"Yesus memberi makan 5000 orang" |
Tuhan Mendekati Manusia melalui Cita-Cita dan Perjuangan tokoh Agama dan Kepercayaan
A. Landasan Pemikiran
Sebagai makhluk sosial, setiap orang terdorong untuk saling menyapa,
menegur, memperhatikan, mencintai, melindungi, dan sebagainya. Menyapa itu
tindakan manusiawi yang sangat dalam maknanya. Menyapa berarti mendekati atau
mendekatkan diri kepada yang disapa. Dengan menyapa, orang menghargai yang
disapa sebagai yang sepadan dan sederajat dengan dirinya. Kedua pihak memiliki
martabat yang sama. Maka, sapaan antar-manusia adalah tindakan memanusiakan
manusia lain. Orang merasa senang dan bahagia bila disapa orang lain, sehingga
sapaan ini dapat terjadi di mana pun, baik di kantor, di sekolah, di jalan, di
rumah, bahkan di tempat yang asing. Sapaan dapat bersifat biasa, yang diwujudkan dalam kata-kata, dan
bersifat lebih mendalam, yang diwujudkan sampai pada sikap dan tindakan
menolong, memberi, menerima, dan berkorban.
Masing-masing agama dan kepercayaan selalu mempunyai tokoh, yang diutus
Tuhan untuk menyuarakan apa yang menjadi firman dan kehendak-Nya, demi
keselamatan semua orang. Jelaslah bahwa Tuhan memperhatikan umat-Nya dengan
jalan mengutus seseorang untuk berjuang dan mengorbankan segalanya demi
kepentingan umat-Nya.. Umat merasa yakin bahwa Tuhan menyapa umat-Nya melalui
tokoh-fokoh agama dan kepercayaan yang pantas diidolakan, karena mereka berani
berjuang dan berkorban demi keadilan, kesejahteraan, dan keselamatan sesamanya.
Keteladanan tokoh-tokoh agama dan kepercayaan ini berfungsi untuk membangun
rasa solidaritas umat dan mendewasakan iman umat. Solidaritas tercipta ketika
umat merasa digerakkan hatinya oleh keteladanan, perjuangan, dan pengorbanan
mereka guna membangun tindakan kasih dan pengorbanan bagi sesamanya secara
universal.
Tuhan menciptakan manusia untuk bersaudara, bersahabat, saling menolong,
dan saling membantu satu sama lain. Inilah pokok ajaran dan nilai yang harus
dikembangkan terus menerus oleh semua agama dan kepercayaan. Semua agama dan
kepercayaan pada dasarnya selalu menjunjung tinggi prinsip membangun
persahabatan (homo homini socius manusia adalah teman bagi sesamanya),
mengajarkan kepada para pengikutnya untuk saling menyapa, menegur, membantu,
dan memperhatikan. Semua orang diajak untuk membangun dan mengembangkan
semangat dan sikap solider dengan sesamanya. Dengan demikian, solidaritas antar
umat beragama dan berkepercayaan yang terjadi merupakan pengejawantahan atau
perwujudan nyata hidup umat beragama dan berkepercayaan yang semakin dewasa.
Dalam konteks kehidupan
siswa-siswi SMA/SMK, mereka merasa masih memerlukan sapaan dan bimbingan agar
dapat menyapa sesamanya. Mereka memerlukan wawasan dan bimbingan yang serius
untuk memekar-kan diri dan pribadinya menjadi orang yang utuh. Mereka merasa
senang, bahagia, aman, dan tenteram kalau diterima dengan hangat dan penuh
perhatian. Gejala ini merupakan bagian dari proses pembentukan identitas
mereka. Selanjutnya, pada tahap ini mereka memang memerlukan tokoh-tokoh
tertentu yang dijadikan figur atau idola, sebagai peganganyflan panut-an diri
dan hidup mereka. Mereka begitu mudah dan sangat bersemangat untuk mengidolakan
tokoh publik (public figure), misalnya penyanyi, bintang film,
kelompok-kelompok musik, dan sebagainya sehingga mereka begitu mudah meniru
gaya hidup, tingkah laku, cara berpakaian dan sebagainya dari sang idola.
Kalau mereka begitu mudah mengidolakan public figur, pertanyaannya adalah
apakah mereka juga mengidolakan tokoh-tokoh agama dan kepercayaan? Apakah
tokoh-tokoh agama dan kepercayaan itu juga dapat menyentuh hati mereka dan
memahami gejolak remajanya?
B. Pandangan dari berbagai agama mengenai cita-cita, perjuangan serta pengorbanan tokoh agama
1. Agama Islam
Perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan
agama Islam tidaklah mudah. Beliau harus berjuang dengan menghadapi rintangan
yang mahahebat. Kita tahu bahwa orang muslim di Makhah waktu itu jumlahnya
tidak lebih dari 40 orang laki-laki dan kira-kira 10 orang wanita. Gambaran ini
menunjukan betapa berat pelaksanaan tugas Nabi Muhammad meskipun jalan beliau adalah
Rasullah. Dari sini, kita memperoleh hikmat yang sangat penting, bahwa tidak
ada satu pekerjaan yang dapat diselesaikan tanpa rintangan, tidak ada satu
sukses besar yang dapat dicapai tanpa bekerja keras. Nabi besar sendiri
mendapat ujian berat dalam melaksanakan tugasnya, apalagi kita umat manusia
biasa dengan segala kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri kita
masing-masing.
2. Agama Katolik
Yesus mengajak orang supaya percaya akan kebaikan
Allah untuk beriman dan berbela rasa "Segala sesuatu mungkin bagi Allah,"
kata Yesus (Mrk 10:27) karena itu juga "Segala sesuatu mungkin bagi orang
yang percaya" (Mrk 9:23). Yesus mau menularkan iman-Nya yang percaya akan
daya kekuatan Kerajaan Allah dan sekaligus mengajak orang meneladan Allah dalam
bela rasa-Nya, "Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu murah
hati" (Luk 6:36). Yesus mencita-citakan masyarakat yang tidak berdasarkan
kuasa. la mengharapkan supaya Keraja-an Allah bisa menjadi daya kekuatan Allah
dalam sosial melalui iman khususnya dengan menghapus penindasan terhadap orang
kecil.
Yesus berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan
semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia" (Kis 10:38).
Namun la disalibkan sebagai seorang "pemberontak". Padahal Yesus
tidak pernah mencita-citakan kekuasaan politik.
3. Agama Kristen
Kristus adalah sungguh Allah dan sungguh ma-nusia.
Apa yang diajarkan Alkitab tentang Yesus Kristus sebagai gambar dan rupa
Allah, selalu dihubungkan langsung dengan pekerjaan-Nya. la datang untuk
melaksanakan pekerjaan penebusan, mendamaikan Allah dengan manusia. Sebagai
Allah sepenuhnya, la mampu mendamaikan manusia dengan Allah. Sebagai manusia
sepenuhnya, pendamaian yang dilakukan-Nya itu sungguh-sungguh bisa dirasakan manusia.
Di dalam pekerjaan Yesus, terkait dua aspek yang saling mengikat: hubungan
Yesus dengan Allah dan hubungan-Nya dengan manusia. Dalam hubungannya dengan
Allah Yesus taat kepada perintah Bapa-Nya untuk menyelamatkan manusia. Dalam
hubung-annya dengan manusia, Yesus prihatin dan mengasihi umat-Nya serta rela
mati menebus dosa umat-Nya.
4. Agama Hindu
Pusatkan pikiranmu pada-Ku, taat setialah pada-Ku,
berkorbanlah pada-Ku, sujudkanlah dirimu pada-Mu, dengan demikian engkau akan
datang pada-Ku. Aku berjanji pada-Mu dengan sebenarnya karena engkau tercinta
pada-Ku. Ksatria adalah golongan yang setiap orangnya memiliki
keberanian, kemam-puan memimpin, cinta tanah air, bangsa dan negara yang semua
itu diabdikan untuk kepentingan masya-rakat dan umat manusia. Berani, perkasa,
teguh iman, cekatan dan tidak mundur dalam peperangan, dermawan dan berbakat
memerintah adalah karma (kewajiban) Ksatriya menurut bakatnya
5. Agama Buddha
Seorang Budhis yang baik tidak berpaling
dari setiap masalah kemasyarakatan, juga tidak menolak untuk bekerja demi kebaikan
masyarakat. Seorang bhikku memberikan tuntunan moral dan pendidikan
spiritual kepada umat awam dalam masyarakat.
Karya ini dianggap sama
nilainya dengan pekerjaan-pekerjaan yang memproduksi benda-benda atau pelayanan
lain dalam masyarakat. Di samping menjadi penunjuk jalan menuju pembebasan,
Sang Budha juga menaruh perhatian mendalam terhadap kesejahteraan manusia, dan
mengajarkan patokan-patokan untuk kebahagiaan dalam kehidupan bermasyarakat.
Sang Budha dalam membina umatnya adalah untuk menyejahterakan para perumah
tangga (umat biasa) maupun para tak berumah tangga (viharawan). Dengan
demikian kesejahteraan umat awam pun diperhatikan oleh Sang Budha. Itulah
sebabnya banyak jalan Sang Budha berhubungan dengan kepentingan para umat awam
pengikutnya.Sumber pustaka: Komisi Kateketik KAS dan Majelis Pendidikan Katolik KAS, Pendidikan Religiositas untuk SMA kelas 2, Tuhan Mendekati Manusia, Yogyakarta, Kanisius, 2005, hlm.46-50
Tidak ada komentar:
Posting Komentar