BAB IV TUGAS-TUGAS GEREJA
Pada bagian Bab I kita sudah mempelajari mengenai
pengertian dan makna Gereja sebagai Umat Allah dan Persekutuan yang terbuka.
Pada bagian ini kita akan mendalami mengenai tugas-tugas pokok gereja yaitu: menguduskan (Liturgia), mengembangkan pewartaan Kabar Gembira
(Kerygma), menghadirkan dan membangun
persekutuan (Koinonia), memajukan
karya cinta kasih/pelayanan (Diakonia) dan memberi kesaksian sebagai murid-murid Tuhan Yesus Kristus
(Martyria).
A.
Gereja
yang Menguduskan (Liturgia),
Ø Perayaan liturgi sebagai upaya kita (Gereja)
untuk menguduskan dunia. Karenanya kita semua perlu memahami bahwa tidak ada
keterpisahan antara hidup dan ibadat di dalam umat. Pengertian mengenai hidup
sebagai persembahan dalam Roh dapat memperkaya perayaan Ekaristi yang mengajak
seluruh umat, membiarkan diri diikutsertakan dalam penyerahan Kristus kepada
Bapa. Dalam pengertian ini, perayaan
Ekaristi sungguh-sungguh merupakan sumber dan puncak seluruh hidup
Kristiani. Liturgi merupakan perayaan
iman. Perayaan iman tersebut merupakan pengungkapan iman Gereja, di mana orang
yang ikut dalam perayaan iman mengambil bagian dalam misteri yang dirayakan.
Tentu saja bukan hanya dengan partisipasi lahiriah, tetapi yang pokok adalah
hati yang ikut menghayati apa yang diungkapkan dalam doa. Maka sebenarnya Doa merupakan Sarana Pengudusan dalam
Gereja. Kekhasan doa Gereja ini merupakan sifat resminya, sebab justru
karena itu Kristus bersatu dengan umat yang berdoa. Dengan bentuk yang resmi,
doa umat menjadi doa seluruh Gereja sebagai mempelai Kristus, berdoa bersama
Kristus, Sang Penyelamat, sekaligus tetap merupakan doa pribadi setiap anggota
jemaat.
Ø Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas
Gereja untuk menguduskan umatnya dan umat manusia. Tugas ini disebut tugas
imamiah Gereja. Kristus Tuhan, Imam Agung, yang dipilih dari antara manusia
menjadikan umat baru, “kerajaan Imam-Imam bagi Allah dan Bapa-Nya” (Why 1: 6:
bdk. 5: 9-10). Mereka yang dibaptis dan diurapi Roh Kudus disucikan menjadi
kediaman rohani dan imamat suci untuk (sebagai orang kristiani dengan segala
perbuatan mereka) mempersembahkan korban rohani dan untuk mewartakan daya
kekuatan-Nya! Oleh sebab itu, Gereja bertekun dalam doa, memuji Allah, dan
mempersembahkan diri sebagai korban yang hidup, suci, berkenan kepada Allah.
Gereja memiliki imamat umum dan imamat jabatan dengan cara khasnya
masing-masing mengambil bagian dalam satu imamat Kristus.
Ø Arti doa; Doa berarti berbicara dengan Tuhan secara pribadi;
doa juga merupakan ungkapan iman
secara pribadi dan bersama-sama. Oleh sebab itu,
doa-doa Kristiani biasanya berakar dari kehidupan nyata. Doa selalu merupakan
dialog yang bersifat pribadi antara manusia dan Tuhan dalam hidup yang nyata
ini. Dalam dialog tersebut, kita dituntut untuk lebih mendengar daripada
berbicara, sebab firman Tuhan akan selalu menjadi pedoman yang menyelamatkan.
Bagi umat Kristiani, dialog ini terjadi di dalam Yesus Kristus, sebab Dialah
satu-satunya jalan dan perantara kita dalam berkomunikasi dengan Allah.
Perantara ini tidak mengurangi sifat dialog antar-pribadi dengan Allah.
Ø Fungsi doa; Peranan dan fungsi doa bagi orang Kristiani, antara
lain: meng-komunikasikan diri kita kepada Allah; mempersatukan diri kita dengan
Tuhan; mengungkapkan cinta, kepercayaan, dan harapan kita kepada Tuhan; membuat
diri kita melihat dimensi baru dari hidup dan karya kita, sehingga menyebabkan
kita melihat hidup, perjuangan dan karya kita dengan mata iman; mengangkat
setiap karya kita menjadi karya yang bersifat apostolis atau merasul.
Ø Syarat dan cara doa yang baik;
didoakan dengan hati; berakar dan bertolak dari pengalaman hidup; diucapkan
dengan rendah hati.
Ø Arti dan Makna Sakramen;
Sakramen berasal dari kata ‘mysterion’ (Yunani),
yang dijabarkan dengan kata ‘mysterium’dan dalam bahasa Latin disebut
‘sacramentum’. Sacramentum dipakai
untuk menjelaskan tanda yang kelihatan dari kenyataan keselamatan yang tak
kelihatan yang disebut sebagai ‘mysterium‘.
Singkat kata, Sakramen yaitu hal-hal yang berkaitan dengan yang kudus atau yang
ilahi. Sakramen juga berarti tanda
keselamatan Allah yang diberikan kepada Manusia ”Untuk mengkuduskan manusia,
membangun Tubuh Kristus dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada Allah”(SC
59). Sakramen biasanya diungkapkan dengan kata-kata dan tindakan. Maka
sakramen dalam Gereja Katolik mengandung dua unsur hakiki yaitu :
- Forma artinya kata-kata yang
menjelaskan peristiwa ilahi
- Materia artinya barang atau tindakan
tertentu yang kelihatan
Pembagian
Sakramen-Sakramen Gereja
Sakramen-Sakramen dibagi menjadi: Sakramen inisiasi Kristen; Sakramen
Pembaptisan, Penguatan, danEkaristi Kudus. Sakramen-Sakramen Penyembuhan; Tobat
dan Pengurapan Orang Sakit dan
Sakramen-Sakramen pelayanan pesersekutuan dan perutusan yaitu Sakramen
Penahbisan dan Perkawinan (lihat Kompendium KGK 250 - KGK 1210-1211).
Sakramen-Sakramen
inisiasi Kristen; Inisisasi atau bergabung menjadi orang Kristen
dilaksanakan melalui Sakramen-Sakramen yang memberikan dasar hidup kristen.
Orang beriman, yang dilahirkan kembali menjadi manusia baru dalam Sakramen
Pembaptisan, dikuatkan dengan Sakramen Penguatan dan diberi makanan dengan
Sakramen Ekaristi (lihat Kompendium KGK 251).
Sakramen-Sakramen
Penyembuhan; Kristus Sang Penyembuh jiwa dan badan kita,
menetapkan sakramen ini karena kehidupan baru yang Dia berikan kepada kita
dalam Sakramen-Sakramen inisiasi Kristiani dapat melemah, bahkan hilang karena
dosa. Karena itu, Kristus menghendaki agar Gereja melanjutkan karya penyembuhan
dan penyelamatan-Nya melalui Sakramen ini; Tobat dan Pengurapan Orang Sakit
(lihat kompendium KGK 295 – KGK 1420-1421. 1426).
Sakramen-Sakramen
pelayanan pesersekutuan dan perutusan; Dua Sakramen, Sakramen Penahbisan dan Perkawinan
memberikan rahmat khusus untuk perutusan tertentu dalam Gereja untuk melayani dan
membangun umat Allah. Sakramen-Sakramen ini memberikan sumbangan dengan cara
yang khusus pada persekutuan gerejawi dan penyelamatan orang-orang lain.
SOAL
LATIHAN
1.
Jelaskan
apa yang dimaksud dengan istilah Sakramen!
2.
Sebutkan dan
jelaskan dua
unsur hakiki dalam Sakramen!
3.
Jelaskan
dan sebutkan apa saja yang termasuk dalam Sakramen Inisiasi, Sakramen
Penyembuhan dan Sakramen Persekutuan!
4.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan sakramen Penguatan!
5.
Apa tujuan dari sakramen pengurapan orang sakit?
6.
Jelaskan Pengertian mengenai Sakramentali
7.
Jelaskan pengertian Devosi dan apa saja yang termasuk
devosi!
B.
Gereja
yang Mewartakan Kabar Gembira (Kerygma)
Kita (Gereja) pasti telah mendengar dan membaca frman
Tuhan Yesus,“Pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28,19-20). Lebih jelas lagi
dalam Markus 16, 15-16: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada
segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan tetapi siapa
yang tidak percaya akan dihukum”. Firman ini tidak hanya berlaku pada zaman
para rasul saja, tetapi juga bagi kita semua pengikut Kristus Yesus pada zaman
modern ini, bahwa kita wajib untuk mewartakan injil, tentu saja dengan cara
yang berbeda-beda.
Dalam
mewartakan sabda Allah, kita dapat mewartakannya secara verbal melalui
kata-kata (kerygma), tetapi juga dengan
tindakan (martyria). Pola pewartaan itu adalah:
Pewartaan
verbal (kerygma)
Pewartaan
verbal pada dasarnya merupakan tugas hierarki, tetapi para awam diharapkan untuk berpartisipasi dalam tugas
ini, misalnya sebagai katekis, guru agama,
fasilitator pendalaman Kitab Suci, dsb. Bentuk-bentuk pewartaan masa kini, antar lain:
- Kotbah atau Homili: Kotbah adalah pewartaan tematis. Homili adalah
pewartaan yang berdasarkan suatu perikope Kitab Suci.
Kedua-duanya merupakan pewartaan dari mimbar.
Kotbah dan homili yang baik harus menyapa manusia. Walaupun secara lahiriah terjadi komunikasi satu arah, tetapi kotbah yang baik
harus dapat menciptakan komunikasi
dua arah secara batiniah.
- Pelajaran agama: Dalam pelajaran agama diharapkan para guru
agama mendampingi para siswa untuk menemukan makna
hidupnya dalam terang Kitab Suci dan ajaran Gereja.
Pelajaran agama adalah proses pergumulan hidup nyata dalam terang iman.
- Katekese Umat: Katekese umat adalah kegiatan suatu kelompok
umat, dimana mereka aktif berkomunikasi untuk
menafsirkan hidup nyata dalam terang Injil, yang diharapkan berkelanjutan dengan aksi nyata, sehingga dapat membawa perubahan dalam masyarakat ke arah yang lebih baik
- Pendalaman Kitab Suci, dsb. Pendalaman Kitab Suci dapat dilakukan dalam keluarga, kelompok, atau pada kesempatan-kesempatam khusus seperti pada masa Prapaskah (APP), masa Adven, dan pada bulan Kitab Suci (September).
- Pendalaman Kitab Suci, dsb. Pendalaman Kitab Suci dapat dilakukan dalam keluarga, kelompok, atau pada kesempatan-kesempatam khusus seperti pada masa Prapaskah (APP), masa Adven, dan pada bulan Kitab Suci (September).
C.
Gereja
yang Bersaksi (Martyria)
Setiap orang yang mengaku Yesus sebagai
Juruselamatnya, maka panggilan untuknya adalah menjadi saksi. Setiap orang
percaya harus mengetahui tugas ini. Namun tidak jarang kita temukan masih
banyak orang Katolik yang masih takut bersaksi. Mengapa takut bersaksi? Apabila
kita pergi ke pengadilan, jika ada seorang saksi yang takut bersaksi maka
kemungkinan besar bahwa kesaksiannya itu bohong atau tidak benar. Kemungkinan
lain adalah saksi tersebut sedang diintimidasi, ditekan, diancam dan
sebagainya, sehingga ia takut. Namun bagi kita orang Kristiani, kita harus
berani bersaksi tentang Kritus sebagai Tuhan dan juruselamat kita.
Injil pertama-tama diwartakan dengan kesaksian, yakni
diwartakan dengan, katakata, tingkah laku dan perbuatan. Gereja juga mewartakan
Injil kepada dunia dengan kesaksian hidupnya yang setia kepada Tuhan Yesus.
Para murid Yesus dipanggil supaya mereka menjadi saksi-Nya mulai dari Yerusalem
yang kemudian berkembang ke seluruh Yudea dan Samaria, bahkan sampai ke ujung
bumi (bdk. Kis 1:8). Menjadi saksi Yesus Kristus pun ada konsekuensinya, mulai
dari penolakan hingga tindakan kekerasan. Stefanus adalah orang pertama yang
mengalami penyesahan dan kemudian diakhiri hidupnya oleh kaum Yahudi secara
mengenaskan(bdk. Kis 7:51-8:1a)
Menjadi saksi Kristus ternyata dapat menuai banyak
risiko. Yesus telah berkata: “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya
bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti
bagi Allah (Yoh 16: 2). Yesus sendiri telah menjadi martir. Ia menderita dan
wafat disalib demi Kerajaan Allah. Dalam sejarah, kita juga tahu bahwa banyak
orang telah bersedia menumpahkan darahnya demi imannya akan Kristus dan
ajaran-Nya. Mereka itulah para martir. Mereka mati demi imannya kepada Kristus.
Ada yang bersedia mati daripada harus mengkhianati imannya akan Kristus. Ada
pula martir yang mati karena memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi
orang-orang yang tertindas.
Salah
satu contohnya adalah Uskup Agung Oscar Romero.
Kesaksian hidup dari almarhum Uskup Agung Oscar Romero adalah melalui khotbah-khotbahnya
yang menyuarakan dukungan pada kaum miskin dan kaum tertindas pada zaman modern
seperti sekarang ini. Hidupnya yang penuh pengabdian kepada umat dan
masyarakatnya, khususnya kepada masyarakat kecil yang miskin dan tertindas. ia
tidak segan-segan memperingatkan para penguasa negerinya (El Salvador) yang
bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat kecil yang tidak berdaya sehingga
para penguasa negerinya tidak senang. Pada tanggal 24 Maret 1980 ia ditembak
oleh penembak sewaan. Ia mati saat merayakan Ekaristi dan sedang mengucapkan
kata-kata konsekrasi “Inilah tubuh-Ku, yang dikorbankan bagi kamu, dan inilah
darah-Ku yang ditumpahkan bagimu.”
D.
Gereja
yang Melayani (Diakonia)
Gereja (Umat Allah) dipanggil untuk melayani manusia,
seluruh umat manusia. “Melayani” adalah kata penting dalam ajaran Yesus. Pada
Malam Perjamuan Terakhir, Yesus membasuh kaki para murid-Nya. Hal ini
menunjukkan bahwa para pengikut Yesus harus merendahkan diri dan rela menjadi
pelayan bagi sesamanya. Jika orang ingin menjadi terkemuka, ia harus rela
menjadi pelayan. Yesus sendiri menegaskan: “Anak manusia datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani” (Mrk 10: 45).
Itulah sikap yang
diharapkan oleh Yesus
terhadap murid-murid-Nya.Gereja mempunyai tanggung jawab untuk melayani
manusia. Dasar pengabdian Gereja adalah imannya akan Kristus. Barangsiapa
menyatakan diri murid Kristus, “ia wajib hidup seperti Kristus” (1Yoh 2: 6).
Kristus yang “mengambil rupa seorang hamba” (Flp 2: 7) tidak ada artinya jika
murid-murid-Nya mengambil rupa seorang penguasa. Melayani berarti mengikuti
jejak Kristus.
Dasar pelayanan dalam Gereja adalah semangat pelayanan
Kristus sendiri. Barangsiapa menyatakan diri murid, “ia wajib hidup sama
seperti hidup Kristus (1Yoh 2: 6). Yesus yang “mengambil rupa seorang hamba”
(Flp 2: 7) tidak ada artinya jika para murid-Nya mengambil rupa para penguasa.
Pelayanan berarti mengikuti jejak Yesus. Perwujudan iman Kristiani adalah
pelayanan. Yesus bersabda: “Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang
ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak
berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan” (Luk 17: 10).
Ciri-ciri Pelayanan Gereja:
a. Bersikap sebagai pelayan
Yesus
menyuruh para murid-Nya selalu bersikap sebagai “yang paling rendah dari semua
dan sebagai pelayan dari semua” (Mrk 9: 35). Yesus sendiri memberi teladan dan
menerangkan bahwa demikianlah kehendak Bapa. Menjadi pelayanan adalah sikap
iman yang radikal.
b. Kesetiaan kepada Kristus sebagai Tuhan dan
Guru
Ciri
religius pelayanan Gereja ialah menimba kekuatannya dari sari teladan Yesus
Kristus
c. Orientasi pelayanan Gereja terutama
ditunjukkan kepada kaum miskin
Dalam
usaha pelayanan kepada kaum miskin janganlah mereka menjadi obyek belas
kasihan. Pelayanan berarti kerja sama, di dalamnya semua orang merupakan subyek
yang ikut bertanggung jawab. Yang pokok adalah harkat, martabat, harga diri,
bukan kemajuan dan bantuan spiritual ataupun sosial, yang hanyalah sarana.
Tentu sarana- sarana juga penting, dan tidak dapat ditinggalkan begitu saja,
namun yang pokok ialah sikap pelayanan itu sendiri.
d. Kerendahan hati
Dalam
pelayanan, Gereja (kita) harus tetap bersikap rendah hati. Gereja tidak boleh
berbangga diri, tetapi tetap melihat dirinya sebagai “hamba yang tak berguna”
(Luk 17: 10)
Bentuk-Bentuk Pelayanan Gereja
Pelayanan Gereja dapat bersifat ke dalam,
tetapi juga ke luar. Pelayanan ke dalam adalah pelayanan untuk membangun
jemaat. Pelayanan ini pada dasarnya dipercayakan kepada hierarki, namun awam
pun diharapkan berpartisipasi di dalamnya, misalnya dengan melibatkan diri
dalam kepengurusan Dewan Keuskupan, Dewan Paroki, Pengurus Wilayah/ Lingkungan,
menjadi putra altar, anggota paduan suara, dsb.
Pelayanan ke luar yang lebih difokuskan adalah
pelayanan demi kepentingan masyarakat luas. Bentuk-bentuk pelayanan Gereja
Katolik Indonesia untuk masyarakat luas antara lain; Pelayanan di bidang
kebudayaan dan pendidikan, bidang kesejahteraan, sosial, politik dan hukum.
E.
Gereja
yang membangun persekutuan (Koinonia).
Gereja bukan sekadar organisasi saja, namun merupakan
kumpulan anggota Umat Allah yang hidup bersekutu, bersatu dalam nama Tuhan.
Maka apa beda Perusahaan (Organisasi) dan Gereja? Dalam suatu organisasi kalau
salah satu departemennya “mogok” paling-paling yang mogok itu di PHK, kemudian
manajemen mencari orang lain menggantikan. Tetapi di dalam Gereja kalau ada
salah satu anggotanya mogok, kita akan usahakan supaya dia kembali. Kita akan
berusaha memahami kesulitannya, kita akan mendoakan dia, kita akan menolong
dia, kita akan membesuk dia, kita akan turut simpati keadaannya. Sinkat kata,
kita dalam semangat kebersamaan berusaha menolong anggota Gereja yang mengalami
kesulitan atau kesusahan karena kita adalah satu kesatuan keluarga Allah
(Gereja).
Kisah
Para Rasul 4:32-37 (Jemaat Perdana)
32 Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka
sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari
kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan
mereka bersama.
33 Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi
kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih
karunia yang melimpah-limpah. 34 Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan
di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual
kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa
35 dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu
dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.
36 Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul
disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus.
37 Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya
itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul
Gambaran tentang persekutuan umat atau komunitas basis
model jemaat perdana (Kis 4:32-37) dapat menjadi model atau cermin bagi kita
untuk membangun persekutuan umat atau Komunitas Basis. Model Komunitas Umat
perdana itu tidak dimaksudkan hanya untuk kelompok kecil umat saja, tetapi
sesungguhnya model hidup (gaya hidup) Jemaat Perdana itu juga merupakan patron
dan acuan untuk model atau cara hidup Gereja (umat beriman) sepanjang waktu,
partikular maupun universal. Artinya bahwa cara hidup jemat perdana itu juga
tetap merupakan cita-cita yang terus-menerus diupayakan, diperjuangkan dan
diwujudkan oleh umat beriman sepanjang waktu.
Ciri-ciri utama cara hidup jemaat perdana itu nampak
sangat menonjol dalam lima hal yaitu adanya:
1) Persaudaraan/persekutuan
2) Mendengarkan
Sabda/pengajaran
3) Pelayanan
terhadap sesama/solidaritas
4) Perayaan
iman/pemecahan roti/doa
5) Memberi
kesaksian iman (tentang Tuhan) melalui cara hidup mereka.
Karena cara hidup mereka itu, mereka disukai semua
orang, jumlah mereka makin lama makin bertambah dan mereka sangat dihormati
orang banyak.
Perlu dipahami bahwa cara hidup berkomunitas seperti
yang mereka miliki itu muncul karena tuntutan situasi dan lingkungan yang
mengharuskan mereka untuk menemukan cara baru sebagai orang-orang yang telah
dibaptis, yang percaya kepada Tuhan. Bisa dimengerti pada waktu itu, sekitar
awal-awal abad pertama mereka masih merupakan kelompok kecil di tengah kelompok
(lingkungan) lain yang jauh lebih besar, bahkan mungkin mengancam mereka juga.
Sebagai kelompok kecil, yang baru memiliki identitas sendiri sebagai orang
beriman, yang berbeda dari orang-orang lain di sekitar mereka, mau tidak mau
mereka harus bersekutu, bersaudara, saling memperhatikan, saling membantu dan
harus memberikan kesaksian bahwa mereka adalah orang-orang yang baik (sebagai
orang yang percaya), agar mereka dapat diterima dan dihargai oleh orang-orang
lain yang di sekitar mereka. Itu semua mereka lakukan demi iman mereka akan
Tuhan Yesus. Iman mereka menjadi penggerak utama dan sekaligus menjadi sumber
kekuatan bagi mereka, untuk melakukan apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri
dan juga bagi orang lain di sekitar mereka.
EVALUASI:
1. Apa yang
dimaksud dengan Tugas Gereja yang Mewartakan!
2. Berdasarkan
kutipan dari Mat. 28 : 16-20 (Hlm.65), jelaskan apa pesan Injil tersebut!
3. Apa
artinya Gereja menjadi Saksi Kristus?
4. Dalam
kisah Uskup Agung Romero, jelaskan situasi yang melatarbelakangi terjadinya kekerasan
dan penindasan di El Salvador!
5. Sebutkan
apa saja yang dilakukan oleh Mgr. Oscar Romero dalam membela orang-orang
tertindas di EL Salvador!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar