PERSOALAN DAN TANTANGAN HIDUP BERKELUARGA
Hidup
berkeluarga di jaman modern ini mengalami berbagai tantangan yang semakin
kompleks. Tantangan yang paling dirasakan justru muncul dari dasar perkawinan
itu sendiri yaitu KOMUNIKASI. Menurut para tokoh pemerhati keluarga, komunikasi
dalam keluarga/kehidupan rumah tangga, antara suami-istri dan anak-anak semakin
berkurang karena kesibukan pekerjaan, dan terpisah oleh tempat yang jauh.
Dalam era globalisasi dan modernisasi yang kian marak ini membawah pengaruh
dan dampak baik yang positif maupun yang negatif dalam kehidupan
keluarga-keluarga kristiani. Kehidupan keluarga tidak bisa lepas dari pengaruh
nilai-nilai yang muncul dan yang dihidupinya.
Ada beberapa tantangan dan keperihatinan yang sedang terjadi saat ini:
1.
Persoalan tentang Kontrasepsi,
Aborsi, dan Sterilisasi
Pemerintah
mempromosikan adanya program Keluarga Berencana (KB) dengan tujuan tercapainya
kesejahteraan dalam keluarga. Dengan program KB, kesehatan ibu dapat lebih
dijamin, relasi suami istri semakin kaya, taraf hidup lebih ditingkatkan,
pendidikan anak lebih terjamin dan tercapainya kesejahteraan masyarakat secara
umum.
Gereja
Katolik memandang program Keluarga Berencana (KB) dapat diterima. Namun, cara
melaksanakannya harus diserahkan sepenuhnya kepada tanggung jawab suami-istri,
dengan mengindahkan kesejahteraan keluarga. Gereja Katolik menyatakan bahwa KB
pertama-tama harus dipahami sebagai sikap tanggung jawab. Pelaksanaan
pengaturan kelahiran harus selalu memperhatikan harkat dan martabat manusia
serta mengindahkan nilai-nilai agama dan social budaya yang berlaku dalam
masyarakat. Keluarga katolik harus memperhatikan dan memahami penggunaan serta
cara kerja alat-alat yang digunakan dalam program KB. Misalnya alat-alat kontrasepsi
seperti kondom, suntik, pil KB dan IUD (spiral), harus benar-benar dipahami
cara kerja dan efek dan penggunaan alat tersebut.
”Sejauh
ini Gereja Katolik menganjurkan umat melaksanakan program KB dengan cara
pantang berkala (tidak melakukan persetubuhan saat masa subur) atau sering
disebut pula dengan istilah KB Alamiah. Dengan menerapkan KB Alamiah, pasangan
diharapkan untuk dapat lebih saling mengasihi dan memperhatikan. Pantang
berkala pada masa subur istri dapat diisi dengan mewujudkan kasih dengan cara
yang lebih sederhana dan bervariasi. Suami lebih mengenal istri dan peduli akan
kesehatan istri.
2.
Rapuhnya nilai kesetiaan dari
perkawinan katolik.
Di abad yang
serba praktis ini dengan arus hidup yang hedonisme, konsumeris, materialis ada
sebagian kelurga kristiani yang mengalami persoalan di dalam menghayati nilai- nilai
dasar perkawinan katolik. Ini berkaitan dengan penghayatan terhadap nilai monogami
(kesatuan) perkawinan dan kesetiaan yang utuh terhadap pasangan hidup. Misalnya
adanya perselingkuhan, praktek poligami bahkan sampai pada keputusan untuk
berpisah ketika suasana kelurga tidak harmonis.
3.
Kemerosotan nilai-nilai
penghayatan religius dalam keluarga,
Arus
hedonis, konsumerisme, dan materialis membawah dampak yang luar biasa bagi
penanaman dan penghayatan nilai-nilai religiusitas di dalam keluarga. Irama
hidup keluarga hanya disibukan dengan kegiatan yang jauh dari dari hal-hal
rohani. Misalnya menonton TV dan VCD, bermain HP, game online, dsb. Sehingga
aktivitas rohani berupa doa pribadi, doa bersama, dan sharing masalah iman
dalam keluarga sering terabaikan
4.
Tantangan dari lingkungan
keluarga
Tantangan-tantangan
yang ada dihadapan keluarga tidak hanya berasal dari masyarakat luas melainkan
juga dari lingkungan keluarga sendiri, baik dari keluarga besar maupun keluarga
inti. Yang di maksud keluarga besar adalah suami-istri dan sanak saudara dari
suami maupun dari istri di mana pun mereka berada. Sedangkan keluarga inti
adalah suami-istri dan anak-anak. Contoh tantangan dari dalam keluarga inti;
a. kurangnya transparansi antara suami dan istri,
a. kurangnya transparansi antara suami dan istri,
c.kurangnya
komunikasi antara suami dan istri
d.kurangnya
kesetiaan suami dan istri
e.adanya
kecemburuan dari suami atau istri
f.adanya
dominasi suami atau istri atas pasanganya.
g.adanya
tindakan kekerasan dalam rumah tangga
5.
Beban ekonomi biaya tinggi yang
harus di hadapi oleh keluarga- keluarga moderen dewasa ini
Globalisasi yang
kuat ditandai dengan sistim persaingan kekuatan- kekuatan ekonomi antar Negara
dengan sistim pasar bebasnya yang membawah dampak dalam kehidupan social, ekonomi
keluarga dewasa ini. Hal ini harus membuat keluarga hidup dengan biaya ekonomi
tinggi. Ekonimi biaya tinggi ini terjadi di segala sector: baik kebutuhan
pokok, pelayanan jasa transportasi, pendidikan maupun berbagai pelayanan
public. Ekonomi dengan biaya tinggi sering menimbulkan tekanan baik psikis
maupun fisik yang bisa menjadi sumber kekerasan dalam rumah tangga.
Dalam menghadapi tantangan dan keperihatinan aktual saat ini, gereja mempunyai beberapa harapan-harapan terhadap keluarga- keluarga kristiani, antara lain:
1. Keluarga yang mau di bangun harus
dipersiapkan dengan baik.
Maksudnya bahwa ada persiapan menjelang perkawinan yaitu:
a. Persiapan Jauh. Persiapan sejak
masa kanak-kanak terutama dengan pendidikan nilai, baik nilai manusiawi maupun
nilai-nilai kristiani pada khususnya.
b.
Persiapan
dekat. Hidup keluarga hendaknya disiapkan secara intensif sejak masa pacaran.
Pemuda dan pemudi yang dalam tahap pacaran harus di dampingi secara bijaksana
agar mereka dapat berpacaran dengan sehat. Hendaknya dalam masa pacaran mereka
diharapakan lebih mengenal dengan baik keperibadian dari dari pasanganya
masing-masing.
c.
Persiapan
akhir. Beberapa bulan menjelang pernikahan calon pengantin disiapkan secara
lebih intensif lewat kursus persiapan perkawinan, penyelidikan kanonik dan
pengumuman nikah.
2. Keluarga didasarkan pada perkawinan
yang sah
Hal ini antara lain berarti: bahwa ke dua mempelai harus mengawali hidup
berkeluarga mereka dengan upacara peneguhan perkawinan sesuai dengan hukum
gereja, seperti termuat dalam kitab hukum kanonik dari kanon 1108- 1123.
3. Keluarga menjadi komunitas hidup
dan kasih
Gereja berharap bahwa keluarga menjadi komunitas kehidupan dan kasih yang
ditandai oleh sikap hormat dan syukur terhadap anuhgerah kehidupan serta kasih
dari semua anggotanya.
Harapan gereja ini antara lain terungkap dalam konstitusi pastoral konsili
vatikan ke II yakni “gaudium et spes 48” dan seruan apostolic paus Yohanes
Paulus ke II yang berjudul” familiaris consortio 17-41”.
Sumber:
1.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas XII, Buku
Guru, 2015
2.
Br. Urbanus, Msf.S.Ag dalam msfmusafir.wordpress.com/2009/02/27/tantangan-dan-keperihatinan-yang-aktual-dalam-hidup-keluarga.
3. http://bidan-raka.blogspot.co.id/2010/06/kb-dalam-pandangan-gereja-katolik.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar