Manusia
Makhluk Pribadi
A.
Aku Pribadi yang Unik
Setiap manusia itu unik
(unique/ Inggris atau unus/ latin = satu), tak ada satu orang pun yang
mempunyai kesamaan dengan orang lain. Bahkan manusia kembar sekalipun selalu
mempunyai perbedaan. Pada umumnya perbedaan ini yang membuat orang iri hati,
bertentangan, bermusuhan dan ingin saling meniadakan. Padahal dengan perbedaan
itu justru orang dapat saling memperkaya dan melengkapi. Perbedaan itulah yang
menjadi keunikan setiap manusia. Keunikan itu bisa diamati dari hal-hal fisik,
psikis, bakat/ kemampuan serta pengalaman-pengalaman yang dimilikinya.
Keunikan diri merupakan
anugerah yang menjadikan diri seseorang berbeda dan dapat dikenal dan
diperlakukan secara khusus. Untuk mengatasi perbedaan itu, diperlukan sikap
menerima diri apa adanya. Tuhan menciptakan setiap manusia dengan tugas yang
khas di dunia ini. Orang yang bersikap positif akan menerima keunikan itu
sebagai anugerah, ia bangga bahwa dirinya berbeda, ia bersyukur bahwa apa pun
yang ada pada dirinya merupakan pemberian Tuhan yang baik adanya. Dengan
demikian, ia tidak akan minder, ia tidak berniat menjadi sama seperti orang
lain, ia tidak akan menganggap dirinya tidak berharga, ia tidak akan melakukan
tindakan yang melawan kehendak Tuhan akibat ketidakpuasan terhadap dirinya,
hidupnya akan tenang dan mampu bergaul dengan siapa saja.
Ada orang yang kurang
menerima keunikan diri. Orang yang demikian akan merasa tidak puas, bahkan
dapat melakukan tindakan apa pun demi menutupi keterbatasan diri, misalnya
operasi plastik. Orang yang demikian sering beranggapan seolah penampilan luar
lebih penting. Sebagai seorang pribadi kita harus menyadari, mengerti dan
menerima diri apa adanya. Ketika orang sudah menerima diri apa adanya maka ia
akan mampu mengembangkan diri dan melakukan sesuatu dengan:
ü Kesadaran
diri (self-consciousness)
ü Penerimaan
diri (self-acceptance)
ü Kepercayaan
diri (self-confidence)
ü Perasaan
aman diri (self- assurance) yang tinggi.
Menerima diri merupakan
proses yang tidak mudah. Banyak remaja yang seringkali tergoda untuk merasa
tidak puas dengan dirinya sendiri. Ketika melihat temannya lebih kaya, ada
remaja yang berpikir: mengapa saya dilahirkan dalam keluarga yang miskin?
Ketika melihat orang lain berkulit putih, ada remaja yang berfikir: mengapa
saya dilahirkan dengan kulit kusam? Ketika melihat temannya berhidung mancung,
ada remaja yang berpikir: mengapa saya dilahirkan dengan hidung pesek? Melihat
temannya pintar dalam pelajaran tertentu, ada remaja yang berpikir: mengapa
saya tidak sepandai dia?
Mereka yang masih
berpikir seperti itu, rupanya belum menyadari; bahwa untuk hal-hal tertentu,
khususnya yang bersifat fisik-jasmaniah, apa yang melekat dalam diri kita
sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan. Mereka lupa,
bahwa banyak orang kaya juga tidak bahagia, banyak orang cantik atau tampan
juga tidak sukses; sebaliknya banyak orang dengan wajah biasa (bahkan kurang
menarik) dari keluarga miskin sekalipun bisa sukses dan dihargai banyak orang.
Sikap tidak menerima
diri bisa menumbuhkan sikap iri, ingin menjadi seperti orang lain, dan akhirnya
menghalalkan segala cara. Kasus remaja- remaja di Korea Selatan yang melakukan
operasi plastik merupakan salah satu contohnya. Tetapi apa yang mereka lakukan
bukan jaminan untuk bisa hidup bahagia.
Maka pertanyaan yang
paling mendasar untuk direfleksikan adalah: nilai apa yang ingin kalian kejar
yang dapat menentukan kebahagiaan kalian? Apakah nilai seseorang ditentukan
oleh kecantikan atau ketampanan? oleh hidung yang mancung? atau oleh sikap dan
perilaku serta keteladanan hidup?
Mendalami Ajaran Kitab
Suci tentang Keunikan Manusia
Kitab Kej 1: 26 – 31!
Waktu menciptakan
manusia, Allah merencanakan dan mencipta- kannya menurut gambar dan rupa-Nya.
Menurut citra-Nya. (Kej 1:26) Waktu menciptakan manusia, Allah seolah-olah perlu
“bekerja” secara khusus. “Tuhan Allah membentuk manusia dari debu dan tanah dan
menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya” (Kej 2:7).Segala sesuatu,
termasuk taman Firdaus, diserahkan oleh Allah untuk manusia (Kej 1:26).
Bukankah manusia itu
istimewa? Tuhan memperlakukan manusia secara khusus. Manusia sudah dipikirkan
dan direncanakan oleh Allah sejak keabadian. Kehadiran manusia di muka bumi
telah disiapkan dan diatur secara teliti dan mengagumkan. Manusia sungguh
diperlakukan sebagai “orang”, sebagai pribadi, “seperti” Tuhan sendiri. Betapa
uniknya kita manusia ini!
B. Mengembangkan Karunia Allah
Menurut Aristoteles,
manusia akan bahagia jika ia secara aktif merealisasikan bakat-bakat dan
potensinya. Manusia adalah makhluk yang mempunyai banyak potensi, tetapi
potensi-potensi itu akan menjadi nyata jika kita merealisasikannya. Kebahagiaan
tercapai dalam mempergunakan atau mengaktifkan bakat dan kemampuannya. Setiap
orang mempunyai kemampuan dan bakat-bakat dalam ukuran tertentu. Kemampuan dan bakat
yang dimiliki seseorang seharusnya dikembangkan dan digunakan. Kemampuan dan
bakat adalah anugerah Tuhan, yang dalam Kitab Suci sering disebut talenta.
Tuhan menghendaki agar talenta itu dikembangkan dan digunakan. Dalam Injil
Matius 25:14-30, dikisahkan tentang seorang tuan yang memanggil hamba-hambanya
dan memberi mereka sejumlah talenta untuk “dikembangkan” dan “digunakan.
Mengembangkan dan menggunakan talenta sebagaimana mestinya adalah panggilan dan
tuntutan Kristiani. Allah memberikan kemampuan dan talenta yang berbeda kepada
setiap orang dan kemampuan itu hendaklah digunakan dengan sebaik-baiknya untuk
kepentingan bersama. Yesus memberikan gambaran seorang tuan yang memberikan
talenta kepada hamba-hambanya. (Mat 25:14 – 30). Iapun menindak tegas kepada
seorang hamba yang tidak mau mengembangkan talenta dan hanya memendamnya ke
dalam tanah.
Menyadari Kekuatan dan
Keterbatasan
Aspek-Aspek Kekuatan
dan Keterbatasanku Fisik/Jasmani
ü Bakat/Kemampuan:
ada yang berbakat da nada yang tidak.
ü Materi/Ekonomi:
Kaya dan miskin
ü Sifat
– Sifat: ada yang bersifat baik da nada yang tidak
ü Impian
(sukses) yang ingin ku raih: masa depan yang diraih.
Pada
dasarnya setiap manusia dianugerahi Tuhan dengan berbagai kemampuan walaupun
dengan kadar yang berbeda antar satu dengan yang lain. Orang yang pandai dalam
pelajaran matematika belum tentu terampil dalam olah raga, orang yang pandai
bernyanyi belum tentu pandai juga dalam olah raga. Orang yang pandai dalam
pelajaran IPA belum tentu pandai bersosialisasi dengan teman. Tidak ada orang
yang pandai dan terampil dalam segala hal.
Kenyataan
semacam ini seharusnya menyadarkan setiap orang bahwa di satu pihak setiap
manusia mempunyai kemampuan, tetapi di lain pihak dia mempunyai keterbatasan.
Maka tugas setiap orang adalah menemukan apa yang menjadi kemampuannya, serta
menemukan juga keterbatasannya.
Mendalami Pesan Kitab
Suci Tentang Panggilan Mengembangkan Anugerah
Perumpamaan Tentang
Talenta (Mat 25: 14 – 30) 14 (hal 13
Yesus memberikan
gambaran seorang tuan yang memberikan talenta kepada hamba-hambanya. ( Mat 25:
14 – 30). Iapun menindak tegas kepada seorang hamba yang tidak mau
mengembangkan talenta dan hanya memendamnya ke dalam tanah.
Setiap orang diberi
talenta oleh Tuhan. Mereka harus mengembangkan dan menggunakan talenta itu
sebagaimana mestinya. Mengembangkan talenta sebagaimana mestinya adalah
panggilan dan tuntutan orang beriman kristiani.
Kita harus
mengembangkan bakat yang kita miliki, karena Tuhan telah memberikan talenta
kepada manusia ciptaan-Nya, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki manusia
masing-masing.
Kita harus seperti
hamba yang pertama dan hamba yang kedua yang mengembangkan talenta yang mereka
punya dengan baik. Kita tidak boleh mencontoh hamba yang ketiga, yang hanya
mengubur talentanya, tanpa berusaha untuk mengembangkannya.
Allah akan sedih dan
kecewa karena kita hanya memendam bakat yang kita miliki. Terlebih kita merasa
iri hati terhadap kemampuan yang orang lain miliki. Allah memberikan
masing-masing talenta kepada umat-Nya, dan talenta itu harus kita syukuri,
serta kita kembangkan.
C. Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan
Laki-laki dan perempuan
diciptakan semartabat dan sederajat. Keduanya diciptakan menurut Citra Allah:
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah yang satu dan sama ( kej 1, 26 -27).
Lebih dari itu, mereka dianugerahi kepercayaan dan kesempatan yang sama untuk
mengambil bagian dalam karyaNya yang agung. Mereka dipanggil untuk membangun
persekutuan (communio) dan bekerja sama dalam pengelolaan dunia dan seisinya
serta pelestarian generasi umat manusia (kej 1, 31). Laki-laki dan perempuan
saling melengkapi. Sifat korelatif itu sangat jelas dalam bentuk pria dan
wanita. Tetapi juga kelihatan dalam seluruh kemanusiaannya, seperti: perasaan,
cara berpikir, dan cara menghadapi kenyataan, termasuk Tuhan. Tuhan mengatakan:
“Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong
baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej 2: 18).Laki-laki dan perempuan
diciptakan bukan pertama-tama sebagai tuan dan hamba atau atasan dan bawahan,
tetapi rekan yang sepadan. Tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada
keduanya sama. Nilai karya dan peran mereka pada karya Allah pada umumnya tidak
berbeda: tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah. Sabda
Allah yang berbunyi: “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa
kita…”(kej 1, 26) dan “…yang dijadikanNya itu sungguh amat baik” (kej 1, 31)
menunjukkan perbedaan manusia dengan ciptaan lain. Sabda itu menunjukkan
keistimewaan mereka sebagai laki-laki dan perempuan di antara semua ciptaan,
bukan perbedaan mereka sebagai laki-laki dan perempuan. Dalam Kitab Kejadian
juga diceritakan bahwa pria dan wanita merupakan ciptaan Tuhan yang paling
indah.
