PANGGILAN HIDUP MEMBIARA
Dalam
kehidupan umat beragama katolik diakui dan diyakini bahwa hidup membiara
merupakan panggilan hidup. Hidup membiara merupakan salah satu bentuk hidup
selibat (tidak menikah) yang dijalani oleh mereka yang dipanggil untuk
mengikuti Kristus secara tuntas/total. Dengan kata lain orang yang menjalani hidup
selibat adalah orang yang terpanggil untuk mempersembahkan
hidupnya kepada Tuhan. Menjadi seorang Pastor, Suster, atau
Bruder merupakan jawaban atas panggilan Tuhan untuk melayani dan menguduskan
dunia. Contoh
sederhana dapat kita lihat dalam lingkungan sekolah kita. Sekolah kita
berlindung pada seorang tokoh bernama Santa Theresia, seorang suster yang
dilahirkan di kota Alencon, Perancis pada 2 Januari 1873. Teladan hidupnya
berupa kesederhanaan dan CINTA menjadikan kehidupan santa
Theresia menjadi bermakna dan berkat bagi orang lain. Dalam menjalankan misi
pelayanan pendidikan, sekolah-sekolah Theresiana juga dipimpin oleh seorang
pastor yaitu Rm. Dr. Materius Kristiyanto, Pr sebagai Direktur dan Rm.
Marcellinus Roselawanto, Pr sebagai Wakil Direktur. Mereka adalah para pastor
milik Keuskupan Agung Semarang yang diberi tugas khusus oleh Bapa Uskup untuk
mengelola pendidikan. Mereka menjalani hidup selibat (tidak menikah), serta
menghayati tiga nasihat Injil yaitu kemurnian, ketaatan dan kemiskinan.
Hidup membiara ditandai dengan
pengucapan kaul (janji setia), yaitu kaul kemiskinan, kaul kemurnian dan
kaul ketaatan. Dengan mengucapkan kaul kemiskinan, orang yang hidup
membiara melepaskan haknya untuk memiliki harta benda duniawi. Dengan cara ini
mereka lebih bisa memusatkan hidupnya semata-mata demi melayani Tuhan dan tidak
lekat pada harta benda duniawi. Hal ini bukan berarti mereka tidak boleh
menggunakan/memiliki harta benda duniawi, tetapi menggunakan sewajarnya demi
mendukung pelayanannya. Dengan kaul ketaatan, seorang yang hidup
membiara memutuskan untuk taat seperti Kristus yang taat pada kehendak
Bapa-Nya. Ketaatan ini diwujudkan dengan melepaskan kemerdekaannya, kehendak
bebasnya dan mengikuti kehendak pimpinan/pembesar dalam konggregasi. Dengan kaul
kemurnian orang yang hidup membiara melepaskan haknya untuk hidup
berkeluarga. Melalui hidup selibat (tidak menikah), mereka mengungkapkan
kesediaan untuk mengikuti dan meneladan Kristus sepenuhnya serta membaktikan
hidupnya secara total demi terlaksananya Kerajaan Allah.
PANGGILAN KARYA/PROFESI
Manusia
adalah mahkluk pekerja. Tanpa bekerja manusia kehilangan jati dirinya sebagai
manusia. Maka apapun pekerjaan manusia, asalkan halal, orang akan merasa
dirinya bernilai dihadapan sesamanya. Sebaliknya orang-orang yang berada di
usia produktif namun tidak bekerja akan merasa rendah diri dalam pergaulan
masyarakat. Dalam ajaran agama Katolik, manusia diciptakan oleh Allah dan diberi mandat untuk mengelola bumi.
Dengan ini, hendaknya manusia menyadari, ketika ia melakukan pekerjaan, ia
berpartisipasi dalam pekerjaan Tuhan. Itu berarti bahwa pekerjaan manusia
mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah.
Arti
Kerja:
Kerja
adalah setiap kegiatan manusia yang diarahkan untuk kemajuan manusia, baik
kemajuan jasmani maupun rohani. Kerja memerlukan suatu pemikiran. Kerja dengan
sadar harus diarahkan kepada suatu tujuan tertentu. Pekerjaan merupakan suatu
keistimewaan mahkluk yang berakal budi. Sebab, hanya manusialah yang dengan
sadar dan bebas dapat mengarahkan kegiatannya kepada suatu tujuan tertentu.
Makna
Kerja:
Makna
ekonomis, bekerja dipandang sebagai
pengerahan tenaga untuk menghasilkan sesuatu yang diperlukan atau diinginkan
seseorang atau masyarakat. Dalam hal ini dibedakan menjadi pekerjaan produktif
(pertanian, pertukangan, pabrik, dsb), pekerjaan distributive (perdagangan),
dan pekerjaan jasa (guru, dokter, perawat, dsb). Makna sosiologis, kerja merupakan
pemenuhan kebutuhan masyarakat dan sarana interaksi antar masyarakat. Makna
antropologis, kerja memungkinkan manusia untuk membina dan membentuk diri
dan pribadinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar