TUHAN, jadikanlah aku pembawa damai.
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi keputus-asaan, jadikanlah aku pembawa harapan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku pembawa sukacita.
Ya Tuhan Allah,
ajarlah aku untuk lebih suka menghibur daripada dihibur;
mengerti daripada dimengerti;
mengasihi daripada dikasihi;
sebab dengan memberi kita menerima;
dengan mengampuni kita diampuni,
dan dengan mati suci kita dilahirkan ke dalam Hidup Kekal.
Amin.
Doa dari Santo Fransiskus Asisi tersebut merupakan ajakan bagi
kita semua untuk menjadi pembawa damai bagai sesama. Mengasihi sesama satu
sama lain berarti menyertakan Allah dalam hidupnya, menyertakan Allah dalam
hidupnya berarti mewujudkan keharmonisan, keindahan, sukacita kebahagiaan dan
kedamaian untuk dirinya dan sesama.
Suka cita merupakan sikap “terima kasih” yang seutuhnya
terhadap Allah karena dalam masa sulit dapat merasakan kedamaian. Raihlah
kedamaian dan suka cita dimulai dari diri sendiri dahulu demi mendapatkan Kasih
Sejati Allah, ciptakan rasa bahagia mengiringi setiap langkah meniti hari demi
hari menuju hari kemenangan. Jangan mengeluh atau berputus asa ketika ujian dan
cobaan itu datang tetapi sikapi ujian dan cobaan datang sebagai wujud
kasih Allah menyertai agar manusia selalu mengingat-Nya berlapang hati dan
bersikap rendah hati itu yang diinginkan Allah bagi mereka yang menerima ujian
dan cobaan seberat apapun bebannya jika diterima dengan hati lapang dan
sikap rendah hati maka Allah akan memberikan rasa ringan dan damai dalam
melalui masa sulitnya
A.
KEADILAN
Keadilan merupakan suatu kondisi
yang didambakan setiap insan manusia. Adil berarti tidak berat sebelah,
berpihak kepada yang benar atau berpegang pada kebenaran. Keadilan berarti
memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, baik itu hak asasi maupun
hak sipil. De fakto, dalam kehidupan
masyarakat, kita menemukan banyak praktek ketidakadilan, entah dari segi
ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya. Semua tindakan itu menunjukkan
bahwa masyarakat kita, sadar atau tidak , sering tidak menghormati hak milik
orang lain. Contoh sederhana, misalnya kasus Nenek Minah warga Banyumas yang
divonis bersalah karena mencuri 3 biji kakao milik PT. Rumpun Sari Antan, kasus
Nenek Asiani warga Situbondo yang dituduh mencuri kayu, sementara penanganan
kasus-kasus korupsi para pejabat pemerintahan terkesan lambat dan
berbelit-belit. Inilah yang seringkali menjadi sindiran bahwa keadilan di
negeri ini “tajam ke bawah tumpul ke atas”, artinya ketika mengadili masyarakat
menengah ke bawah para “penegak” keadilan mudah menjatuhkan vonis/hukuman,
sedang ketika menangani kasus-kasus pejabat/orang-orang menengah ke atas
pengadilan terkesan lambat. Secara umum, ketidakadilan itu tampak nyata dalam
bentuk-bentuk antaralain:
a. Tindakan perampasan dan
penggusuran hak-hak orang lain, pencurian, perampokan dan korupsi.
b. Tindakan pemerasan dan rekayasa
c. Sikap enggan membayar utang,
termasuk kredit macet, yang berbuntut merugikan rakyat kecil.
B.
KEBENARAN
Kebenaran berarti suatu kondisi
yang sesuai dengan hal yang sesungguhnya. Kebenaran juga berarti hal-hal yang
sungguh-sungguh benar. Karena itu
kebenaran berkaitan erat dengan kejujuran. Orang jujur berarti orang bertindak
atas dasar kebenaran.
Matius
5: 37
37Jika ya, hendaklah kamu katakan:
ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu
berasal dari si jaha
Yohanes
8: 43-47
43Apakah sebabnya kamu tidak
mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku.
44Iblislah yang menjadi bapamu dan
kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia
sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada
kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab
ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. 45Tetapi karena Aku mengatakan
kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada-Ku. 46Siapakah di
antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan
kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku? 47Barangsiapa
berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak
mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah.
Dalam sabda Kitab Suci ditegaskan bahwa kebenaran
tidak hanya berarti tidak berbohong, tetapi juga mengambil bagian dalam
kehidupan Allah. Allah adalah “sumber kebenaran”, karena Allah selalu berbuat
sesuai dengan janji-Nya. Maka Allah berfirman “Jangan bersaksi dusta”.
Dalam sejarah, Gereja mengalami berbagai pergulatan dan
tantangan terutama dalam menjadi saksi kebenaran iman. Fakta munculnya perpecahan
dalam Gereja Katolik membuktikan adanya pergulatan tersebut. Salah satu
perpecahan yang terjadi adalahketikaRaja Henry VIII dari Inggris memisahkan seluruhgereja-gereja dikerajaannya dari persekutuan
dengan Paus (Gereja Katholik Roma). Masalahnya, karena
permintaannya untuk menikah kembali sementara istrinya masih hidup
ditolak oleh Paus. Kelompok gereja
inilah yang dikenal sebagai Gereja Anglikan. Keputusan Raja Henry
tersebut ditentang oleh warganya termasuk Perdana Menterinya sendiri Thomas More.
Namun Raja Henry justru menangkap dan memenjarakan orang-orang yang
menentangnya. Bahkan Thomas More akhirnya dihukum pancung. Thomas More menjadi teladan iman, bersaksi
tentang kebenaran walaupun harus kehilangan nyawanya
keren sekali pak pambudi, saya sangat suka, menambah wawasan kembali, trimakasih pak pambudi, kembangkan dan perbanyaklah wawasan2 kembali, trimakasih(kaka theresiana)
BalasHapus