RANGKUMAN MATERI BAB V
Gereja dan Dunia
Gereja
dan dunia manusia merupakan realitas yang sama, seperti mata uang yang ada dua
sisinya. Berbicara tentang Gereja berarti bicara tentang dunia manusia. Bagi
orang Kristen berbicara tentang dunia manusia berarti berbicara tentang dunia
manusia sebagai umat Allah yang sedang berziarah di dunia ini.
A. Permasalahan
yang Dihadapi Dunia
Persoalan
dunia, dapat kita petakan lewat beberapa peristiwa yang dihadapi, yang dapat
menjadi gambaran bagaimana persoalan dunia itu sebenarnya.
1. Perang
Dewasa ini masih banyak kawasan yang dilanda peperangan, tidak ketinggalan
Indonesia, masih sering terjadi bentrokan, perang suku, perang antar kelompok.
Yang menjadi pemicunya seringkali ambisi kekuasaan, ada kecenderungan hasrat
manusia ingin berkuasa dan menguasai manusia yang lain, yang tentunya hal ini
menjadi permasalahan serius, karena manusia tidak lagi menyadari bahwa Tuhan
menciptakan manusia untuk hidup bersama dalam kebersamaan, kedamaian, saling
melengkapi dan menyempurnakan satu sama lain.
Perang saudara atau perang antar negara, tidak pernah membawa keuntungan
apapun bagi kedua belah pihak. Ada peribahasa mengatakan menang jadi arang,
kalah jadi debu. Artinya kedua belah pihak sama-sama rugi dalam segala hal, jasmani
dan rohani. Maka hidup damai itu memang indah.
2. Kemiskinan
Kemiskinan
sering dipahami sebagai kondisi kehidupan manusia yang tidak layak atau tidak
memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia, seperti sandang, pangan dan papan,
namun sesungguhnya kemiskinan dapat juga dipahami secara sosial ekonomi, dan
mental. oleh karena itu, kenyataan adanya kebodohan dan keterbelakangan sering
juga dikategorikan sebagai kemiskinan. Penyebab kemiskinan tersebut dapat
secara eksternal (struktural) ataupun personal (mental). Sistem kehidupan yang
didasarkan pada prinsip kapitalisme akan menciptakan struktur masyarakat di
mana yang kaya semakin kaya dan miskin semakin terpuruk. Akibatnya terjadi
kesenjangan antara kaya dan miskin.
Hasil
penelitian menunjukkan, bahwa ada kesenjangan pendapatan antara
pendapatannegara-negara maju di Eropa dengan negara berkembang. Penyebabnya
adalah akses terbatas warga negara berkembang terhadap teknologi baru dan
lambatnya warga negara berkembang untuk mengadopsi berbagai inovasi. Hal
tersebut menciptakan jurang kemiskinan yang sangat dalam antara negara-negara
Barat dan negaranegara berkembang. Hal ini menciptakan ketidakadilan dalam
relasi antar-negara.Karenanya Gereja Katolik merasa prihatin dan menyerukan
keadilan sosial bagi umat manusia di dunia.
3.
Ketidakadilan Sosial
Salah
satu tuntutan kodrat masunia adalah diperlakukan secara adil. Artinya setiap
pribadi manusia mempunyai hak atas hidupnya yang perlu dihargai dan dihormati
oleh orang lain. Banyak peristiwa yang diketegorikan sebagai ketidakadilan,
misalnya perampasan yang seringkali mengatasnamakan kepentingan rakyat.
Persoalan dasar ketidakadilan adalah bahwa manusia tidak menyadari status
kesederajatannya di hadapan Sang Pencipta sehingga manusia sulit memandang
sesamanya sebagai pribadi yang perlu dihormati dan dihargai.
4. Kerusakan Lingkungan
Isu
tetang pemanasan global, menyadarkan
kita bahwa bumi ini sudah semakin tua dan tidak lagi menjadi tempat yang nyaman
dan menjanjikan kesejahteraan hidup bagi manusia. Banyak bencana alam yang
sudah terjadi, seperti banjir, tanah longsor, dll. Di samping perubahan
ekosistem juga karena perbuatan manusia yang tidak bertanggungjawab, perilaku
yang tidak menghargi lingkungan yang mengancam kelestarian alam.
Berikut ini faktor penyebab
terjadinya pemanasan global:
• Polusi Karbondioksida dari Pembangkit Listrik Bahan Bakar Fosil
• Polusi Karbondioksida dari Pembangkit Listrik Bahan Bakar Fosil
Ketergantungan
kita yang semakin meningkat pada listrik dari pembangkit listrikbahan bakar
fosil membuat semakin meningkatnya pelepasan gas karbondioksida sisa pembakaran
ke atmosfer. Kebutuhan ini akan terus meningkat setiap harinya. Sepertinya,
usaha penggunaan energi alternatif selain fosil harus segera dilaksanakan.
Tetapi, masih banyak dari kita yang enggan untuk melakukan ini.
• Polusi
Karbondioksida dari Pembakaran Bensin untuk Transportasi
Sumber
polusi karbondioksida lainnya berasal dari mesin kendaraan bermotor. Apalagi, keadaan semakin
diperparah oleh adanya fakta bahwa permintaan kendaraan bermotor setiap tahunnya
terus meningkat seiring dengan populasi manusia yang juga tumbuh sangat pesat.
Sayangnya, semua peningkataan ini tidak diimbangi dengan usaha untuk mengurangi dampak.
• Gas
Metana dari Peternakan dan Pertanian.
Gas
metana menempati urutan kedua setelah karbondioksida yang menjadi penyebab
terjadinya efek rumah kaca. Gas metana dapat berasal dari bahan organik yang dipecah oleh bakteri
dalam kondisi kekurangan oksigen, misalnya dipersawahan. Proses ini juga dapat
terjadi pada usus hewan ternak, dan dengan meningkatnya jumlah populasi ternak,
mengakibatkan peningkatan produksi gas metana yang
dilepaskan ke atmosfer bumi.
dilepaskan ke atmosfer bumi.
• Aktivitas Penebangan Pohon
Seringnya
penggunaan kayu dari pohon sebagai bahan baku membuat jumlah pohon kita makin berkurang.
Apalagi, hutan sebagai tempat pohon kita tumbuh semakin sempit akibat
beralih fungsi menjadi lahan perkebunan seperti kelapa sawit. Padahal, fungsi hutan sangat
penting sebagai paru-paru dunia dan dapat digunakan untuk mendaur ulang
karbondioksida yang terlepas di atmosfer bumi.
Berikut ini akibat yang ditimbulkan oleh terjadinya pemanasan global:
• Kenaikan
Permukaan Air Laut Seluruh Dunia
Para
ilmuwan memprediksi peningkatan tinggi air laut di seluruh dunia karena
mencairnya dua lapisan es raksasa di Antartika dan Greenland. Banyak negara di
seluruh dunia akan mengalami efek berbahaya dari kenaikan air laut ini. Inilah
mungkin faktor penyebab tenggelamnya Ibu Kota Jakarta beberapa tahun mendatang
sesuai dengan yang diprediksi ilmuwan.
• Peningkatan
Intensitas Terjadinya Badai
Tingkat terjadinya badai dan siklon semakin meningkat. Di
dukung oleh bukti yang telah ditemukan oleh para ilmuwan bahwa pemanasan global
secara signifkan akan menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur udara dan
lautan. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan kecepatan angin yang dapat
memicu terjadinya badai kuat.
• Menurunnya
Produksi Pertanian Akibat Gagal Panen
Diyakini bahwa, milyaran penduduk di seluruh dunia akan
mengalami bencana kelaparan karena faktor menurunnya produksi pangan pertanian
akibat kegagalan panen. Ini disebabkan oleh pemanasan global yang memicu
terjadinya perubahan iklim yang kurang kondusif bagi tanaman pangan.
• Makhluk
hidup terancam kepunahan
Berdasarkan
penelitian yang dipublikasikan di Nature, pada tahun 2050 mendatang, peningkatan
suhu dapat menyebabkan terjadinya kepunahan jutaan spesies. Artinya, di
tahun-tahun mendatang keragaman spesies bumi akan jauh berkurang. Namun, semoga
saja tidak termasuk di dalamnya spesies manusia
5. Perkembangan
IPTEK
Di
samping persoalan-persoalan di atas, yang juga perlu disadari adalam
perkembangan dunia yang begitu pesat terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK). Kemajuan dan perkembanan ilmu pengetahuan dan teknologi
tentunya juga menpunyai dampak positif bagi kehidupan manusia dan dampak
negatif.
B. Hubungan
Gereja dan Dunia
Melihat
permasalahan dunia yang terjadi, Gereja sebagai persekutuan umat beriman dan
bagian dari dunia, tentunya tidak akan tinggal diam saja. Sikap dasar Gereja
dalam hubungannya dengan dunia bermula dari suatu pemikiran Paus Yohanes XXIII
yang melahirkan Konsili Vatikan II, yang menghasilkan dokumen-dokumen penting
yang mewarnai tonggak sejarah Gereja dalam kehidupannya di dunia. Salah satu
dokumen yang dihasilkan oleh Konsili Vatikan II adalah Gaudium et Spes
(kegembiraan dan harapan). Dengan Konsili Vatikan II, Gereja membuka dirinya
terhadap dunia luar.
Lewat
Konsili Vatikan II, Gereja sungguh telah memperbaharui diri dalam hubungannya
dengan dunia.
Menyangkut hubungan antara gereja dan dunia dapat diangkat satu dua hal
berikut ini :
a.
Gereja setelah Konsili Vatikan II (Gereja postkonsilier) melihat dirinya
sebagai “ Sakramen Keselamatan” bagi dunia. Artinya, Gereja
menjadi terang, garam, dan ragi bagi dunia. Dunia menjadi tempat atau lading.
Dimana Gereja berbakti. Dunia tidak dihina dan dijauhi, tetapi didatangi dan
ditawari keselamatan.
b.
Gereja dijadikan Mitra Dialog. Gereja dapat menawarkan nilai-nilai injili dan
dunia dapat mengembangkan kebudayaannya, adapt istiadat, alam pikiran, ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga Gereja dapat lebih efektif menjalankan
misinya di dunia.
c. Gereja tetap menghormati otonomi dunia dengan
sifatya yang sekuler, karena didalamnya terkandung nilai-nilai yang dapat
mensejahterakan manusia dan membangun sendi-sendi Kerajaan Allah.
C. Ajaran
Sosial Gereja
Sejak perkembangan industri modern, massa
buruh berjubel ke kota-kota besar tanpa jaminan masa depan. Maka timbullah
berbagai masalah sosial baru yang berat anatara lain upah yang adil, kepastian
tempat kerja, hak mogok, yang pada dasarnya mempertanyakan juga adil tidaknya
struktur masyarakat itu sendiri.
Supaya tidak tertinggal dari gerakan komunisme
yang memperjuangkan nasibkaum buruh, ada imam-imam yang mulai melibatkan diri
dalam pastoral kaum seperti imam muda dalam kisah di atas. Kemudian, para Paus
pun mulai mengeluarkan ensiklik-ensiklik yang memuat ajaran sosial Gereja.
1. Arti dan Makna Ajaran Sosial
Gereja
Ajaran sosial gereja adalah ajaran gereja mengenai hak dan kewajiban berbagai anggota masyarakat dalam
hubungannya dengan kebaikan bersama dalam lingkup nasional maupun
internasional.
Ajaran
sosial Gereja merupakan tanggapan Gereja terhadap fenomena atau
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat manusia dalam bentuk himbauan,
kritik dan dukungan. Dengan kata lain, ajaran sosial Gereja merupakan bentuk
keprihatinan Gereja terhadapa dunia dan umat manusia dalam wujud dokumen yang
perlu disosialisasikan.
a. Ajaran
Sosial gereja dari Rerum Novarum sampai dengan Konsili Vatikan II
Ajaran sosial Gereja dalam dunia
modern berawal dari tahun 1981, ketika Paus Leo XIII mengeluarkan ensiklik Rerum
Novarum (Hal-Hal Baru). Dalam ensiklik itu Paus dengan tegas menentang kondisi-kondisi yang tidak
manusiawi yang menjadi situasi buruk bagi kaum buruh dalam masyarakat industri.
Paus mengatakan 3 faktor kunci yang mendasari kehidupan ekonomi, yaitu buruh,
modal, dan Negara.
Pada tahun 1931, pada peringatan Ke-40 tahun Rerum Novarum, Paus Pius XI
menulis ensiklik Quadragesimo Anno (Tahun Keempat Puluh). Dalam ensiklik itu, Paus Pius XI masalah-masalah
ketidakadilan sosial dan mengajak semua pihak untuk mengatur kembali tatanan
sosial berdasarkan apa yang telah ditunjukkan oleh Paus Leo XIII dalam Rerum
Novarum. Paus Pius XI menegaskan kembali hak dan kewajiban Gereja
dalam menanggapi masalah-masalah sosial, mengamcam kapitalisme dan persaingan
bebas serta komunisme yang menganjurkan pertentangan kelas dan pendewaan
kepemimpinan kediktatoran kelas buruh.
Tiga puluh tahun kemudian, Paus Yohanes XXIII menulis dua ensiklik untuk
menanggapi masalah-masalah pokok zamannya, yaitu Mater et Magistra (Ibu dan Pengajaran) pada tahun 1961 dan Pacem in Terris (Damai di Bumi) pada tahun 1963. Dalam dua ensiklik ini, Paus Yohanes XXIII
menyampaikan sejumlah petunjuk bagi umat Kristiani dan para pengambil kebijakan
dalam menanggapi kesenjangan di antara bangsa-bangsa yang kaya dan miskin, dan
ancaman terhadap perdamaian dunia..
b. Ajaran sosial
Gereja sesudah Konsili Vatikan II
Ketika Paus Yohanes XXIII mengadakan Konsili Vatikan II dalam bulan
oktober 1962, dia membuka jendela Gereja agar masuk udara segar dunia modern.
Konsili ekumenis yang ke-21 inilah yang pertama kali merefleksikan Gereja yang
sungguh-sungguh mendunia. Hakikat Gereja dalam dunia modern ini termuat dalam
Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes (Kegembiraan dan Harapan). Dalam
Gaudium et spes ini, para bapa konsili meneguhkan bahwa perutusan khas religius
Gereja memberinya tugas, terang dan kekuatan yang dapat membantu pembentukan
dan pemantapan masyarakat manusia menurut hukum Ilahi. Keadaan, waktu, dan
tempat menuntut tanggungjawab Gereja dan bahkan memulai kegiatan sosial demi semua
orang.
Dalam Dokumen Populorum Progresssio (kemajuan
Bangsa-Bangsa) pada tahun 1967, Paus Paulus VI menanggapi jeritan kemiskinan dan
kelaparan dunia, menunjukkan adanya ketidakadilan structural. Ia menghimbau
Negara-negara kaya maupun miskin agar bekerja sama dalam semangat solidaritas
untuk membangun “tata keadilan dan membaharui tata dunia”.
Dokumen berupa surat apostolic Octogesima
Adveniens (tahun kedelapanpuluh) yang ditulis oleh Paus Paulus VI tahun 1971 untuk
merayakan 80 tahun dokumen Rerum Novarum. Dalam surat ini ditengahkan bahwa
kesulitan menciptakan tatanan baru melekat dalam proses pembangunan tatanan itu
sendiri. Paus Paulus VI sekaligus menegaskan peranan jemaat-jemaat Kristiani
dalam mengemban tanggung jawab baru ini.
Pada tahun 1981, Paus Yohanes Paulus II, mengeluarkan ensiklik
yang berjudul Laborem Excercens (Kerja Manusia). Ensiklik ini membahas makna kerja manusia. Manusia
dengan bekerja mengembangkan karya Allah dan memberi sumbangan bagi terwujudnya
rencana penyelamatan Allah dalam sejarah. Tenaga kerja harus lebih diutamakan
daripada modal dan teknologi.
Dalam ensiklik Sollicitudo Rei Socialis (Keprihatinan
Sosial)
(1987), Paus Yohanes Paulus II mengangkat kembali tentang pembangunan yang
mengeksploitasi orang-orang kecil. Beliau berbicara tentang struktur-struktur
dosa yang membelenggu masyarakat. Dalam ensiklik Centesimus Annus (Tahun keseratus) (1991), Paus Yohanes Paulus II mengungkapkan bahwa Gereja hendaknya terus
belajar untuk bergumul dengan soal-soal sosial.
Pada tahun 2009 Paus Benediktus XVI menulis ensiklik
berjudul Caritas in Veritate (kasih dalam kebenaran). Ensiklik ini berbicara tentang
perkembangan integral manusia dalam kasih dan kebenaran. Ajaran sosial Gereja
bukanlah sebuah hak prerogatif dari satu komponen tertentu dalam lembaga
gerejawi melainkan dari keseluruhan jemaat. Ajaran sosial Gereja adalah bentuk
ungkapan dari cara Gereja memahami masyarakat serta posisinya sendiri berkenaan
dengan berbagai struktur serta perubahan sosial.
Pada tahun 2015, Paus Fransiskus dalam ensikliknya berjudul Laudato
Si’ mengungkapkan sebuah keprihatinan bahwa bumi ini makin rusak. Ada gejala pemanasan
global yang mengacaukan keselarasan hidup manusia dan bumi. Ada kehancuran
lingkungan yang mengakibatkan berbagai penderitaan. Terkait dengan semua itu,
Paus menyebut keserakahan manusia sebagai salah satu sumber dari berbagai
bencana itu. Salah satu hal yang disebut Paus sebagai wujud keserakahan adalah
“budaya mudah membuang” yang menjadi ciri orang jaman ini. Paus
dalam ensikliknya juga menegaskan agar kita melakukan pertobatan, terutama dari
keserakahan kita. Lebih jauh, supaya bumi ini tetap terjaga dan tetap bisa
menyediakan makanan untuk semua yang hidup di atasnya, kita perlu menjaganya,
tidak mengotori atau merusaknya. Paus memberikan pesan yang sangat jelas agar kita ikut memelihara bumi
sebagai rumah bersama. Dalam kaitan dengan makanan yang disediakan bumi,
“rumah” lebih tepat disebut “rahim”. Tidak bisa tidak, demi kelangsungan hidup,
rahim itu perlu sungguh dijaga bersama. Hal itu bisa dibuat dengan melakukan
gerakan-gerakan kecil sebagaimana yang disebut oleh Paus seperti menghemat
air dan sumber daya alam, mengurangi pemakaian plastik, menanam pohon, makan
secukupnya, belanja sewajarnya, tidak ikut arus “budaya mudah membuang”.
CATATAN: UNTUK RANGKUMAN BAB VI SILAHKAN LIHAT PADA ENTRI BULAN MEI TAHUN 2017. SELAMAT BELAJAR, TUHAN MEMBERKATI!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar