
sebagainya. Sedangkan hambatan yang datang dari luar dirinya sendiri, misalnya
jabatan, kuasa, uang atau kekayaan, tekanan atau penindasan dari orang lain,
situasi lingkungan masyarakat yang berpenyakit minum, narkoba, judi, dan sebagainya.
Bagi orang yang menyadari kebutuhan akan yang ilahi, hal ini menjadi daya
dorong yang hebat untuk semakin tekun berziarah mencari Tuhan.
B. Pandangan Agama-Agama Dunia
1. Agama Islam
Dalam Islam : Suluk, di dalam istilah
tasawuf berarti jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah SWT atau cara
memperoleh makrifat. Suluk yang dilakukan antara lain: pertama, peningkatan
ibadah kepada Allah SWT. Kegiatan yang dilakukan ialah sibuk dengan air wudu
dan salat, sibuk dengan amalan zikir dan wirid-wirid (pendarasan zikir,
doa-doa, atau amalan-amalan lain, atau yang disebut salat-salat sunah), dan
melaksanakan aktivitas ibadah yang hukumnya sunah dengan memperbaiki tata cara
pe-laksanaan dan bacaan-bacaan yang diucapkan.
2. Agama
Katolik
Banyak
orang mencari Allah, bagaimana kita sampai kepada Allah? Pertama,
kita harus percaya dan bertobat atas dosa-dosa kita. Kedua, kita harus percaya
bahwa Yesus mati di salib dan bangkit bagi kita. Ketiga,
kita harus menerima Tuhan Yesus dalam iman sebagai juru selamat kita. Kita
membuka hati dan hidup kita pada Allah. Dalam Allah, kita mendapatkan hiburan
sejati, karena hiburan duniawi hanya menandakan tiadanya makna hidup dan adanya
kekosongan jiwa. Segala perbuatan yang dilakukan dalam menikmati hiburan
duniawi adalah pelari-an sementara, yang tidak mampu mengobati melainkan
membuatnya kecanduan. Berdoalah agar kita memperoleh penghiburan sejati,
penghiburan rohani.
Merenung, yaitu suatu usaha untuk menatap, dengan
diam memikirkan sesuatu atau mempertimbangkannya secara mendalam. Dalam hal ini,
tidak hanya penemuan diri semata tetapi usaha bertemu dengan Kristus dan dengan
perantaraan-Nya dengan Allah Yang berpribadi. Manusia membuka diri terhadap
Yang Ilahi, bersiap mendengarkan Roh Allah Yang mendekatinya. Sebuah doa memusatkan
perhatian pada mengenal, mencintai, dan memuji Allah. Meditasi atau renungan
ini merupakan sarana pen-ting untuk menyadari kenyataan Allah di balik segala
kesibukan fana sehari-hari.
3. Agama Hindu
Sri Rama Krishna Paramahamsa memberikan
pesan-pesannya kepada orang yang ingin memahami Tuhan dalam kata-kata
"Setiap jiwa adalah Siwa dan apabila Anda membantu dan melayani jiwa, Anda
sesungguhnya menyembah Siwa". Simetris dengan ajaran gurunya,
Svami Vivekananda berkata, "Jika Anda menginginkan Tuhan layanilah
manusia".
4. Agama Kristen
Allah mendekati manusia. Paulus, pada mulanya
dikenal dengan nama Saulus. Saulus menolak keras pengajaran gereja. Dalam
semangat berkobar-kobar" untuk menangkapi orang-orang kristen awal, Saulus
mengadakan perjalanan ke Damsyik. Sebelum masuk ke kota itu ia ditegur secara
langsung oleh Kristus. Inilah titik balik hidupnya. "Siapakah Engkau,
Tuhan?" Jawab-Nya, "Akulah Yesus yang kauaniaya itu. Tetapi sekarang
bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan kamu
menjadi pelayan dan saksi tentang segala
sesuatu yang telah kau lihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan
Kuperlihatkan kepadamu nanti. Aku akan mengasingkan Engkau dari bangsa Israel
dan dari bangsa-bangsa lain. Dan aku akan mengutus engkau kepada mereka untuk
membuka mata mereka supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang
Allah." Sepanjang sisa hidupnya, Saulus memberitakan Injil di tempat di
mana orang belum pernah men-dengarnya. la mendirikan banyak jemaat.
Prinsip dasar agama dalam pengertian umum adalah
upaya manusia untuk mencari, mengenal Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Pada kenyataannya, apa yang terbatas tidak mungkin men-dekati yang tidak
terbatas, apa yang tidak suci tidak mungkin mendekati yang suci. Manusia dengan
segala keberadaannya sebagai makhluk yang terbatas dan tidak suci, tidak
mungkin mendekati Allah yang suci. Oleh sebab itu, Allah sendiri mendekatkan
diri-Nya kepada manusia. Menurut Alkitab, Allah mengasihi dan mendekatkan
diri-Nya kepada manusia. Kekristenan bukanlah perwujudan dari usaha manusia
mencari Allah, tetapi perwujuduan tanggapan manusia terhadap inisiatif Allah
yang hendak menyela-matkan umat-Nya.
5. Agama Buddha
Banyak jalan menuju Tuhan. Usaha
manusia mencari dan memahami Tuhan. Dhammayatra terdiri dari dua kata: dhamma
dan yatra. Dhamma (bhs.Pali) atau dharma (sansekerta) artinya kesunyataan,
benar, kebenaran, hukum, ajaran suci, dan sebagainya. Sedangkan Yatra
(Sanskerta-Pali) artinya di tempat mana. Jadi, kata dharmayatra atau
dhammayatra arti harfiahnya adalah di tempat dharma (Dhamma). Dharmayatra atau
dhamayatra yang dimaksud adalah tempat yang berhubungan dengan dhamma yang
perlu dikunjungi oleh umat Buddha karena mengunjungi tempat dhammamilah maka
akhirnya dhamma(dharma) yatra secara umum berarti berziarah ke tempat-tempat
suci.
Situasi siswa-siswi SMA/SMK saat ini cenderung
untuk tidak peduli akan urusan mencari Tuhan. Kondisi masyarakat saat ini, yang
berciri materialistis dan konsumtif, sangat mempengaruhi semangat keagamaan
mereka. Nilai yang diunggulkan adalah nilai material dan kekuasaan. Se-karang
ini, orang yang kaya lebih dihargai daripada yang jujur, orang yang mempunyai
kuasa lebih dihargai daripada yang hidupnya suci. Maka, melalui mated pokok
ini, mereka diajak untuk makin menyadari situasi dan berusaha membangun
kehidupan sejahtera dengan dasar yang lebih kokoh, yaitu iman. Mereka diajak
untuk berusaha terus-menerus mencari dan menemukan Tuhan dalam hidupnya.
Sumber pustaka: Komisi Kateketik KAS dan Majelis Pendidikan Katolik KAS, Pendidikan Religiositas untuk SMA kelas 2, Tuhan Mendekati Manusia, Yogyakarta, Kanisius, 2005, hlm.58-63
Sumber pustaka: Komisi Kateketik KAS dan Majelis Pendidikan Katolik KAS, Pendidikan Religiositas untuk SMA kelas 2, Tuhan Mendekati Manusia, Yogyakarta, Kanisius, 2005, hlm.58-63
Tidak ada komentar:
Posting Komentar