Pria dan wanita
diciptakan Tuhan untuk saling melengkapi, untuk menjadi teman hidup. Pria saja
tidaklah lengkap. Allah sendiri berkata: “Tidaklah baik, kalau manusia itu
seorang diri saja. Aku akan menjadikan seorang penolong baginya, yang sepadan
dengan dia” (Kej 2: 18). Untuk menyatakan bahwa wanita sungguh-sungguh merupakan
kesatuan dengan pria, maka Tuhan menciptakan wanita itu bukan dari bahan lain,
tetapi dari tulang rusuk pria itu. Maka, pria itu kemudian berkata tentang
wanita itu demikian: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari
dagingku” (Kej 2: 23). Dari kutipan Kitab Suci ini jelaslah bahwa hubungan pria
dan wanita adalah hubungan yang suci dan sepadan.
Mendalami Ajaran Kitab
Suci tentang Kesetaraan Laki-laki dan Perempuan
Membaca dan merenungkan
Kitab Kejadian 2: 18 – 23 (hal 20)
Analisa pertanyaan: Siapa
yang menghendaki supaya manusia (laki-laki) tidak seorang diri? Kira-kira
mengapa? Siapa yang menjadikan penolong bagi laki-laki? Apakah yang satu lebih
tinggi dari yang lain? Lihat ayat 20, apakah ternak, burung sepadan dengan
manusia? Lihat pula ayat 23, apakah ini pengakuan sederajat atau menganggap
yang satu lebih hebat dari yang lain?
Menghayati Kesetaraan
Laki-Laki dan Perempuan.
Banyak orang bila
berbicara tentang kesederajatan antara perempuan dan laki-laki, sering terbatas
pada masalah pembagian tugas atau fungsi. Maka banyak orang begitu yakin, bahwa
kepala keluarga itu harus seorang bapak. Sekalipun sang bapak itu pengangguran
dan yang berjuang mati- matian mencari nafkah adalah sang istri, tetap saja
bapak yang kepala keluarga.
Banyak laki-laki ketika
berbicara soal kesederajatan, lebih berfokus pada apa yang seharusnya seorang
perempuan perbuat baginya. Dan sebaliknya, perempuan berpikir apa yang
seharusnya laki-laki perbuat baginya. Selama manusia berpikir seperti itu, maka
kesederajatan sulit diwujudkan.
Sebaliknya
kesederajatan akan terwujud bila orang berpikir secara baru. Pikiran baru itu
adalah ketika laki-laki mampu berkata: perempuan diciptakan Tuhan sebagai
penolong saya, berarti dia(perempuan) itu adalah bukti cinta Tuhan pada saya.
Tuhan menghendaki saya berkembang lewat bantuan dia, maka saya akan menghormati
dan melakukan apapun yang terbaik bagi dia. Bila saya menghormati dan mengasihi
dia, saya pun mencintai Tuhan. Demikian pula sebaliknya: perempuan berkata:
Saya telah diciptakan Tuhan sebagai penolong dia, maka saya akan menghormati
dan melakukan apa saja yang terbaik bagi dia, sebab hal itu merupakan wujud
saya mengasihi Tuhan.
Pikiran-pikiran semacam
itu dapat diwujudkan melalui contoh berikut: Remaja laki-laki tidak akan merasa
gengsi bila terbiasa mau membantu keluarga mencuci piring atau masak. Panggilan
Tuhan atas laki-laki atau perempuan adalah: masing-masing berkembang dan
memperkembangkan diri menjadi laki-laki sejati dan perempuan sejati.
D. Keluhuran Manusia
Sebagai Citra Allah
Sebagai sesama citra
Allah, setiap manusia adalah bersaudara. harus saling menghormati dan saling
mengasihi. Tetapi di berbagai tempat masih terjadi kekerasan yang diakibatkan
dari sikap fanatik dan diskriminatif ras, suku, agama, budaya, dan kelompok
sosial. Sikap ini seperti yang
digambarkan Yesus dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati. Dalam
perumpamaan itu dikisahkan bagaimana orang Samaria yang baik hati itu telah
memperlakukan orang Yahudi yang mendapat bencana di jalan seperti saudaranya
sendiri, bahkan lebih dari itu.
Dalam Kitab Kej 1:
26-27 dikisahkan demikian: Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa kita supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala
binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu
menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia, laki-laki dan
perempuan diciptakan-Nya mereka”. Dalam kutipan Kej 1: 26-27 ini jelas
dinyatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, tentang
makhluk-makhluk yang lain tidak dikatakan seperti itu.
Mengamati Kasus
Pelanggaran Terhadap Martabat Manusia
Sudah kita ketahui
bahwa manusia itu bukan sesuatu, melainkan seorang pribadi unik yang bernilai.
Nilai seseorang tidak ditentukan oleh harta kekayaan, oleh kecantikan atau
ketampanan, bukan puka oleh kebudayaan, suku, ras atau kebangsaannya. Lalu
mengapa kita masih menemukan banyaknya kasus pelanggaran martabat manusia?
Mengapa masih ada perbudakan? Mengapa masih ada pembantaian?
Dibalik maraknya
berbagai pelangggaran terhadap keluhuran matabat manusia, kita bersyukur karena
muncul juga tokoh-tokoh yang memberikan pikiran dan pelayanannya untuk membela
dan memperjuangkan keluhuran martabat manusia. Mereka itu adalah:
1). Mahatma Gandi
adalah seorang pemimpin spiritual dan politikus dari India. Gandhi adalah salah
seorang yang paling penting yang terlibat dalam gerakan Kemerdekaan India. Dia
adalah aktivis yang tidak menggunakan kekerasan, yang mengusung gerakan
kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai. Saat remaja, Gandhi pindah ke
Inggris untuk mempelajari hukum. Setelah dia menjadi pengacara, dia pergi ke
Afrika Selatan, sebuah koloni Inggris, di mana dia mengalami diskriminasi ras
yang dinamakan apartheid. Dia kemudian memutuskan untuk menjadi seorang aktivis
politik agar dapat mengubah hukum-hukum yang diskriminatif tersebut. Gandhi pun
membentuk sebuah gerakan non-kekerasan. Ketika kembali ke India, dia membantu
dalam proses kemerdekaan India dari jajahan Inggris; hal ini memberikan
inspirasi bagi rakyat di koloni-koloni lainnya agar berjuang mendapatkan kemerdekaannya.
2) Ibu Teresa Bunda
Teresa (Agnes Gonxha Bojaxhiu); adalah seorang biarawati Katolik Roma keturunan
Albania dan berkewarganegaraan India yang mendirikan Misionaris Cinta Kasih
(bahasa Inggris: Missionaries of Charity) di Kalkuta, India, pada tahun 1950.
Selama lebih dari 45 tahun, ia melayani orang miskin, sakit, yatim piatu dan
sekarat, sementara membimbing ekspansi Misionaris Cinta Kasih yang pertama di
seluruh India dan selanjutnya di negara lain. Setelah kematiannya, ia diberkati
oleh Paus Yohanes Paulus II dan diberi gelar Beata Teresa dari Kalkuta. Pada
1970-an, ia menjadi terkenal di dunia internasional untuk pekerjaan kemanusiaan
dan advokasi bagi hak-hak orang miskin dan tak berdaya. Misionaris Cinta Kasih
terus berkembang sepanjang hidupnya dan pada saat kematiannya, ia telah
menjalankan 610 misi di 123 negara, termasuk penampungan dan rumah bagi
penderita HIV/AIDS, lepra, dan TBC, program konseling untuk anak dan keluarga,
panti asuhan, dan sekolah. Pemerintah, organisasi sosial dan tokoh terkemuka
telah terinspirasi dari karyanya, namun tak sedikit filosofi dan implementasi
Bunda Teresa yang menghadapi banyak kritik. Ia menerima berbagai penghargaan,
termasuk penghargaan pemerintah India, Bharat Ratna (1980) dan Penghargaan
Perdamaian Nobel pada tahun 1979. Ia merupakan salah satu tokoh yang paling
dikagumi dalam sejarah.
3). YB. Mangunwijaya
seorang tokoh agama yang peduli pada nasib rakyat kecil, ia tak lelah membela
hak-hak kaum yang tertindas. Seperti saat masyarakat Kedungombo menggugat
penggusuran tanah mereka tanpa ganti rugi yang berarti karena di tanah yang
akan mereka tempati akan dibuat sebuah waduk. Pada 5 Juli 1994, MA akhirnya
mengabulkan tuntutan kasasi 34 warga Kedungombo dengan ganti rugi yang cukup
besar. Namun niat baik rupanya tidak selalu ditanggapi dengan baik. Romo Mangun
yang setia melakukan pendampingan sejak tahun 1986 itu justru dituding berusaha
melakukan Kristenisasi. Mendapat tudingan itu, pria yang pernah mengikuti
kuliah singkat tentang kemanusiaan di Amerika Serikat itu hanya terdiam. Selain
menaruh kepedulian yang tinggi pada nasib rakyat miskin, Romo Mangun juga
dikenal sebagai sosok yang sangat peduli dengan dunia pendidikan. “Anak-anak
miskin yang tanpa sepengetahuan mereka terlempar lahir di kalangan kumuh,
itulah yang sebetulnya lebih memerlukan pertolongan.
4). Munir Munir Said
Thalib adalah pria keturunan Arab yang juga seorang aktivis HAM Indonesia.
Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi
Manusia Indonesia Imparsial. Saat menjabat Dewan Kontras namanya melambung
sebagai seorang pejuang bagi orang- orang hilang yang diculik pada masa itu.
Ketika itu dia membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar
dari Kopassus. Setelah Soeharto jatuh, penculikan itu menjadi alasan pencopotan
Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota tim Mawar. Jenazah
Munir dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Kota Batu. Istri Munir, Suciwati,
bersama aktivis HAM lainnya terus menuntut pemerintah agar mengungkap kasus
pembunuhan ini. Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi
Belanda (Institut Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum
setelah otopsi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh polisi Indonesia. Belum
diketahui siapa yang telah meracuni Munir, meskipun ada yang menduga bahwa
oknum-oknum tertentu memang ingin menyingkirkannya.
Ajaran Gereja dan Kitab
Suci yang Mengajarkan tentang Keluhuran Martabat Manusia sebagai Citra Allah
ü KGK(Katekismus
Gereja Katolik)357 Karena ia diciptakan menurut citra Allah, manusia memiliki
martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan seorang. Ia mampu
mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas dirinya, mengabdikan diri dalam
kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, dan karena rahmat ia
sudah dipanggil ke dalam perjanjian dengan Penciptanya, untuk memberi
kepada-Nya jawaban iman dan cinta, yang tidak dapat diberikan suatu makhluk
lain sebagai penggantinya.
ü KGK
358 Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk manusia (Bdk. GS 12,1; 24,2; 39,1),
tetapi manusia itu sendiri diciptakan untuk melayani Allah, untuk mencintai-Nya
dan untuk mempersembahkan seluruh ciptaan kepada- Nya.
ü KGK
361 “Hukum solidaritas dan cinta ini” menegaskan bagi kita, bahwa kendati
keaneka-ragaman pribadi, kebudayaan dan bangsa, semua manusia adalah
benar-benar saudara dan saudari.
ü KGK
362 Pribadi manusia yang diciptakan menurut citra Allah adalah wujud jasmani
sekaligus rohani. Teks Kitab Suci mengungkapkan itu dalam bahasa kiasan,
apabila ia mengatakan: “Allah membentuk manusia dari debu tanah dan
menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi
makhluk yang hidup” (Kej 2:7). Manusia seutuhnya dikehendaki Allah
·
Apa yang dimaksud dengan manusia
diciptakan sebagai gambar Allah (Citra Allah)?
·
Apa keunggulan manusia dibandingkan
ciptaan Allah yang lain?
·
Berdasarkan kutipan di atas, siapa yang
dimaksud dengan saudara?
·
Buatlah sebuah rumusan yang menunjukkan
sejauh mana kalian sudah menghayati keberadaan dirinya sebagai Citra Allah!
·
Bagaimana pandangan kalian dengan
pernyataan bahwa semua manusia satu saudara?
Kata Citra lebih tepat
kita artikan sebagai Gambaran. Makhluk yang disebut manusia dikatakan sebagai gambaran atau citra si
penciptanya, yaitu Allah sendiri. Karena manusia diciptakan sebagai Citra
Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu,
melainkan seseorang. Ia mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas diri sendiri,
mengabdikan diri dalam kebebasan, dan hidup dalam kebersamaan dengan orang
lain, dan dipanggil membangun relasi dengan Allah, pencipta-Nya
Manusia diberi kuasa
untuk menguasai alam ciptaan lain. Menguasai alam berarti menata, melestarikan,
mengembangkan, dan menggunakannya secara bertanggungjawab.
Persaudaraan sejati
adalah persaudaraan yang dihayati atas dasar persamaan kodrat sebagai sesama
ciptaan Tuhan dan persamaan kodrat sebagai Citra Allah. Persaudaraan sejati
tidak membedakan orang berdasarkan agama, suku, ras, ataupun golongan, karena
semua manusia adalah sama-sama umat Tuhan dan sama-sama dikasihi Tuhan. Maka
setiap orang yang membenci sesamanya, ia membenci Tuhan.
Pertanyaan:
·
Mengapa manusia disebut bermartabat
luhur, dimana letak keluhuran martabatnya?
·
Apa konsekuensi kedudukan manusia yang
bermartabat luhur dalam relasinya dengan Sang Pencipta dan dalam hubungan
dengan sesame?
·
Sikap/tindakan apa saja yang
bertentangan dengan nilai-nilai luhur martabat manusia?
·
Sikap dan tindakan apa saja yang perlu
dikembangkan dalam rangka menjunjung tinggi keluhuran martabat manusia?
Bab II
Manusia Makhluk Otonom
Sebagai makhluk otonom,
manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sikap, secara mandiri. Secara etimologi, Otonomi berasal dari bahasa Yunani
“autos” yang artinya sendiri, dan “nomos” yang berarti hukum atau aturan, jadi pengertian otonomi adalah berani menentukan sikap
sendiri. Otonom berarti berdiri sendiri atau mandiri. Jadi setiap orang
memiliki hak dan kekuasaan menentukan arah tindakannya sendiri. Ia harus dapat
menjadi tuan atas dirinya.
Berbicara mengenai
manusia bukanlah sesuatu yang mudah dan sederhana, karena manusia banyak
memiliki keunikan. Keunikan tersebut dinyatakan sebagai kodrat manusia. Manusia
sulit dipahami dan dimengerti secara menyeluruh akan tetapi manusia mempunyai
banyak kekuatan spiritual yang mendorong
seseorang mampu bekerja dan mengembangkan pribadinya secara mandiri.
Arti
otonom adalah mandiri dalam menentukan kehendaknya,
menentukan sendiri setiap perbuatannya dalam pencapaian kehendaknya. Allah
telah memberikan akal budi yang membuat manusia tahu apa yang harus
dilakukannya dan mengapa harus melakukannya. Dengan kemampuan akal budinya,
manusia mampu membedakan hal baik dan buruk dan membuat keputusan berdasarkan
suara hatinya dan mampu bersikap kritis terhadap berbagai pilihan hidup.
A.
Suara Hati
Pemikiran
Dasar
Hati nurani merupakan
kesadaran moral yang timbul dan tumbuh dalam hati manusia, sedangkan hati
nurani secara sempit dapat diartikan sebagai penerapan kesadaran moral dalam
situasi konkret, yang menilai suatu tindakan manusia atas buruk baiknya. Hati nurani tampil sebagai hakim yang
baik dan jujur, walaupun dapat keliru. Suara hati atau hati nurani merupakan
daya atau kemampuan khusus untuk membedakan perbuatan baik atau perbuatan
buruk, serta menilai baik-buruknya perbuatan itu berdasarkan akal budi.
Conscience atau hati nurani merupakan hasil dialog pribadi kita yang terdalam
dengan Allah ketika kita menghadapi dan menanggapi situasi hidup sehari – hari.
Santo Paulus mengatakan
kepada kita bahwa dalam diri kita ada dua hukum, yaitu Hukum Allah dan hukum dosa. Kedua hukum itu saling bertentangan. Hukum Allah menuju kepada kebaikan,
sedangkan hukum dosa menuju kepada
kejahatan. Santo Paulus menyadari bahwa selalu ada pergulatan antara yang baik
dan yang jahat dalam hati manusia (lih. Rom 7: 13–26). Sementara dalam suratnya
kepada jemaat di Galatia 5: 17 Santo Paulus mengatakan bahwa kita harus
memberikan diri dipimpin oleh Roh. Kita harus berusaha memenangkan hati nurani
kita dan mengalahkan kecenderungan kita yang menyesatkan. Kita harus peka
terhadap sapaan dan rahmat Allah. Gereja
melalui Konsili Vatikan II, khususnya dalam Gaudium et Spes Art. 16,
dikatakan, “Tidak jarang terjadi, bahwa hati nurani keliru karena ketidaktahuan
yang tak teratasi. Dengan bantuan Roh Allah kita dimampukan untuk mengalahkan
kekuatan dahsyat yang menguasai suara hati kita, yang oleh Santo Paulus dinamai
kuasa/ keinginan daging.
Pergumulan
Suara Hati Dalam Pengalaman Sehari-hari
Hidup manusia sangatlah berbeda dengan ciptaan
Tuhan lainnya, seperti hewan atau tumbuhan. Ada saat di mana manusia harus
mengalami pergumulan atau pergulatan ketika hendak melakukan suatu tindakan,
terutama ketika ia harus mengambil keputusan: apakah tindakannya layak
dilakukan atau tidak, apakah yang dilakukan itu benar atau salah, apakah
tindakan itu akan merugikan sesama atau tidak. Kemampuan itu nampaknya tidak
dimiliki ciptaan Tuhan lainnya, karena tindakan mereka lebih diarahkan oleh
instink. Kemampuan bergulat dalam dirinya sendiri sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan itu disebabkan manusia memiliki suara
hati, atau suara batin atau hati nurani yang dianugerahkan Tuhan
kepadanya.”
Contoh Pergumulan Suara
Hati page 35
Ajaran Gereja dan Kitab
Suci Tentang Suara Hati
Ajaran Kitab Suci (hal 36)
Ajaran Gereja Dokumen Konsili Vatikan II Gaudium et Spes
art. 16 “Di lubuk hati nuraninya, manusia menemukan hukum, yang tidak
diterimanya dari dirinya sendiri, melainkan harus ditaati. Suara hati itu
selalu menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan
menghindari apa yang jahat. Bilamana perlu, suara itu menggemakan dalam lubuk
hatinya: jalankan ini, elakkan itu. Sebab dalam hatinya, manusia menemukan
hukum yang ditulis oleh Allah.
Suara
hati
ialah inti manusia yang paling rahasia, sanggar suci; di situ ia seorang diri
bersama Allah, yang pesan-Nya menggema dalam hatinya.. Atas kesetiaan terhadap
hati nurani, umat Kristiani bergabung dengan sesama lainnya untuk mencari
kebenaran, dan untuk dalam kebenaran itu memecahkan sekian banyak persoalan
moral, yang timbul baik dalam hidup perorangan maupun dalam kehidupan
kemasyarakatan.”
Hati
nurani sendiri dapat diartikan secara luas dan secara sempit.
Arti
luas:
Dalam arti luas hati nurani berarti kesadaran moral yang tumbuh dan berkembang
dalam hati manusia.
Arti
sempit: Hati nurani merupakan penerapan kesadaran moral di
atas dalam situasi konkret seperti yang dialami Boy dalam kisah tadi. Suara
hati yang menilai suatu tindakan manusia benar atau salah, baik atau buruk.
Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru.
Suara hati adalah suara Allah, maka melawan suara hati berarti melawan Allah.
Agar kita setia pada kehendak Allah kita perlu bersatu dengan Roh Kudus dan
mengandalkan kekuatannya.
Kerja suara hati dapat
ditinjau dari berbagai segi: Segi waktu
1.
Hati nurani dapat berperanan sebelum
suatu tindakan dibuat. Biasanya, hati nurani akan menyuruh kalau perbuatan itu
baik dan melarang kalau perbuatan itu buruk
2.
Hati nurani dapat berperan pada saat
suatu tindakan dilakukan. Ia akan terus menyuruh jika perbuatan itu baik dan
melarang jika perbuatan itu buruk atau jahat.
3.
Hati nurani dapat berperan sesudah suatu
tindakan dibuat. Hati nurani akan “memuji” jika perbuatan itu baik dan hati
nurani akan membuat kita gelisah atau menyesal jika perbuatan itu buruk atau
jahat.
Segi
benar-tidaknya
1.
Hati nurani benar, jika kata hati kita
cocok dengan norma objektif. misalnya: menolong orang yang sedang mengalami
musibah.
2.
Hati nurani keliru, jika kata hati kita
tidak cocok dengan norma objektif.
Segi
pasti-tidaknya
1.
Hati nurani yang pasti, artinya, secara
moral dapat dipastikan bahwa hati nurani tidak keliru.
2.
Hati nurani yang bimbang, artinya, masih
ada keraguan.
Berikut
ini adalah penyebab tumpulnya suara hati:
1. Orang
yang bersangkutan tidak biasa menghiraukan hati nuraninya.
2. Orang
yang selalu bersifat ragu-ragu atau bingung.
3. Pandangan
masyarakat yang keliru. Misalnya: riba dianggap biasa!
4. Pengaruh
pendidikan dalam lingkungan keluarga atau lingkungan lainnya.
5. Pengaruh
propaganda, mass media dan arus massa.
Cara
kerja suara hati, antara lain:
·
Sebelum bertindak, ia berfungsi sebagai
petunjuk (indeks), yang mengingatkan bahwa ada yang baik dan ada yang buruk.
Sesungguhnya kesadaran moral semacam ini sudah dimiliki setiap orang dewasa.
·
Pada saat-saat menjelang bertindak, ia
bertindak sebagai hakim (iudeks), yang menyuruh kita melakukan yang baik dan
melarang/menghindari yang jahat. Selama perbuatan itu belum selesai, suara hati
akan bekerja terus antara menyuruh melakukan yang baik dan melarang melakukan
yang jahat.
·
Sesudah tindakan selesai dilakukan, ia
berfungsi memberikan vonis (vindeks), yang akan menyatakan apakah perbuatan
kita itu tepat atau tidak tepat. Bila yang kita lakukan itu benar, ia akan
memberikan pujian sehingga kita merasakan ketenangan, tetapi bila yang kita
lakukan itu yang jahat dan salah maka ia akan memberikan hukuman, yang membuat
kita merasa bersalah dan tidak tenang, merasa dikejar-kejar kesalahan, dan
sebagainya.
Lewat hati nuraninya
yang bersih, setiap orang dipanggil untuk bekerjasama memecahkan
persoalan-persoalan dalam masyarakat, sehingga persoalan-persoalan dalam
masyarakat seharusnya dipecahkan pertama-tama melalui dialog yang dilandasi
hati nurani, karena hati nurani adalah suara Allah. Jangan langsung didekati
secara agama masing-masing atau melalui hukum. Contoh: ketika menangkap orang
yang mencuri pisang hanya beberapa biji, menurut hukum wajib dikenai hukuman.
Tetapi bisa jadi bila didekati secara nurani, akan muncul belas kasihan
sehingga pencuri itu diampuni. Contoh lain: bila ada pasangan muda-mudi berbeda
agama mau menikah, menurut hukum Perkawinan Negara dilarang, tetapi bila
menuruti hati nurani mungkin orang akan berpikir mengapa cinta harus dibatasi
dengan peraturan?
Cara
membina Suara hati:
·
Seseorang yang selalu berbuat sesuai
dengan hati nuraninya, hati nurani akan semakin terang dan berwibawa.
·
Seseorang yang selalu mengikuti dorongan
suara hati, keyakinannya akan menjadi sehat dan kuat. Dipercayai orang lain,
karena memiliki hati yang murni dan mesra dengan Allah. “Berbahagialah orang
yang murni hatinya, karena mereka akan memandang Allah.” (Mat 5: 8). Mencari
keterangan pada sumber yang baik
·
Dengan membaca: Kitab Suci,
Dokumen-Dokumen Gereja, dan buku-buku lain yang bermutu.
·
Dengan bertanya kepada orang yang punya
pengetahuan/ pengalaman dan dapat dipercaya
·
Ikut dalam kegiatan rohani, misalnya
rekoleksi, retret, dsb.
·
Koreksi diri atau introspeksi
·
Koreksi atas diri sangat penting untuk
dapat selalu mengarahkan hidup kita. Menjaga kemurnian hati
·
Menjaga kemurnian hati terwujud dengan
melepaskan emosi dan nafsu, serta tanpa pamrih, yang nampak dalam tiga hal:
1. Maksud
yang lurus (recta intentio): ia konsisten dengan apa yang direncanakan, tanpa
dibelokkan ke kiri atau ke kanan.
2. Pengaturan
emosi (ordinario affectum): ia tidak menentukan keputusan secara emosional.
3. Pemurnian
hati (purification cordis): tidak ada kepentingan pribadi atau maksud-maksud
tertentu di balik keputusan yang diambil.
Hal ini dapat dilatih
dengan penelitian batin, seperti merefleksikan rangkaian kata dan tindakan
sepanjang hari itu, berdoa sebelum melakukan aktivitas, dan lain-lain.
Suara
Hati Sebagai Pedoman dalam Mengambil Keputusan.
Suara hati adalah
tempat di mana Allah membisikkan apa yang boleh kita lakukan dan apa yang tidak
boleh kita lakukan. Maka, menaati suara hati sama artinya menaati Allah
sendiri. Ketaatan kepada suara hati
ata ketaatan kepada Allah itu perlu
dilatihkan mulai dari hal-hal kecil. Banyak orang tahu bahwa berbohong itu
tidak baik tetapi banyak orang terbiasa melakukannya. Kalau kebiasaan itu tidak
dikikis sejak awal, maka kebiasaan tersebut akan terbawa seumur hidup. Bahkan
awalnya berbohong kecil-kecilan bisa menjadi bohong besar dan penipuan.
Resapkanlah cerita
berikut: “Kios Suara Hati” hal 39
Santo Paulus, ketika
ditangkap dan dijebloskan ke penjara, di depan umum dengan bangga dan berani
berkata: “Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan
hati nurani yang murni di hadapan Allah.”
(Kis 23:1) lebih lanjut dia mengatakan: “Sebab itu aku senantiasa
berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan
manusia”. (Kis 24:16) Pikirkanlah, kebiasaan apa saja yang ingin kalian
tinggalkan agar suara hatimu tetap suci murni. Katakan hal itu di depan Tuhan,
serta memohon kekuatan darinya untuk mampu meninggalkan kebiasaan buruk itu.
B.
Bersikap Kritis dan Bertanggung Jawab Terhadap Pengaruh Media Massa
Pemikiran
Dasar
Media komunikasi dewasa
ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sebagai dampaknya, informasi yang
masuk ke dalam kehidupan sehari-hari tidak terbendung. Persoalannya, informasi
itu ada yang bersifat membangun, tetapi ada juga yang bersifat merugikan. Pada
umumnya remaja bersifat polos dalam mengadopsi kehadiran media. Mereka menelan
begitu saja apa yang disediakan dan tidak mencernanya. Sehubungan dengan itu
remaja perlu mendapatkan bimbingan supaya mereka dapat bersikap kritis dalam
memilih media dan mampu mengolahnya menjadi nutrisi untuk meningkatkan kualitas
hidup mereka. Kita dituntut untuk bersikap kritis atas segala tawaran yang ada
dan informasi yang kita peroleh.
Bersikap kritis tidak
berarti menolak mentah- mentah tentang media, melainkan kita mencoba
menyaringnya dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang kita pilih dan kita
percaya. Sikap kritis mengandaikan
kedewasaan berpikir, mampu mempertimbangkan baik-buruk sesuatu hal, selektif
dan mampu membuat skala prioritas dalam menentukan pilihan-pilihan hidup.
Dengan demikian, kita akan dapat menempatkan media massa pada tempat yang semestinya
bagi perkembangan diri kita.
Mendalami
Berbagai Pengaruh Media Dalam Kehidupan Sehari-Hari.
“Remaja korban Media, betulkah?” Media
mempunyai peranan besar dalam kehidupan masyarakat termasuk juga remaja. Dengan
hadirnya media sebagai alat untuk menyampaikan berbagai gagasan, ide, dan
penilaian terhadap sesuatu tentang apa yang kita rasakan, kita bisa berbagi
pengalaman, ilmu, dan lain sebagainya, media juga menumbuhkan rasa saling
mengerti, saling berbagi, rasa kasih sayang antara sesama manusia. Dengan
adanya media sebagai alat semua itu menjadi mudah dilakukan. Di zaman teknologi
saat ini media bisa hadir dalam berbagai bentuk yang bisa di akses dengan mudah
dan menghadirkan informasi yang lebih
banyak dan beragam. oleh sebab itu media menjadi sesuatu yang pokok yang tidak
bisa dihindari, di sisi lain walau peranan media begitu dominan dan komplit
namun juga membawa dampak yang sangat signifikan.
Bagaikan dua sisi mata
uang berbeda, media massa mempunyai dampak positif
dan negatif, yang bisa menguntungkan
sekaligus menjatuhkan masyarakat sebagai objek dari media tersebut, baik dalam
perilaku, moral dan intelektual. Media dapat mengubah pola pikir masyarakat,
menentukan perasaan dan perilaku masyarakat melalui citra yang ditampilkan. Hal
ini bisa berdampak baik dan bisa sebaliknya. Bagi para remaja, yang masih dalam
masa proses pencarian jati diri, di mana pada fase ini tingkat perubahan
mental, perilaku dan intelektualnya tumbuh secara cepat, pengaruh media ini
sangat terasa. Baik ketika menonton tv, membaca majalah atau tabloid, maupun
ketika mendengar radio. Hal ini Dapat kita lihat dari perubahan pola pikir,
perilaku dan mentalnya. Sebagai contoh, banyak remaja putri rela menghabiskan
uangnya untuk membeli produk kecantikan yang di iklankan di tv dan media cetak
lainnya demi tampil menawan seperti gadis dalam sampul produk tersebut. Begitu
pula remaja putra merasa gagah dan maco jika merokok, seperti ditampilkan dalam
iklan rokok yang memberikan citra lelaki sejati, sehingga timbul anggapan “kalau
laki-laki ya merokok”, padahal kalau diperhatikan tidak satupun bintang iklan
tersebut yang nampak sedang mengisap rokok yang diiklankannya. Dan banyak lagi
contoh perilaku-perilaku yang merupakan korban dari citra yang ditimbulkan oleh
media massa tersebut. Pada fase ini juga, para remaja memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi, ingin merasakan sesuatu yang baru, dan ingin menjadi seperti apa
yang dilihatnya, karena memang pada masa ini remaja belum mempunyai konsep diri
yang matang.
Menurut beberapa ahli yang
mengamati dan mengkaji dampak media massa, menyatakan bahwa peran orang tua sebagai orang terdekat
diharapkan aktif mendampingi remaja dalam menggunakan jasa media baik
elektronik maupun cetak. Kemudian orang tua perlu melakukan dialog edukatif,
dan kreatif dengan remajanya, tentang tayangan atau bacaan yang mereka
konsumsi, sehingga mereka tetap dapat mengambil nilai-nilai positif dari media
tersebut, dan dampak negatif media bisa diminimalisir.
Pandangan
Gereja tentang Media Komunikasi Sosial
Dekrit tentang
Komunikasi Sosial, kelompok Pro
artikel 9, dan artikel 10 untuk kelompok kontra,
lalu mendiskusikan pertanyaan di bawahnya:
Kedua kelompok membaca
artikel berikut: “Berani Ambil Sikap!” “Anda harus berani mengambil sikap!
Jadikanlah media sebagai alat bukan tuan! Demikian penegasan ketua Komisi
Sosial Konferensi Wali Gereja Indonesia (Komsos KWI) Mgr. Hilarion Datus Lega
Pr. “Media bukan segala- galanya yang harus melampaui hati nurani, akal budi
sehat dan kebutuhan konkret manusia yang menggunakannya. Sikap tegas ini harus
diambil oleh siapa saja, termasuk kaum muda dan orang tua yang mau mendidik
anak-anaknya dalam menghadapi banjir media. Tidak dapat dipungkiri kalau setiap
saat informasi dari berbagai media, baik yang harum semerbak laksana melati,
maupun yang berbau menusuk seperti sampah busuk, memasuki setiap rumah tangga,
melalui segala macam media, dari cetak, audio visual, sampai multi media.
Namun, sampah busuk itu memang tidak terpisahkan dari mawar melati tadi, karena
memang pada dasarnya media seperti dua sisi mata uang. “Implikasi negatif dari
media tidak dapat kita hindari. Mau atau tidak, suka atau tidak media membawa
serta kaitan-kaitan
Membaca dan merenungkan
kutipan Kitab Injil (Mrk 2: 23-28) .
Kedua kelompok menjawab
pertanyaan berikut:
·
Apa yang kalian pahami dari pernyataan
“Jadikanlah media sebagai alat bukan tuan! Media bukan segala-galanya yang
harus melampaui hati nurani, akal budi sehat dan kebutuhan konkret manusia yang
menggunakannya.”
·
Mgr. Hilarion Datus Lega Pr. Juga menekankan
perlunya bersikap kritis terhadap media. Dengan cara bagaimana sikap itu
diwujudkan ?
Rangkuman gagasan yang
kalian peroleh itu dalam sebuah motto, misalnya: “No Signal, Life Go On!”
Kita harus memiliki
sikap kritis terhadap semua informasi yang kita terima. Sikap kritis berarti
dapat memilah-milah mana yang benar dan mana yang salah; mana yang baik dan
mana yang buruk; mana yang positif dan mana yang negatif. Jadi, kita harus
bersikap kritis terhadap pengaruh positif dan negatif dari media yang menyuguhkan
berbagai informasi.
Pengaruh positif dari
media dapat terjadi karena:
1.
Teknologi media mendekatkan manusia satu
sama lain. Ia dapat mendekatkan pikiran dan relasi kita. Pikiran dan relasi
kita menjadi lebih terbuka kepada orang lain, kepada bangsa lain, budaya lain,
dsb.
2.
Teknologi media dapat membuat kita
terlibat pada peristiwa di belahan bumi yang lain. Kita terlibat pada gempa
bumi di Aljazair, pada SARS di Cina, pada Piala Dunia, dsb.
3.
Teknologi media menyajikan mutu dan pola
pemberitaan yang semakin menarik. Pemberitaan lewat satelit dan jaringan
internet yang makin semarak.
Pengaruh negatif yang
disebabkan dari teknologi media sendiri, antara lain:
1.
Media telah membangun kerajaan dan
kekuasaan yang sangat kuat. Siapa yang memiliki media dia yang kuat dan
berkuasa. Media menciptakan budaya baru yang gemerlap, budaya asli dan lokal
perlahan-lahan tersingkir.
2.
Media adalah bisnis. Supaya bisnis dapat
laku, maka digalakkan semangat materialisme, konsumerisme dan hedonisme.. Lewat
media dapat dibangun persepsi yang salah tentang kesejahteraan. Kesejahteraan
berarti memiliki materi sebanyak- banyaknya. Manusia tidak lagi dinilai dari
karakter dan dedikasi, tetapi dari apa yang dia miliki (rumah, mobil, uang,
dsb.) seperti yang dipromosikan pada iklan-iklan di media.
3.
Lewat media dapat diciptakan stereotip
tentang tokoh kecantikan, mode, dsb. yang akan ditiru oleh khalayak ramai,
misalnya mode rambut, mode pakaian, dsb. yang begitu cepat ditiru.
4.
Lewat media dapat diciptakan sensasi
tantangan seks, kekerasan, dan horor yang mungkin sangat disenangi oleh
penonton.
5.
Pemilik, penguasa, dan sponsor media
dapat melakukan berbagai rekayasa dan trik demi kepentingan bisnis dan
politiknya.
6.
Jadwal hidup dan kerja kita menjadi
tidak teratur. Banyak waktu tersedot untuk menonton atau mendengar siaran
media. Komunikasi antar pribadi dalam keluarga berkurang.
7.
Kecanduan dan keterlibatan pada
kekerasan dan seks bebas sering ada hubungannya dengan siaran TV atau chatting
di internet atau HP (SMS).
8.
Arus urbanisasi sering disebabkan oleh
tayangan yang glamour tentang kehidupan kota
C.
Bersikap Kritis terhadap Ideologi dan
Gaya Hidup yang Berkembang Dewasa ini.
Pemikiran
Dasar
Dalam hidup modern
dewasa ini, kita tidak dapat lepas dari berbagai pengaruh lingkungan, baik itu
paham atau ideologi maupun aliran hidup yang ada dan berkembang saat ini.
Terlebih seperti yang dialami oleh banyak kaum muda sekarang ini, tren apapun
bentuknya mulai dari mode, musik, film, sampai pada berbagai gaya hidup
lainnya, hingga perangkat teknologi, tak bisa dilepaskan pengaruhnya bagi kita.
Tingkatan pengaruhnya sangat tergantung pada kedewasaan kita dalam menjalani
dan menentukan pilihan. Pada pelajaran ini, kita akan mengamati berbagai
pengaruh dari suatu ideologi, aliran/paham, dan tren-tren yang berkembang saat
ini. Harapannya adalah bahwa kita harus bersikap kritis terhadap.
Sewaktu hidupNya, Yesus
bertemu dengan berbagai orang yang menganut macam-macam ideologi, paham dan
aliran, misalnya kaum Farisi, kaum Saduki, kaum Esseni, dan kaum Zelot. Dalam
menghadapi berbagai ideologi, paham, dan aliran tersebut, Yesus sudah memiliki
sikap kritis. Yesus tetap pada pilihan-Nya (opsi-Nya), yaitu Kerajaan Allah.
Yesus juga pernah dihadapkan kepada berbagai tawaran yang menggiurkan, seperti
jaminan sosial ekonomi, kekuasaan, dan kesenangan, tetapi Yesus tetap
menolaknya (lih. Mat 4: 1-11). Pilihan (opsi) Yesus tetap pada mewartakan dan
memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah.
Dalam hidup modern
dewasa ini, kita tidak dapat lepas dari berbagai pengaruh lingkungan, baik itu
paham atau ideologi maupun aliran hidup yang ada dan berkembang saat ini. Gaya
hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan atau di perlihatkan dalam
aktivitas, minat, dan pendapatnya yang berkaitan dengan citra dan status
sosialnya.
Ajaran
Kitab Suci tentang Perlunya Bersikap Kritis Terhadap Gaya Hidup, Trend dan
Ideologi yang Berkembang.
(Luk 4: 1 – 13) Yesus dicobai di padang gurun
Tawaran apa yang
diberikan iblis kepada Yesus? Bagaimana sikap Yesus menghadapi berbagai tawaran
tersebut? Pesan apa yang kalian peroleh dari kisah tersebut
Setan mencobai Yesus
dengan menawarkan hal-hal yang menggiurkan (lih. Luk 4: 1-13). Pertama : Roti, rezeki, jaminan sosial
ekonomi. Kedua : Kedudukan dan
kekuasaan. Ketiga : Kesenangan dan
kenikmatan.
Godaan-godaan iblis
bertujuan agar Yesus menggagalkan pilihan (opsi) untuk mewartakan Kerajaan
Allah, dan supaya Yesus menyibukkan diri dengan jaminan sosial, ekonomi,
kekuasaan, dan kesenangan. Yesus menolaknya, bukan karena hal-hal itu jelek,
tetapi karena ada hal yang lebih pokok, yaitu Kerajaan Allah! Yesus bersikap kritis terhadap ideologi dan aliran
pada zaman-Nya. Waktu Yesus hidup di Palestina telah ada berbagai kelompok dan
aliran, misalnya: FARISI (dari kata
Ibrani Pharesees = ‘terpisah’) Kelompok Farisi adalah kelompok orang-orang
Yahudi saleh yang menerima hukum tertulis dan lisan dan dengan amat teliti
menaati berbagai macam kewajiban. Mereka mengecam Yesus karena Ia mengampuni
dosa, melanggar peraturan Sabat, dan bergaul dengan pendosa. Sebaliknya, Yesus
melawan sikap legalisme lahirilah dan formalisme pembenaran diri mereka. Mereka
bekerja sama dengan para Saduki (lawan mereka) untuk membunuh Yesus.
SADUKI
Kelompok
Saduki merupakan salah satu kelompok
politik Palestina zaman Yesus. Mereka mempunyai pengaruh besar dalam bidang
politik. Mereka berhubungan erat dengan para Imam Agung, kaum ningrat, dan
golongan konservatif. Dalam hal agama,
mereka menolak tradisi lisan, kebangkitan orang mati, dan adanya malaikat.
Mereka menentang Yesus dan bersama para Farisi mengusahakan penyaliban Yesus,
karena Yesus dianggap mengancam kedudukan politis dan kepentingan mereka. ESENI (berasal dari kata Ibrani Kasidim
=’orang-orang setia’) Kelompok Eseni ini menganggap diri sebagai orang terpilih
dari antara orang-orang saleh. Mereka hidup bermatiraga melaksanakan Hukum
Taurat dengan sangat ketat, hidup berkelompok tanpa milik pribadi, dan sebagian
dari mereka tidak menikah. Mereka hidup demikian karena yakin bahwa mereka akan
bangkit dan hidup pada akhir zaman, waktu di mana hampir semua orang menjadi
murtad termasuk pimpinan bangsa dan imam-imam Yahudi. ZELOT Kelompok Zelot
adalah pejuang-pejuang kemerdekaan Yahudi melawan orang-orang Roma pada awal
abad pertama Masehi dan dalam perang yang berakhir dengan kehancuran Yerusalem
pada tahun 70 Masehi. Yesus ternyata tidak memilih salah satu dari
kelompok-kelompok atau aliran-aliran tersebut di atas. Yesus memilih aliran dan
gerakan-Nya sendiri, yaitu mewartakan dan memberi kesaksian tentang Kerajaan
Allah. Dalam rangka mewartakan dan memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah,
Yesus menyapa orang-orang miskin.
Walaupun ia berasal
dari kelompok kelas menengah, Yesus secara sosial bercampur dengan orang-orang
yang paling rendah dan menyamakan diri- Nya dengan mereka. Mereka adalah orang
miskin, buta, lumpuh, kusta, kerasukan setan (dikuasai oleh roh najis),
pendosa, pelacur, pemungut cukai, rakyat gembel yang buta hukum, lintah darat,
dan penjudi. Mereka ini dianggap oleh orang Farisi sebagai sampah masyarakat
yang harus dibuang, tidak berguna atau najis. Mereka harus disingkirkan dari
pergaulan masyarakat, karena menyimpang dari hukum dan warisan adat-istiadat.
Bersikap kritis terhadap media dan ideologi tanpa tanggung jawab dan dasar yang
kuat akan menyebabkan kita hanya ingin tampil beda saja. Sebagai murid
Kristus,sikap kritis harus berdasar dan dapat dipertanggung jawabkan. Kita
harus mengkritisi berbagai media, cara pandang, dan ideologi yang mempengaruhi
kita agar kita menemukan kehidupan yang autentik (dapat dipercaya) atau yang
sejati. Budaya modern dengan berbagai teknologi, gaya hidup, dan ideologi
cenderung tidak lagi memusatkan nilai iman dan hanya sedikit memberi dukungan
untuk menghayati iman dalam kehidupan sehari-hari.
Bersikap kritis pada
media dan berbagai ideologi menunjukkan bahwa kita mempunyai sikap iman. Sikap iman merupakan bentuk sikap
bagaimana kita menerima Allah dan kasih Allah yang diwahyukan kepada kita dalam
pribadi Yesus melalui komitmen-komitmen kita. Sikap kritis terhadap ideologi
yang ada, semestinya membuat kita mampu bertahan dan berkembang sebagai seorang
Kristen sejati di tengah- tengah dunia ini. Konsekuensi dan dasar dari hidup kritis
adalah berani menyatukan diri ke dalam perkembangan dunia, dan berani melepas
apa yang “nikmat” dan menjadi murid Kristus.
Sikap
kritis mempunyai 3 proses dasar:
·
Berusaha memusatkan diri pada
perkembangan nilai-nilai atau cita-cita yang kita anggap luhur.
·
Berusaha memalingkan diri dari keegoisan
dan mengarahkan segala perhatian kepada kepentingan bersama.
·
Membuka perhatian kepada hidup yang
lebih sempurna, yaitu ke arah hidup Allah sendiri.
Bab III
Kitab Suci dan Tradisi Sebagai Sumber Iman Akan
Yesus Kristus
Sebagai orang yang
beriman akan Yesus Kristus, kita ingin mengembangkan diri dengan berpolakan
pada Yesus Kristus. Pribadi Yesus Kristus dijadikan pola dan teladan
pengembangan diri, sebab dalam Dia-lah kita menemukan keluhuran martabat manusia yang unggul dan berkenan kepada Allah. Dialah
Citra Allah yang telah dipilih Allah menjadi jalan, kebenaran dan hidup
manusia. Dalam Dia-lah kesempurnaan manusia di hadapan Allah. Agar mampu
menempatkan Yesus sebagai sosok kesempurnaan hidup, maka kita perlu menggali
pemahaman kita dari sumbernya, yakni Kitab
Suci, baik Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, serta Tradisi
Gereja. Kitab Suci dan Tradisi menjadi sumber iman kita.
A.
Kitab Suci Perjanjian Lama
Pemikiran
Dasar
Bagi umat beriman Kitab
Suci memegang peranan yang sangat penting. Ia menjadi sumber tertulis yang
utama untuk memahami karya penyelamatan Allah kepada manusia sepanjang zaman.
Ia juga menjadi sumber referensi dan inspirasi untuk mengembangkan imannya.
Karena kedudukan dan perannya yang sangat penting itu, maka setiap orang
beriman perlu memahami Kitab Suci secara benar. Kitab Suci Perjanjian Lama
seperti yang dimiliki umat Kristiani saat ini disusun melalui proses yang
panjang sekitar lebih dari sepuluh abad,
sejak abad XI SM sampai kurang lebih abad I Sesudah Masehi.
Sejarah
Kitab Suci Perjanjian Lama
Pada mulanya berupa
kumpulan cerita tentang pengalaman bangsa Israel dalam hubungannya dengan
sejarah bangsanya dan sekaligus peranan serta kehadiran Allah dalam seluruh
perjalanan hidup mereka. Pengalaman-pengalaman penyelamatan Allah sepanjang
sejarah mereka itu diceritakan kepada anak cucu mereka secara turun- temurun.
Hingga suatu saat ada orang-orang tertentu, yang mendapat ilham Roh Kudus
menyusun dan menuliskannya menjadi sebuah buku utuh seperti yang kita miliki
sekarang ini. Kitab Suci bukanlah Kitab Sejarah, walaupun di dalamnya terdapat
unsur-unsur sejarah.
Memahami
Kitab Suci Perjanjian Lama.
Isi
Pokok Perjanjian Lama:
Tentang Perjanjian
Lama, Dokumen Konsili Vatikan II tentang
Wahyu Ilahi (Dei Verbum) , artikel 14 menyatakan: Allah Yang Mahakasih
dengan penuh perhatian merencanakan dan menyiapkan keselamatan segenap umat
manusia. Dalam pada itu Ia dengan penyelenggaraan yang istimewa memilih bagi diri-Nya
suatu bangsa, untuk diserahi janji-janji-Nya. Sebab setelah mengadakan
perjanjian dengan Abraham (lih. Kej 15:18) dan dengan bangsa Israel melalui
Musa (lih. Kel 24:8), dengan sabda maupun karya-Nya Ia mewahyukan Diri kepada
umat yang diperoleh-Nya sebagai satu-satunya Allah yang benar dan hidup
sedemikian rupa, sehingga Israel mengalami bagaimanakah Allah bergaul dengan
manusia. Adapun tata keselamatan, yang diramalkan, diceritakan dan diterangkan
oleh para pengarang suci, sebagai sabda Allah yang benar terdapat dalam
Kitab-kitab Perjanjian Lama.
Hubungan Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru Dokumen Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi (Dei
Verbum), artikel 16, menyatakan sebagai berikut: Allah, pengilham dan pengarang
kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Baru, dalam kebijaksanaan-Nya mengatur
(Kitab Suci) sedemikian rupa, sehingga Perjanjian Baru tersembunyi dalam
Perjanjian Lama dan Perjanjian Lama terbuka dalam Perjanjian Baru. Lalu apa
hubungan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru?
Makna istilah “Perjanjian Lama”
Istilah “Perjanjian Lama” dipergunakan untuk
membedakan dengan “Perjanjian Baru”.
Dalam sejarah keselamatan, relasi manusia dengan Allah diikat dengan perjanjian, yang dalam Perjanjian Lama
manusia diwakili oleh bangsa Israel, teristimewa melalui para pemimpin mereka. Perjanjian itu adalah perjanjian kasih
yang menyelamatkan. Dalam perjanjian itu, Allah
berjanji akan senantiasa menyelamatkan manusia, dan dari pihak manusia Allah
menuntut kesetiaan.
Sayangnya kesetiaan
Allah itu seringkali dibalas dengan ketidaksetiaan Israel. Maka Allah yang
adalah setia tetap menjanjikan penyelamatan pada manusia dengan cara
memperbaharui perjanjian melalui putraNya sendiri Yesus Kristus. Maka Perjanjian Lama menunjuk pada perjanjian antara
manusia dengan Allah sebelum Kristus. Walaupun “Perjanjian Lama” pada dasarnya
belum sempurna, namun apa yang diungkapkan di dalamnya tetap penting, sebab
ia mengungkapkan kepada manusia tentang:
1.
Cara Allah yang adil dan rahim; bergaul
dengan manusia.
2.
Kesadaran hidup akan Allah.
3.
Ajaran-ajaran yang luhur tentang
kebijaksanaan yang menyelamatkan.
4.
Tata cara hidup manusia.
5.
Memuat janji kedatangan Kristus Penebus.
6.
Persiapan warta, Kerajaan Allah.
Garis
besar proses tersusunnya Kitab Suci Perjanjian Lama.
Secara
garis besar Kitab Suci Perjanjian Lama memuat dua bagian besar, yakni Kitab
Prasejarah dan Kitab Sejarah.
1.
Kitab
Prasejarah, mulai dari Kisah Penciptaan sampai dengan Menara
Babel(Kej1-11),
2.
Kitab
Sejarah Israel mulai dari Abraham yang hidup sekitar
tahun 2000/1800 sebelum Masehi sampai menjelang Yesus Kristus.
Namun,
sejarah yang ditulis dalam Perjanjian Lama lebih merupakan sejarah iman.
Proses tersusunnya Kitab Suci
Perjanjian Lama:
1. Proses
dimulai pada saat awal sejarah Israel, yaitu sekitar tahun 1800 SM
Antara
tahun 1800 - 1600 S.M.: Zaman Bapa-bapa bangsa
(Abraham–Ishak–Yakub). Periode ini adalah awal sejarah bangsa Israel yang
dimulai dari panggilan Abraham sampai dengan kisah tentang Yakub. Dalam tahun
inilah Bapa-bapa bangsa hidup.
2. Antara tahun 1600 - 1225 S.M.:
Kisah bangsa Israel mengungsi ke Mesir, perbudakan di Mesir, pembebasan dari
Mesir sampai Perjanjian di Sinai. Kisah-kisah tersebut juga masih disampaikan
secara lisan. 10 perintah Allah dalam rumusan yang pendek sudah ditulis pada
masa ini sebagai pedoman hidup.
3. Antara tahun 1225 - 1030 S.M.:
Perebutan tanah Kanaan dan zaman Hakim-Hakim. Pada periode ini, bangsa Israel
merebut tanah Kanaan yang diyakini sebagai Tanah Terjanji di bawah pimpinan
Yosua.
4. Antara tahun 1030 - 930 S.M.:
Periode Raja-Raja. Pada periode ini, bangsa Israel memasuki tahap baru dalam
kehidupannya. Mereka mulai menganut sistem kerajaan yang diawali dengan raja
Saul, kemudian digantikan oleh raja Daud dan diteruskan oleh raja Salomo, putra
Daud. Pada masa inilah bangsa Israel menjadi cukup terkenal dan disegani oleh
bangsa-bangsa lain. Pada zaman raja Saul, Daud, dan Salomo, bagian-bagian Kitab
Suci Perjanjian Lama mulai ditulis.
5. Antara tahun 930 - 722 S.M.:
Kerajaan Israel dan Yahuda. Sesudah raja Salomo wafat, kerajaan Israel terpecah
menjadi dua, yaitu kerajaan Utara (Israel) dan kerajaan Selatan (Yuda).
Kerajaan Utara hanya berlangsung sampai tahun 722 S.M. Pada periode ini mulai
muncul pewartaan para nabi dan kisah para nabi seperti Elia dan Elisa, Hosea,
Amos. Beberapa bagian pewartaan para nabi mulai ditulis. Pada masa ini,
beberapa kumpulan hukum perjanjian mulai diterapkan dan ditulis. Kita dapat
membacanya dalam kitab Ulangan.
6. Antara tahun 722—587 S.M.:
Kerajaan Yehuda masih berlangsung sesudah kerajaan Israel jatuh. Kerajaan
Yehuda atau Yuda masih tetap berdiri kokoh sampai akhirnya mereka dibuang ke
Babilon pada tahun 587 S.M. Pada masa ini beberapa tradisi tertulis tentang
kisah bapa- bapa bangsa mulai disatukan. Pada masa ini muncul tulisan tentang
sejarah bangsa Israel, beberapa bagian dari Mazmur, dan Amsal.
7. Antara tahun 586 - 539 S.M.:
Zaman pembuangan Babilon. Orang- orang Israel yang berasal dari Kerajaan Yuda
hidup di pembuangan Babilon atau Babel selama kurang lebih 50 tahun. Pada masa
ini, penulisan Kitab Sejarah dilanjutkan. Muncul pula tulisan yang kemudian
kita kenal dengan kitab Ratapan. Pewartaan para nabi sebelum pembuangan ditulis
pada masa ini. Pada periode ini juga muncul para imam yang menuliskan hukum-
hukum yang sekarang masuk dalam kitab Imamat.
8. Antara tahun 538 - 200 S.M:
Sesudah pembuangan, bangsa Israel diizinkan pulang kembali ke tanah airnya oleh
raja Persia yang mengalahkan Kerajaan Babilon. Pada masa ini kelima kitab Taurat
telah diselesaikan. Juga kitab-kitab Sejarah Yosua, Hakim-hakim, 1-2 Samuel,
dan Raja-raja sudah selesai ditulis. Kitab-kitab para nabi pun sudah banyak
yang diselesaikan Dari ratusan nyanyian, akhirnya dipilih 150 mazmur yang kita
terima sampai sekarang.
Alasan membaca dan
mendalami Kitab Perjanjian Lama merupakan keharusan
adalah:
1.
Dengan mempelajari Perjanjian Lama, kita
akan melihat bagaimana Allah secara terus-menerus dan dengan setia menyatakan
Diri-Nya untuk dikenal; dan bagaimana bangsa Israel menanggapi pewahyuan Allah
itu. Hubungan timbal-balik antara Allah dengan bangsa Israel tersebut dapat
menjadi cermin bagi manusia yang hidup zaman sekarang dalam membangun relasi
yang lebih baik dengan Allah.
2.
Kitab Suci Perjanjian Lama bukan buku
yang pertama- tama hendak menguraikan fakta-fakta sejarah, melainkan hendak
mengungkapkan Allah yang berfirman, yang menyampaikan rencana dan tindakan
penyelamatan kepada manusia. Perjanjian Lama adalah Firman Allah. Karena Firman
Allah, maka manusia diminta untuk mau mendengarkan dan menjalankan apa yang
difirmankan-Nya.
3.
Beberapa bagian kitab Perjanjian Lama
berisi nubuat- nubuat tentang Juru Selamat yang dijanjikan Allah, yang digenapi
dalam diri Yesus Kristus. Oleh karena itu, pemahaman diri Yesus Kristus sebagai
penggenapan janji Allah dapat sepenuhnya dipahami bila kita mempelajari
Perjanjian Lama.
4.
Yesus sendiri sebagai orang Yahudi
mendasarkan peng- ajaran-Nya dari Kitab Perjanjian Lama. Ia tidak meniadakan
Perjanjian Lama, melainkan meneguhkan dan sekaligus memperbaharuinya.
B. Kitab Suci Perjanjian Baru
Pemikiran
Dasar
Isi Kitab Suci Perjanjian
Baru adalah: pengalaman iman akan Yesus.
Mereka sebagai saksi mata peristiwa Yesus Kristus sebagai tokoh sentral.
Melalui pergaulan dan kebersamaan dengan Yesus Kristus, baik langsung maupun
tidak langsung, mereka pada akhirnya mengimani Yesus Kristus sebagai Anak Allah
dan Juru Selamat yang sekaligus menjadi pemenuhan janji penyelamatan Allah
kepada manusia, sebagaimana telah dipersiapkan dan diwartakan dalam Perjanjian
Lama.
Pada dasarnya
pengalaman iman para penulis akan Yesus Kristus tidaklah sama, karena sangat
dipengaruhi oleh berbagai macam latar
belakang yang melekat pada diri penulis sendiri. Itulah sebabnya gaya,
cara, dan isi pengalaman iman yang mereka sampaikan mempunyai penekanan yang
berbeda satu terhadap yang lain. Konsekuensi dari itu semua, bila manusia
sekarang ingin memahami isi pesan Kitab Perjanjian Baru maka disarankan agar
mereka mencoba memahami konteks kemasyarakatan dan keagamaan masyarakat dan
para penulis. Walaupun demikian, pemahaman akan konteks bukan hal mutlak, sebab
yang paling penting adalah bagaimana kita menempatkan Perjanjian Baru sebagai
cara Allah menyampaikan kehendakNya melalui ungkapan pengalaman orang-orang
yang hidup pada zaman tertentu. Di tengah berbagai kesulitan yang dialami Umat
dalam membaca dan memahami isi pesan Kitab Perjanjian Baru, Konsili Suci mendesak dengan sangat
semua orang beriman supaya sering kali membaca Kitab-Kitab ilahi untuk
memperoleh pengertian yang mulia akan Yesus Kristus (Dei Verbum Art. 25). Santo
Paulus dalam suratnya yang kedua kepada Timotius mengatakan bahwa:
1.
Segala tulisan yang diilhamkan Allah
(Kitab Suci) memang bermanfaat untuk mengajar
2.
Untuk menyatakan kesalahan.
3.
Untuk memperbaiki kelakuan.
4.
Untuk mendidik orang dalam kebenaran”
(lih. 2 Tim 3: 26).
St.
Hironimus berkata “Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak
mengenal Kristus.”
Baca artikel Untuk sang
kekasih Karya: AMAS Kasihku halaman 72,
Buku yang lama (PL)
berbicara mengenai perjanjian Tuhan
dengan bangsa Israel; sedangkan buku kedua, yang sekarang disebut PB, berbicara
mengenai perjanjian Tuhan dengan umat
manusia seluruhnya dalam diri Yesus dari Nazaret. Maka kedua-duanya dilihat
sebagai perjanjian Tuhan dengan umat manusia. Cuma dalam perjanjian lama itu,
perjanjian masih dibatasi pada bangsa
Israel, sedangkan dalam periode kedua, yang disebut “perjanjian yang baru,” hubungan itu diperluas kepada umat manusia
seluruhnya. Maka isi daripada kata “perjanjian”
lebih jelas dalam PL, tetapi lebih mendalam dalam PB.
Dalam
PB
Tuhan berhubungan dengan umat manusia bukan lagi melalui suatu naskah
perjanjian, melainkan melalui Putera-Nya sendiri ialah Tuhan kita Yesus Kristus. Proses penyusunan Kitab Suci Perjanjian
Baru Ke 27 Kitab dalam Perjanjian Baru, tentu saja tidak langsung jadi, tetapi
melalui proses yang kurang lebih 100
tahun. Ketika Yesus masih hidup, tidak seorangpun di antara murid-murid-Nya
yang terpikir untuk mencatat tentang apa yang Ia lakukan atau Ia katakan, atau
segala sesuatu tentang kehidupan-Nya. Mereka hanya ingin menjadi murid Yesus
yang mengikuti Yesus ke manapun Ia pergi, mereka tinggal bersama Yesus, mereka
belajar mendengarkan ajaran-Nya, dan menyaksikan tindakan Yesus. Baru sesudah
Yesus dibangkitkan, mereka mulai merasakan arti kehadiran Yesus bagi hidup
mereka, dan bagi banyak orang yang selama ini mengikuti Yesus percaya
kepada-Nya. Sesudah Yesus bangkit, para murid mulai sadar, bahwa Ia yang selama
ini diikuti adalah sosok yang menjadi kegenapan janji Allah, sebagai Tuhan dan
Juru Selamat.
Peristiwa
Pentakosta seolah membakar hati mereka untuk mulai berani
bercerita kepada banyak orang tentang siapa Yesus sesungguhnya. Berkat
Pentakosta, mereka mulai keluar dari persembunyian, dan pergi ke berbagai
tempat menceritakan secara lisan tentang ajaran, karya (mukjizat-mukjizat),
serta hidup Yesus. Dari situ terbentuklah semakin banyak kelompok orang yang
percaya kepada Yesus di berbagai kota, tapi sampai ke wilayah di luar
Palestina. Karena orang-orang yang percaya kepada Yesus itu tersebar di
berbagai kota, dan tidak selamanya para rasul bisa hadir di tengah mereka, maka
kadang- kadang komunikasi dilakukan melalui surat. Surat itu bisa berisi
wejangan untuk menyelesaikan masalah atau pengajaran atau cerita-cerita tentang
kehidupan Yesus. Baru sesudah para murid meninggal dan umat yang percaya kepada
Yesus Kristus semakin banyak, muncullah kebutuhan akan tulisan baik mengenai
hidup Yesus, karya-Nya, sabda-Nya maupun akhir hidup-Nya. Berkat bimbingan Roh
Kudus, mereka menuliskan kisah tentang Yesus berdasarkan cerita-cerita dari
para saksi mata, para pengikut-Nya yang sudah beredar dan berkembang luas di
tengah-tengah (bacalah Luk 1:1-4). Melalui tulisan itu mereka mau mewartakan iman mereka (dan iman
jemaat) akan Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
Periode
hidup Yesus sampai pembentukan kanon Perjanjian Baru.
1.
Antara
tahun 7/6 sebelum Masehi (SM) - 30 sesudah Masehi (M)
Yesus
lahir sekitar tahun 7/6 SM*, dibesarkan di desa Nazaret wilayah Galilea. Ia
seorang Yahudi yang saleh yang menaati hukum dengan penuh semangat (bdk. Mt
5:17).
2.
Sekitar tahun 27/28 Masehi Yesus
dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes Pembaptis. Kemudian Ia berkeliling di seluruh Galilea
dan Yudea untuk mewartakan Kerajaan Allah. Ketika Yesus
lahir dan tampil di depan umum, Palestina berada di bawah kekuasaan Roma dipimpin oleh Kaiser Agustus dan
di Palestina dipimpin oleh Herodes Agung.
3.
Dalam situasi seperti itu ada
suasana kebencian di kalangan orang Yahudi terhadap penjajah Roma. Sementara
itu dalam kehidupan Umat Yahudi sejak lama tumbuh keyakinan bahwa Allah mereka
adalah Allah yang setia dan selalu terlibat dalam seluruh kehidupan umat-Nya.
Dalam kondisi dijajah oleh bangsa lain mereka menaruh harapan pada Allah yang
akan membebaskan mereka dari derita dan penjajahan. Campur tangan Allah itu
diyakini akan dilaksanakan melalui seorang tokoh yang disebut Mesias.
4.
Setelah dibaptis oleh Yohanes,
Yesus meneruskan pesan yang sudah diserukan oleh Yohanes. Yesus menyatakan
campur tangan Allah sebagai kabar baik sebagaimana dinyatakan oleh para nabi
(bdk. Yes 40:11; 52:7- 10), yakni hidup, sabda dan karyaNya.
5.
Dalam mewartakan misinya sebagai
Mesias, Yesus kerap mengajar dengan menggunakan perumpamaan agar mudah
ditangkap oleh orang-orang sederhana. Namun demikian semua disampaikan dengan
kewibawaan Ilahi. Itulah sebabnya Yesus selalu bersabda: “Aku berkata
kepada-mu... (Mrk 1:27). Yesus dianggap oleh mereka menghojat Allah. Kendati
demikian, Yesus tidak takut dan tetap mewartakan kedatangan Kerajaan Allah dan
mengajak setiap orang yang mendengar-Nya bertobat dan percaya kepada Injil.
6.
Kebencian para pemimpin agama dan
kaum Farisi tampak dalam tindakan mereka yang selalu menguji Yesus untuk
mencari kesalahan-Nya. Bahkkan diceritakan, bahwa beberapa kali mereka
bersekongkol untuk membunuh Yesus, tetapi Yesus berhasil menyingkir, meloloskan
diri (Mat 12:14). Hingga pada akhirnya, mereka menggunakan kesempatan perayaan
Paska untuk menangkap Yesus.
7.
Sejak penangkapan Yesus di Taman
Getsemani, murid-murid yang selama ini selalu bersama-sama dengan Dia sangat
ketakutan. Petrus menyangkal, para murid yang lain entah ke mana. Yesus harus
menghadapi pengadilan sendirian bahkan berjalan salib tanpa mereka. Sampai
akhirnya Yesus wafat di Salib.
8.
Kebangkitan Yesus itu memperkokoh
iman mereka. Mereka menjadi semakin percaya bahwa Yesus sungguh-sungguh Mesias,
Putera Allah, Tuhan dan Penyelamat. Mereka semakin yakin akan segala sesuatu
yang telah diwartakan Perjanjian Lama tentang Mesias, dan hal itu dilihat
sebagai terlaksana dalam diri Yesus.
Antara Tahun 40 - 120 Masehi:
penyusunan dan penulisan Kitab Suci Perjanjian Baru.
1.
Karangan tertua dari Kitab Suci
Perjanjian Baru adalah 1 Tesalonika (ditulis sekitar tahun 40 an) sedangkan
yang paling akhir adalah 2 Petrus (tahun 120-an)
2.
Yesus pasti tidak menulis apapun yang
berkaitan dengan karya dan sabda- sabda-Nya, tidak juga menyuruh para murid-Nya
untuk menuliskannya, meskipun Ia bisa membaca dan menulis (lih. Luk 4:17-19 dan
Yoh 8:6). Ia hanya berkeliling mengajar dan berbuat baik (menyembuhkan,
mengusir setan dan sebagainya) di dalam pengajaran-Nya Yesus kerapkali
menggunakan Kitab Suci, tetapi Kitab Suci yang la gunakan adalah Kitab Suci
Perjanjian Lama. Namun karena sabda-Nya dan hidup-Nya serta karya-Nya begitu
mengesankan dan berwibawa maka banyak orang tertarik dan mengikuti Yesus
3.
Mula-mula para murid mulai mewartakan
Yesus secara lisan. Inti pe- wartaan pada mulanya adalah wafat dan
kebangkitan-Nya (bdk. Kisah Para Rasul: Khotbah Petrus pada hari Pentakosta,
Kis 2). Kemudian pewartaan itu berkembang dengan mewartakan juga hidup, karya dan
sabda-Nya dan yang terakhir adalah masa muda-Nya atau masa kanak- kanak-Nya.
Semua diwartakan dalam terang kebangkitan, karena kebangkitan Kristus merupakan
dasar dari iman kepada Yesus Kristus.
4.
Setelah komunitas jemaat berkembang di
berbagai kota maka seringkali para Rasul berhubungan dengan komunitas tersebut
melalui utusan dan surat-surat (Kis 15:2. 20-23). Itulah sebabnya karangan yang
tertua dan tertulis adalah dalam bentuk surat (lihat poin 1).
5.
Karena banyak komunitas yang perlu untuk
terus dibina, sementara para saksi mata jumlahnya terbatas, maka mulailah juga
ditulis beberapa pokok iman yang penting, seperti kisah kebangkitan, sengsara,
sabda- sabda Yesus dan karya Yesus.
6.
Setelah generasi pertama mulai
menghilang, maka dibutuhkan tulisan- tulisan tentang Yesus yang dapat
dipertanggungjawabkan. Maka muncullah karangan-karangan yang masih berupa
fragmen-fragmen: kisah sengsara, mukjizat--mukjizat, kumpulan sabda, kumpulan
perumpamaan, dsb. Dari situ akhirnya disusunlah injil-injil dan kisah para rasul,
sampai akhirnya seperti yang kita miliki sekarang ini. Injil itu disusun berdasar atas tradisi, baik lisan maupun tertulis dan yang disesuaikan dengan maksud
dan tujuan penulis serta situasi jemaat.
Pada
tahun 367Atanasius menyusun daftar Kitab Suci yang termasuk Perjanjian Baru. Gereja Katolik
mengakui bahwa jumlah tulisan atau Kitab dalam Perjanjian Baru ada 27 tulisan atau Kitab. Inti Kitab Suci
Perjanjian Baru:
·
Tentang Yesus Kristus karya-Nya
·
Tentang Yesus dan Sabda-Nya
·
Yesus dan tuntutan-Nya dan hidup-Nya,
dengan cara dan gaya penulisan masing-masing.
Meskipun Perjanjian
Baru berpusat pada Yesus Kristus, namun di dalamnya juga tercantum beberapa hal
mengenai mereka (jemaat perdana) yang percaya kepada Yesus Kristus. Secara
umum, Kitab Suci Perjanjian Baru bentuknya bersifat
kisahtentang perumpamaan, ajaran, surat dan nubuat. Keempat Injil Kitab Suci Perjanjian Baru
dibuka dengan empat tulisan yang disebut Injil (Matius, Markus, Lukas dan
Yohanes). Isi dari ke-4 tulisan atau injil adalah:
1.
Sebagian besar isinya berupa cerita
mengenai Yesus selagi hidup di dunia,
2.
Mengenai karya-Nya
3.
Mengenai wejangan-wejangan-Nya
4.
Dan mengenai perjuangan-Nya.
Tulisan mereka berhenti
dengan kisah tentang Yesus yang menampakkan diri sesudah bangkit dari antara
orang mati. Dilihat dari isinya maka keempat Kitab Injil itu dipandang sebagai
Kitab yang paling utama (paling penting). Kisah
Para Rasul “Kisah Para Rasul” bercerita tentang apa yang terjadi setelah
Yesus wafat dan bangkit. Yang intinya berkisah tentang munculnya jemaat kristen
pertama dan perkembangannya selama kurang lebih 30 tahun dengan dua tokoh utama
yaitu Petrus dan Paulus.
Surat-surat Tulisan
berikutnya adalah 21 tulisan yang gaya penulisannya semacam “surat”. Isinya lebih merupakan wejangan, anjuran dan ajaran yang bermacam-
macam tentang hidup sesuai dengan Yesus Kristus. Wejangan, anjuran dan
ajaran itu diajarkan oleh Santo Paulus, Yakobus dan tokoh-tokoh lain yang
ditujukan kepada jemaat tertentu atau orang tertentu.
Wahyu
Tulisan terakhir adalah Kitab Wahyu Yohanes. Kitab ini
berisi serangkaian penglihatan mengenai hal ihwal umat Kristen dan dunia
seluruhnya. Kitab ini terarah ke masa
depan atau akhir zaman, dan sekaligus merupakan rangkuman atau penegasan tentang karya keselamatan Allah.
Santo
Paulus dalam suratnya kepada Timotius menegaskan, “segala
tulisan yang diilhamkan oleh Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam
kebenaran” (2 Tim 3:16-17).
St.
Hironimus mengatakan, “Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak
mengenal Kristus”. Kutipan inilah yang akhirnya juga dikutip kembali oleh
Konsili Vatikan II dalam dokumen Dei Verbum. yang menegaskan bahwa sarana utama
untuk dapat mengenal Kristus adalah Kitab
Suci. “Konsili mendesak dengan sangat semua orang beriman supaya seringkali
membaca Kitab-Kitab Ilahi untuk memperoleh pengertian yang mulia akan Yesus
Kristus” (DV art. 25).
Karena Kitab Suci
adalah Sabda Allah , maka untuk dapat menangkap isi pesannya hanya mungkin
dibaca dan direnungkan dengan iman kepercayaan, dan bahwa dalam Kitab Suci itu
Allah sungguh hadir dan bersabda. Kita juga perlu membaca Kitab Suci dengan doa
dengan berharap bahwa apapun yang difirmankan Allah mampu kita terima, entah
itu nasehat, teguran, atau peneguhan untuk hidup iman kita. Kita perlu membaca
Kitab Suci disertai dengan kesediaan untuk bertobat, membiarkan hidup kita siap
diperbaharui, diubah dari dalam sampai keakar-akarnya, sehingga dalam kehidupan
selanjutnya kita menjalani hidup baru dan meninggalkan dosa. Dan yang paling
penting adalah kemauan mewujudkan firman Allah dalam kehidupan sehari-hari.
“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja,
sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri” (Yak 1:22)
C.
Tradisi
Pemikiran
Dasar
Tradisi yang hidup
dalam Gereja lebih merupakan ungkapan pengalaman iman Gereja akan Yesus
Kristus, yang diterima, diwartakan, dirayakan, dan diwariskan kepada
angkatan-angkatan selanjutnya. Tradisi
”berkat bantuan Roh Kudus” berkembang dalam Gereja, ”sebab berkembanglah
pengertian tentang kenyataan-kenyataan maupun kata-kata yang ditanamkan,” dan
”Gereja tiada hentinya berkembang menuju kepenuhan kebenaran Ilahi” (D8). Dalam
arti ini tradisi mempunyai orientasi ke masa depan. Dalam tradisi itu ada satu
kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para Rasul.
Perjanjian
Baru
merupakan pusat dan sumber seluruh Tradisi, karena di dalamnya terungkap pengalaman iman Gereja Perdana. Gereja
Katolik yakin bahwa Kitab Suci (Alkitab) bersama Tradisi dinyatakan oleh Gereja
sebagai “tolok ukur tertinggi iman Gereja” (Dei Verbum Art. 21).
“Kebenaran-kebenaran iman” mengacu kepada realitas yang diimani dan sikap hati
serta penghayatannya merupakan tanggapan manusia terhadap pewahyuan Allah.
Untuk menjaga Tradisi,
Gereja perdana mengumpulkan dan menyusun tulisan-tulisan suci yang diakui
sebagai iman para Rasul. Kanonisasi Kitab Suci itu menjadi sangat penting
terutama untuk membedakan ajaran-ajaran yang salah dari ajaran-ajaran yang asli.
Gereja perdana juga mengembangkan rumusan syahadat sebagai bentuk pengakuan
iman yang normatif. Dengan cara itu, pewahyuan Allah dipertahankan dan
diungkapkan dalam hidup jemaat.
Tradisi-tradisi Gereja
yang dipertahankan oleh Gereja terutama tradisi yang tumbuh dan dilakukan dalam
kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para rasul, yang disebut zaman Gereja Perdana. Tradisi itu
dibangun di atas dasar para rasul dan nabi dengan Kristus Yesus sebagai batu
penjuru (Ef 2:20). Maka perumusan pengalaman iman Gereja Perdana, yang disebut Kitab Suci Perjanjian Baru yang ditulis
dengan ilham Roh Kudus merupakan pusat dan sumber seluruh Tradisi. Sebab Kitab
Suci Perjanjian Baru mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan,
kebenaran yang oleh Allah mau dicantumkan di dalamnya demi keselamatan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar