Kompetensi Dasar
1.1. Menghayati
nilai-nilai keadilan, kejujuran, kebenaran, perdamaian dan keutuhan
ciptaan sesuai dengan ajaran Yesus Kristus
2.2. Berperilaku peduli pada
nilai-nilai keadilan, kejujuran, kebenaran, perdamaian dan keutuhan
ciptaan sesuai dengan ajaran Yesus Kristus
3.2. Memahami nilai-nilai keadilan, kejujuran,
kebenaran, perdamaian dan leutuhan ciptaan sesuai dengan ajaran Yesus Kristus
4.2. Menerapkan
nilai-nilai keadilan, kejujuran, kebenaran, perdamaian dan leutuhan
ciptaan sesuai dengan ajaran Yesus Kristus
TUHAN, jadikanlah aku pembawa damai.
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi keputus-asaan, jadikanlah aku pembawa harapan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku pembawa sukacita.
Ya Tuhan Allah,
ajarlah aku untuk lebih suka menghibur daripada dihibur;
mengerti daripada dimengerti;
mengasihi daripada dikasihi;
sebab dengan memberi kita menerima;
dengan mengampuni kita diampuni,
dan dengan mati suci kita dilahirkan ke dalam Hidup Kekal.
Amin.
Doa dari Santo Fransiskus Asisi tersebut merupakan ajakan bagi
kita semua untuk menjadi pembawa damai bagai sesama. Mengasihi sesama satu
sama lain berarti menyertakan Allah dalam hidupnya, menyertakan Allah dalam
hidupnya berarti mewujudkan keharmonisan, keindahan, sukacita kebahagiaan dan
kedamaian untuk dirinya dan sesama.
Suka cita merupakan sikap “terima kasih” yang seutuhnya
terhadap Allah karena dalam masa sulit dapat merasakan kedamaian. Raihlah
kedamaian dan suka cita dari diri sendiri dahulu demi mendapatkan Kasih Sejati
Allah, ciptakan rasa bahagia mengiringi setiap langkah meniti hari demi hari
menuju hari kemenangan. Jangan mengeluh atau berputus asa ketika ujian dan
cobaan itu datang tetapi sikapi ujian dan cobaan datang sebagai wujud
kasih Allah menyertai agar manusia selalu mengingat-Nya berlapang hati dan
bersikap rendah hati itu yang diinginkan Allah bagi mereka yang menerima ujian
dan cobaan seberat apapun bebannya jika diterima dengan hati lapang dan
sikap rendah hati maka Allah akan memberikan rasa ringan dan damai dalam
melalui masa sulitnya
Pada kegiatan pembelajaran ini akan dibahas tentang nilai-nilai
kehidupan manusia yang perlu diperjuangkan yaitu keadilan, kejujuran,
kebenaran, kedamaian, serta keutuhan lingkungan hidup (keutuhan ciptaan).
Hal-hal tersebut merupakan nilai- nilai dasar hidup kristiani.
A.
KEADILAN
Keadilan merupakan suatu kondisi
yang didambakan setiap insan manusia. Adil berarti tidak berat sebelah,
berpihak kepada yang benar atau berpegang pada kebenaran. Keadilan berarti
memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, baik itu hak asasi maupun
hak sipil. De fakto, dalam kehidupan
masyarakat, kita menemukan banyak praktek ketidakadilan, entah dari segi
ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya. Semua tindakan itu menunjukkan
bahwa masyarakat kita, sadar atau tidak , sering tidak menghormati hak milik
orang lain. Contoh sederhana, misalnya kasus Nenek Minah warga Banyumas yang
divonis bersalah karena mencuri 3 biji kakao milik PT. Rumpun Sari Antan, kasus
Nenek Asiani warga Situbondo yang dituduh mencuri kayu, sementara penanganan
kasus-kasus korupsi para pejabat pemerintahan terkesan lambat dan
berbelit-belit. Inilah yang seringkali menjadi sindiran bahwa keadilan di
negeri ini “tajam ke bawah tumpul ke atas”, artinya ketika mengadili masyarakat
menengah ke bawah para “penegak” keadilan mudah menjatuhkan vonis/hukuman,
sedang ketika menangani kasus-kasus pejabat/orang-orang menengah ke atas
pengadilan terkesan lambat. Secara umum, ketidakadilan itu tampak nyata dalam
bentuk-bentuk antaralain:
a. Tindakan perampasan dan
penggusuran hak-hak orang lain, pencurian, perampokan dan korupsi.
b. Tindakan pemerasan dan rekayasa
c. Sikap enggan membayar utang,
termasuk kredit macet, yang berbuntut merugikan rakyat kecil.
