MENGHAYATI KEHADIRAN
TUHAN DALAM DOA
Doa merupakan
ungkapan iman dan wujud kesadaran orang mengenai relasinya dengan Tuhan. Doa juga merupakan wujud kesadaran untuk mengarahkan diri pada Tuhan yang telah mengasihinya. Dalam berdoa, orang menghayati kehadiran Tuhan, yang dekat dan yang
bisa disapa. Orang menempatkan diri di hadirat Tuhan yang mahakasih dan
mahahadir.
Dalam doa, iman dibahasakan dengan segala ciri-cirinya
yang sesuai dengan keyakinan pribadi atau ketentuan agama dan kepercayaan yang
dianut oleh orang itu, baik dengan bahasanya sendiri, dengan bahasa puitis,
dengan bersuara lantang, dan dengan bahasa batin atau dalam hati. Doa juga
dapat dilakukan dengan membaca buku doa atau kitab suci agama dan kitab ajaran
kepercayaan. Yang paling utama dalam doa adalah berdoa itu menyatakan apa
yang ada dalam hati dan apa yang diimaninya.
Tatkala berdoa orang menghadap Tuhan, yang dilakukan dengan cara dan
sikapnya masing-masing. Cara berdoa dan bersikap dalam berdoa sangat ditentukan
oleh pemahaman dan penghayatannya akan Tuhan. Maka, setiap agama dan
kepercayaan memiliki tata cara yang berbeda, misalnya sikap tubuh selama
berdoa, ungkapan bahasa, dan sebagainya. Sikap tubuh yang dilakukan, misalnya
berlutut, tunduk, bersila, bersimpuh, kedua telapak tangan mengatup di dada,
kedua tangan terbuka ke atas, mata terpejam, dan sebagainya. Selain tata cara,
ada sikap hati yang perlu diperhatikan, misalnya sikap merasa tidak berdaya di
hadapan Tuhan, sikap berserah diri atau mempercayakan diri, sikap berharap yang
didasarkan pada kejujuran dan ketulusan, dan sebagainya.
Dengan berdoa, orang menghadapkan persoalan hidup pada Tuhan agar
perjuangan hidup lebih dikuatkan, tetapi jangan diartikan orang melarikan diri
dari realitas atau mengembalikan tanggung jawab hidupnya pada Tuhan. Doa jangan
dipahami sebagai cara atau jalan untuk membujuk Tuhan. Tuhan tak bisa 'disogok'
dengan kata-kata indah dan air mata. Dengan doa berarti orang siap
berjuang bersama Tuhan, dan siap hidup dalam Tuhan. Orang harus berjuang dan
berusaha kembali mengatasi persoalan hidup, setelah memperoleh kekuatan dari
Tuhan melalui doa. Persoalan hidup tidak akan teratasi dan dianggap selesai
hanya karena berdoa. Dengan membangun dan mengembangkan semangat doa, orang
diharapkan semakin baik hidupnya, relasi dengan Tuhan semakin mendalam, dan
kualitas hidup masyarakat sekelilingnya juga diperbaiki.
Dalam berdoa, orang menyadari sepenuhnya bahwa Tuhan hadir
dalam doa umatnya, karena pada saat berdoa orang sengaja memilih dan
mengkhususkan waktu untuk berjumpa dengan Tuhan dan merasakan kasihnya secara
khusus. Selain itu, Tuhan mendengarkan doa yang dilambungkan, apakah pujian,
syukur, permohonan, pengampunan dosa, doa penyerahan diri, dan sebagainya.
Ketika orang berdoa, ada berbagai kesulitan dan hambatan yang dialami, misalnya
rasa ngantuk, rasa malas, tidak betah duduk atau bersila atau berlutut, hati
jengkel atau marah, tidak tahu bagaimana harus berdoa, tidak ada buku pegangan
doa, tidak mempunyai kitab suci, dan sebagainya. Dengan demikian, ada harapan
bahwa doa bukan sebagai beban atau kewajiban yang harus dipenuhi, tetapi
menjadi kebutuhan orang yang menyadari dirinya sebagai makhluk ciptaan yang
dikasihi Tuhan.
Dalam agama dan kepercayaan masing-masing, orang mengenai dan melakukan doa
baik secara pribadi maupun secara bersama-sama, yang disebut ibadat umat atau
berjamaah. Ibadat umat atau doa berjamaah biasanya dipimpin oleh pemimpin doa
agama dan kepercayaan masing-masing, dengan tata cara yang sudah dimengerti
bersama oleh pemeluk agama dan kepercayaan masing-masing, dengan peralatan doa
yang ditentukan oleh agama dan kepercayaan masing-masing.
Berikut ini disajikan beberapa pandangan dari
berbagai agama dan kepercayaan tentang menghayati kehadiran Tuhan dalam doa.
1. Agama Budha
Doa merupakan suatu bentuk kebaktian kepada
Sanghyang Adi Buddha. Doa ini bisa berbentuk paritta, yaitu doa pujian,
doa-doa mohon perlindungan Sanghyang Adi Budha, dan doa-doa yang mengungkapkan
ajaran-ajaran Sang Budha, atau berbentuk meditasi. Meditasi ini bisa
bertujuan untuk mengembangkan cinta kasih dan membersihkan perasaan benci yang
disebut Metta Bhavana, atau untuk mengembangkan ketenangan batin dan
melenyapkan kegelisahan dalam hati yang disebut Samtha Bhavana. Demikian dalam
pelaksanaan kebaktian dan kebatinan agama Buddha, Paritta dan Meditasi memegang
peranan yang sangat penting.
2. Agama Islam
Dalam doa, manusia memuja dan memuji Allah. Doa
atau sembahyang merupakan pokok pangkal segala ibadah. Dalam segala macam
sembahyang, manusia membuka hatinya dan menghamparkannya di hadapan Allah,
semoga hidup manusia ini diberi berkat. Dengan doa, manusia merasa dekat dengan
Allah. Sembahyang, khususnya sembahyang lima waktu, itu laksana halte atau
stasiun tempat-tempat perhentian jiwa dan pengasoannya. Kalau berdoa, berdoalah
dengan "khusyu"dan "ikhlas", wajah menghadap ke
kiblat, hati tertuju kepada Allah. Lepaskan hubungan dengan yang lain,
sembahyang dapat disebut "Miraj orang beriman", karena dengan
sembahyang orang-orang beriman terbang ke angkasa luas, lepas daripada alam
benda ini.
Doa dapat diartikan ucapan permohonan dan pujian
kepada Allah SWT dengan cara-cara tertentu. Dalam Alquran, doa disebutkan
dengan beberapa pengertian, yakni doa berarti permintaan, permohonan,
panggilan, dan pujian. Doa merupakan suatu ibadah yang tidak menuntut syarat
dan rukun yang ketat.
3. Agama Kristen
Doa adalah ungkapan keyakinan atas kasih setia
Allah yang senantiasa membuka diri untuk men-dengar dan menolong umat-Nya,
sekaligus merupakan kesediaan diri untuk menerima dan melakukan apa yang
menjadi kehendak Allah. Dalam khotbah di bukit, Tuhan Yesus Kristus menegur
sikap doa yang keliru, yaitu:
1.
Doa yang dipakai untuk mencari
pujian dari orang banyak.
2.
Doa bertele-tele yang menganggap
bahwa karena banyak kata-kata, akan dikabulkan.
3.
Inti doa yang diajarkan oleh Tuhan
Yesus Kristus ialah:
4.
Memuliakan Tuhan dengan
menyerahkan diri sepenuhnya pada kedaulatan Allah sehingga ke hendak Tuhan
yang terjadi di bumi dan di sorga.
5.
Memohon tercukupinya kebutuhan
hidupnya pada hari ini.
6.
Mohon pertolongan agar terlepas
dari cobaan.
4. Agama Katolik
Doa menurut Kitab Suci adalah gerak hati yang
mencari Allah karena ingin bersatu dengan Allah. Bersatu dengan Allah itulah
yang menjadi kepenuhan dan kepuasan hidup. Doa merupakan wujud ketaqwaan yaitu penyerahan diri
secara total kepada kehendak Allah.
Kitab suci mengajak kita untuk berdoa. Kalau
berdoa, hendaknya kita berdoa dengan hati. Kita berdoa dengan hati, karena
hati adalah pusat kepribadian manusia menurut Kitab Suci. Dengan demikian, kita
diajak berdoa dengan seluruh kepribadian kita, yang secara dinamis selalu
mencari Allah. Berdoa dengan hati tidak berarti berdoa dengan perasaanmanusiawi
atau sentimental belaka, tetapi perasaan yang hidup dan bergerak dalam iman dan
Roh. Kita berdoa hendaknya bertolak dari pengalaman hidup yang nyata.
5. Agama Hindu
Tujuan orang sembahyang atau berdoa adalah memuja
kebesaran Tuhan, memohon perlindungan, dan berterima kasih pada-Nya atas segala
anugerah-Nya. Sikap tersebut akan membentuk pribadi mulia, tidak takabur,
beriman yang teguh, sabar, tidak cepat putus asa, rendah hati, dan sebagainya.
Cara melakukan doa atau sembahyang dalam agama
Hindu ada dua jenis: Tri Sandhya, yaitu sembahyang dilakukan setiap hari tiga
kali bagi umat Valaka (masyarakat umum), sedangkan bagi sulinggih seperti para
pendeta akan melakukan apa yang disebut Suryasevana. Kramaning sembah, yaitu
sembahyang yang dilakukan pada hari-hari tertentu dan berkaitan dengan upacara
tertentu, seperti hari piodalan dipura, perayaan hari-hari suci, baik itu hari
raya Galungan, hari Saraswati maupun upacara lainnya,
Di Indonesia atau di negara yang masyarakatnya
plural, doa dapat dilakukan secara lintas agama dan kepercayaan, baik karena
ada tema tertentu yang dianggap penting atau ada keprihatinan bersama. Kegiatan
seperti ini tentunya sangat menguntungkan, karena semua merasa sebagai sesama
makhluk Tuhan yang sederajat dan juga dapat mempererat tali silaturahmi
antarpemeluk agama dan kepercayaan. Dalam melakukan doa bersama lintas agama
dan kepercayaan ini, diharapkan tetap menghargai keyakinannya masing-masing.
Namun kenyataannya, ada agama dan kepercayaan yang mempunyai ketentuan bahwa
orang tidak boleh mengamini doa dari agama dan kepercayan lain. Kalau hal ini
terjadi, maka masing-masing orang dapat berdoa dalam hati sesuai imannya ketika
seseorang baru melambungkan doa menurut agama dan kepercayaannya sendiri.
Sumber pustaka: Komisi Kateketik KAS dan Majelis Pendidikan Katolik KAS, Pendidikan Religiositas untuk SMA kelas 2, Tuhan Mendekati Manusia, Yogyakarta, Kanisius, 2005, hlm.64-69
Sumber pustaka: Komisi Kateketik KAS dan Majelis Pendidikan Katolik KAS, Pendidikan Religiositas untuk SMA kelas 2, Tuhan Mendekati Manusia, Yogyakarta, Kanisius, 2005, hlm.64-69
Tidak ada komentar:
Posting Komentar