Keadilan menunjuk pada suatu keadaan, tuntutan, dan keutamaan.
a)
Keadilan sebagai “keadaan” menyatakan bahwa semua pihak
memperoleh apa yang menjadi hak mereka dan diperlakukan sama. Misalnya, di negara atau lembaga
tertentu ada keadilan, semua orang diperlakukan secara adil (tidak pandang
suku, agama, ras, atau aliran tertentu).
b)
Keadilan sebagai “tuntutan” menuntut agar keadaan adil itu
diciptakan baik dengan mengambil tindakan yang diperlukan, maupun dengan
menjauhkan diri dari tindakan yang tidak adil.
c)
Keadilan sebagai “keutamaan” adalah sikap dan tekad untuk
melakukan apa yang adil.
Ada tiga jenis keadilan yaitu komutatif, distributif, dan
keadilan legal.
a)
Keadilan komutatif menuntut kesamaan dalam pertukaran,
misalnya mengembalikan pinjaman atau jual-beli yang berlaku pantas, tidak ada
yang rugi.
b)
Keadilan distributif menuntut
kesamaan dalam membagikan
apa yang menguntungkan dan dalam menuntut pengorbanan. Misalnya,
kekayaan alam dinikmati secara adil dan pengorbanan untuk pembangunan
ditanggung bersama-sama dengan adil.
c)
Keadilan legal menuntut kesamaan hak dan kewajiban terhadap negara
sesuai dengan undang-undang yang berlaku
B.
KEBENARAN
Kebenaran berarti suatu kondisi
yang sesuai dengan hal yang sesungguhnya. Kebenaran juga berarti hal-hal yang
sungguh-sungguh benar. Karena itu
kebenaran berkaitan erat dengan kejujuran. Orang jujur berarti orang bertindak
atas dasar kebenaran.
Matius
5: 37
37Jika ya, hendaklah kamu katakan:
ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu
berasal dari si jahat
Yohanes
8: 43-47
43Apakah sebabnya kamu tidak
mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku.
44Iblislah yang menjadi bapamu dan
kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia
sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada
kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab
ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. 45Tetapi karena Aku
mengatakan kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada-Ku. 46Siapakah
di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan
kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku? 47Barangsiapa
berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak
mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah.
Dalam sabda Kitab Suci ditegaskan
bahwa kebenaran tidak hanya berarti tidak berbohong, tetapi juga mengambil bagian dalam kehidupan Allah.
Allah adalah “sumber kebenaran”, karena Allah selalu berbuat sesuai dengan
janji-Nya. Maka Allah berfirman “Jangan bersaksi dusta”.
Bentuk-bentuk kebohongan:
a)
Berdusta dan
saksi dusta. Berdusta berarti mengatakan
yang tidak benar dengan maksud
untuk menyesatkan. Dusta adalah pelanggaran paling langsung terhadap kebenaran.
Berdusta berarti berbicara atau berbuat melawan kebenaran untuk menyesatkan
seseorang, yang mempunyai hak untuk mengetahui kebenaran.
b)
Rekayasa atau
manipulasi. Rekayasa atau manipulasi berarti menyiasati atau membawa
orang lain kepada suatu tujuan yang menguntungkan dirinya sendiri, yang mungkin
saja orang lain mendapat rugi. Rekayasa dan manipulasi itu bersifat mengelabui.
c)
Fitnah dan umpatan. Fitnah dan umpatan adalah tindakan yang sangat jahat, sebab yang difitnah
tidak hadir untuk membela diri. Fitnah dapat berkembang tanpa saringan
C.
PERDAMAIAN
Di berbagai bangsa/wilayah Negara kita masih
menyaksikan pertikaian dan peperangan, entah itu antar sesama bangsa (perang
saudara) maupun antar Negara tetangga seperti Israel dengan Palestina. Segala
upaya telah dilakukan baik oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) maupun oleh
tokoh atau Negara tertentu. Sementara di Indonesia, kedamaian hidup warga
Negara kadang-kadang terusik, entah karena urusan politik ataupun oleh sentimen
suku dan agama. Dalam dunia pendidikan, kita tidak jarang menyaksikan kekerasan
antar pelajar dan antar mahasiswa.
a).
Fakta-Fakta Pertikaian dan Perang
Kita dapat menyaksikan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir ini
terjadi beberapa peristiwa pertikaian dan peperangan baik yang terjadi di dalam negeri
maupun di luar negeri. Pertikaian-pertikaian tersebut, antara lain:
•
Di Timur Tengah hingga
kini masih terjadi peperangan yang tidak kunjung selesai antara Israel dan
Palestina. Sudah ratusan ribu nyawa melayang.
•
Di Irak, masih terjadi perang saudara pasca tumbangnya
presiden Sadam Husein pada bulan Maret 2003 hingga saat ini. Begitupun di Siria
dan beberapa negara tetangga lainnya.
•
Di Eropa kini terjadi perang
saudara di Ukraina
yang telah menelan banyak
korban jiwa.
•
Di Indonesia masih sering terjadi pertikaian antarsesama anak bangsa,
oleh karena alasan politik ataupun alasan agama.
b).
Alasan Terjadinya Pertikaian
dan Perang
Berikut beberapa alasan besar yang menyebabkan terjadinya
pertikaian dan perang, misalnya:
•
Fanatisme agama dan
suku: Fanatisme
agama atau suku biasanya disebabkan oleh kepicikan dan perasaan bahwa dirinya
terancam. Pertikaian dan perang karena fanatisme agama selalu
berlangsung lama dan sangat kejam.
•
Sikap arogan/angkuh: Sikap arogan/angkuh adalah
sifat dimana suku atau bangsa
yang merasa diri kuat dan dapat bertindak secara sepihak dan sewenang-wenang.
•
Keserakahan: Banyak pertikaian dan
perang berlatar belakang ekonomi karena ingin
merebut ‘harta karun’
tertentu. Demi harta dan uang, orang dapat
berbuat apa saja,
termasuk perang. Perang menciptakan peluang pedagangan
senjata dan tekhnologi.
•
Merebut
kemerdekaan dan mempertahankan hak: Kadang- kadang perang terpaksa
dilaksanakan untuk merebut kemer- dekaan dan mempertahankan hak
c) Damai yang diajarkan oleh Yesus membersihkan dunia ini
dari segala macam kejahatan dan kedurhakaan. Damai itu benar-benar damai bagi
mereka yang sejiwa dengan Yesus. Damai adalah suatu pencapaian kebenaran dan
hasil perjuangan serta pergulatan batin. Ini bukan damai lahiriah yang
tergantung pada manusia lain, tetapi damai batiniah yang sepenuhnya berakar
dalam kebenaran, yaitu di dalam diri Yesus.
d) Damai itu bukan hanya tidak ada perang atau
kekacauan. Lebih
dari itu, damai berarti suatu rasa ketenangan hati karena orang memiliki
hubungan yang bersih dengan Tuhan, sesama, dan dunia. Damai sejahtera yang
menampakkan Kerajaan Allah
D.
KEUTUHAN CIPTAAN
Kita pernah mendengar atau
membaca tentang dosa pertama yang diceritakan dalam Kitab Suci (Kej 3). Cerita
itu bukanlah suatu laporan tentang suatu kejadian di masa lampau, tetapi lebih
merupakan suatu cerita simbolik, suatu cerita kiasan yang ingin menunjukkan
kepada kita bahwa manusia lebih suka mengikuti jalan pikiran dan seleranya
sendiri. Secara kiasan Kitab Suci menceritakan bagaimana Tuhan memberikan
kepada manusia pertama (Adam dan Hawa) suatu taman, suatu kebun, yang indah dan
subur. Tuhan memberikan semuanya, namun Tuhan berpesan supaya pohon yang tumbuh
di tengah kebun itu tidak diganggu gugat. Sebenarnya ini suatu “perintah” yang
tidak berat. Namun, Adam dan Hawa telah menentang perintah Tuhan itu. Ia
memilih pikiran dan kemauannya sendiri. Ia mengganggu pohon itu, ia
memetik buahnya, untuk suatu
kesenangan sesaat. Kita tahu akibat dari ulah manusia itu, kebun yang indah itu
lenyap. Lalu manusia harus menuai berbagai derita dan bencana secara turun
temurun.
b) Manusia sesungguhnya diciptakan oleh Allah
menurut gambar-Nya. Artinya, manusia diciptakan untuk menjadi wakil Allah di
dunia ini. Sebagai wakil Allah, manusia diberi tugas untuk menguasai ciptaan
lainnya. Menaklukkan dan menguasai alam tidak berarti menggunakannya sampai
habis dan merusaknya, tetapi mengatur dan menyiasati alam demi kebahagiaan
manusia itu sendiri dan semua makhluk ciptaan Allah. Manusia mempunyai tugas
untuk memelihara alam ciptaan (lingkungan hidup), sehingga alam ini dapat
dinikmati oleh umat manusia sepanjang masa.
c) Alam semesta ini bukan hanya untuk manusia
atau untuk sekelompok manusia yang saat ini memiliki sarana dan kemampuan untuk
memanfaatkannya saja, tetapi alam semesta ini untuk semua generasi manusia kini
dan masa datang. Maka seluruh tindakan manusia atas alam harus menunjukkan
tanggung jawab bagi masa depan, bagi generasi yang akan datang.
d) Manusia perlu menyadari bahwa keberadaan alam
semesta ini saling kait-mengait. Manusia adalah makhluk yang hidup bersama
dengan makhluk ciptaan lain dan hidup dalam lingkungan ciptaan yang indah
mengagumkan. Manusia bukan satu-satunya ciptaan yang punya hak atas alam
semesta ini. Maka, manusia harus membangun kesetiakawanan dengan makhluk yang
lain. Adanya alam semesta ini adalah untuk bersama, sehingga keharmonisan
antara satu dan yang lain harus dipelihara.
SURAT
GEMBALA HARI BUMI 2017
Pada
setiap tanggal 22 April diperingati Hari Bumi Sedunia. Seperti halnya hari-hari
peringatan yang lain, Hari Bumi dijadikan tradisi karena banyak orang, termasuk
kita, sering lupa akan keadaan bumi ini. Tradisi yang dimulai tahun 1970 ini
mau mengingatkan kita agar kita sadar bahwa keadaan bumi kita semakin
memprihatinkan. Memang, sejak tahun 1970-an kesadaran manusia akan keadaan bumi
mulai muncul, tumbuh, dan berkembang. Mula-mula disadari bahwa lingkungan
sekitar kita, atau yang biasa disebut biosfer, makin rusak. Tanah, air, dan
udara terkena polusi. Bencana alam yang disebabkan oleh ulah manusia juga makin
banyak, seperti penggundulan hutan yang berakibat banjir, tanah-longsor dan
bencana alam yang lain. Banyak data dan berita tentang hal ini bisa kita
dapatkan dari media massa.
Kesadaran
itu makin menguat ketika kerusakan bumi tidak hanya terjadi pada lapisan
biosfer, melainkan juga pada lapisan troposfer, yaitu kira-kira 10-15 kilometer
di atas bumi. Pada lapisan ini, terjadi penumpukan emisi karbon yang
menyebabkan gejala yang disebut sebagai “efek rumah kaca”. Inilah yang disebut
pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim. Bukan hanya itu, banyak
dampak negatif dialami penghuni bumi karena hal ini, dari banjir, kekeringan,
kelaparan, naiknya air laut, dan munculnya beberapa penyakit baru.
Seiring
dengan itu, makin disadari pula bahwa kerusakan juga terjadi pada lapisan yang
lebih tinggi, yaitu lapisan stratosfer, kira-kira 30 kilometer di atas bumi.
Pada lapisan ini, lapisan ozon, yang berfungsi menyaring sinar matahari,
berlubang sangat besar. Lapisan ozon itu tercemar oleh berbagai bahan kimia
yang menguap dari bumi, seperti misalnya gas chlorofluorocarbon (CFC), yang
antara lain berasal dari alat pendingin udara (AC) rumah-rumah kita. Karena
sudah terjadi dalam waktu yang sangat lama, lapisan ozon berlubang dan sebagian
sinar matahari yang tidak baik untuk kehidupan, ikut masuk ke dalam bumi. Salah
satu dampaknya adalah makin mudahnya orang terkena kanker kulit. Begitulah,
kondisi bumi makin buruk dari segala sisi.
Semua
itu tentu mengusik nurani kita. Meminjam istilah para ahli antarbangsa yang
tergabung dalam Panel Perubahan Iklim, bencana itu bersifat anthropogenik.
Artinya, faktor kesalahan manusia menjadi sebab yang utama. Karena itu,
langsung atau tidak langsung kita pun ikut bertanggung jawab dalam kerusakan
bumi ini. Dengan tulus, kita mesti mengakui bahwa perilaku kita atau sikap kita
terhadap bumi belum sungguh adil dan beradab.
Jika ditelusur
lebih jauh, akar masalahnya adalah keserakahan manusia. Manusia tidak puas
dengan apa yang dimilikinya. Manusia cenderung menumpuk harta dengan mengeruk
kekayaan bumi, seringkali tanpa peduli dengan akibatnya. Hal ini tidak hanya
tampak pada manusia sebagai pribadi, tetapi juga jelas dalam lembaga ekonomi
yang cenderung mencari untung sebanyak-banyaknya; juga dalam negara yang aturan
hukum dan penerapannya belum sungguh ramah lingkungan. Menurut Bapa Paus
Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si’ yang dikeluarkan pada 2015, dengan
keserakahannya manusia “mau menggantikan tempat Allah dan dengan demikian,
akhirnya membangkitkan pemberontakan alam” (no.117). Sementara menurut Rasul
Paulus, keserakahan berarti penyembahan berhala (Ef 5:5).
Kesadaran ini tentu mengingatkan kita juga agar dalam mengelola kekayaan bumi, kita mengingat sesama, termasuk generasi yang akan datang, serta segala makhluk ciptaan yang ada di atas bumi ini. Dari dunia biologi, kita belajar bagaimana setiap ciptaan Tuhan mempunyai perannya masing-masing dan manusia mempunyai peranan yang menentukan. Jika manusia tidak menjalankan tanggung jawabnya untuk memelihara bumi, pada akhirnya bumi akan punah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar