Masyarakat
Indonesia dan masyarakat dunia pada umumnya adalah komunitas yang beragam, penuh
dengan perbedaan, sehingga kita harus dapat bersikap arif dalam menyikapi
perbedaan yang ada agar tidak berujung pada sebuah konflik. Ada beberapa teori konflik yang menjelaskan penyebab
terjadinya konflik di tengah masyarakat antara lain: Teori hubungan masyarakat;
berpandangan bahwa konflik yang sering muncul ditengah masyarakat disebabkan
polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara
kelompok yang berbeda, perbedaan bisa dilatarbelakangi sara bahkan pilihan
ideologi politiknya. Teori identitas; berpandangan bahwa
konflik yang mengeras di masyarakat tidak lain disebabkan identitas yang
terancam yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan masa lalu
yang tidak terselesaikan. Teori kesalahpahaman antarbudaya;berpandangan
bahwa konflik disebabkan ketidakcocokan dalam cara-cara berkomunikasi di antara
budaya yang berbeda. Teori transformasi yang memfokuskan
pada penyebab terjadi konflik berpandangan bahwa ketidaksetaraan dan
ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial budaya dan ekonomi. Intinya,
manusia yang beradap harus bersikap terbuka dalam melihat semua perbedaan dalam
keragaman yang ada dan menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan agar keragaman
menjadi aset kekayaan bangsa yang dapat mempersatukan bangsa ini.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Iindonesia (KBBI), Keragaman berasal dari kata ragam, yang
berarti (1) sikap, tingkah laku, cara; (2) macam, jenis; (3) musik, lagu,
langgam; (4) warna, corak; (5) laras (tata bahasa), keragaman menunjukan adanya
banyak macam. Sedangkan keragaman sendiri berarti perihal berjenis-jenis atau
beragam-ragam atau suatu keadaan yang beragam-ragam. Keragaman secara umum
adalah suatu kondisi dimana terdapat perbedaan-perbedaan di dalam masyarakat di
berbagai bidang seperti suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi dan
politik, adat dan kesopanan, sosial dan ekonomi.
Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Keberagaman
Unsur-unsur
keragaman dalam masyarakat yaitu, antara lain; suku bangsa dan ras, agama dan
keyakinan, ideologi dan politik, adat dan tatakrama, kesenjangan ekonomi dan
sosial.Suku bangsa dan ras yang menempati wilayah Indonesia dari
Sabang sampai Merauke sangatlah beragam. Dari keragaman tersebut ada perbedaan
ras dari ciri-ciri biologis lahiriah yang sama seperti rambut, warna kulit,
ukuran tubuh, mata, ukuran kepala, dan lain sebagainya. Suku bangsa yang ada di
Indoseia lebih dari 300 macam. Sedangkan ras yang ada di Indonesia antara lain
ras mongoloid yang terdapat di bagian Barat Indonesia dan ras austroloid yang terdapat
di sebelah Ttimur Indonesia. Tentu saja bahwa manusia tidak bisa memilih agar
dilahirkan di suku atau bangsa tertentu. Karena itu, manusia tidak pantas
membanggakan dirinya atau melecehkan orang lain karena faktor suku atau bangsa.
Agama dan
keyakinan mengandung arti
ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal
dari suatu kekuatan yang lebih tinggi (trasendensi) dari manusia sebagai
kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indra. Namun juga kekuatan
gaib itu berdiam di dalam diri manusia (imanen), yang hanya bisa dirasakan
kekuatannya. Dalam kenyataannya fungsi agama dalam masyarakat antara lain
adalah: berfungsi edukatif: ajaran agama secara hukum berfungsi menyuruh dan
melarang, berfungsi penyelamat, berfungsi sebagai perdamaian, berfungsi sebagai
sosial control, berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas, berfungsi
transformatif, dan sebagainya. Di Indonesia, agama merupakan unsur yang sangat
penting dan terdapat enam agama yang diakui, hal itu merupakan bukti adanya
keragaman dalam hal agama atau kepercayaan. Adapun terhadap keragaman manusia
dalam hal kepercayaan, sikap, dan perilakunya, manusia tidak dipandang
sederajat. Ada yang mulia dan ada yang hina, bergantung pada kadar
ketakwaannya.
Ideologi
dan politik: Ideologi adalah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan
yang berpengaruh kuat terhadap tingkah laku dalam situasi khusus karena
merupakan kaitan antara tindakan dan kepercayaan yang fundamental. Sedangkan
politik bermakna usaha dalam menegakkan keteriban sosial. Fungsi ideologi
adalah untuk memperkuat landasan moral dalam suatu tindakan. Adanya banyak
partai di Indonesia merupakan bukti keragaman dalam hal ideologi dan politik.
Meskipun pada keyataanya Indonesia hanya mengakui pancasila sebagai satu-satunya
ideologi.
Tatakrama; yang berarti adat istiadat, sopan santun, pada
dasarnya ialah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan
cakap sesuai kaidah atau norma tertentu. Tatakrama di bentuk dan dikembangkan
oleh masyarakat itu sendiri dan diharapkan akan terjadi interaksi sosial yang
tertib dan efektif di dalam masyarakat itu sendiri.
Kesenjangan
ekonomi dan sosial; Indonesia merupakan negara berkembang dimana masalah
perekonomian diperhatikan agar dapat meningkat. Masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat yang majemuk dengan bermacam tingkat, pangkat, golongan dan strata
sosial. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa terdapat penggolongan orang
berdasarkan status sosial Indonesia adalah negara dengan struktur masyarakat
yang majemuk dan memiliki banyak keragaman dalam banyak hal. Keragaman tersebut
dapat mempengaruhi kehidupan kita. Banyak pengaruh yang timbul karena adanya
keragaman, diantaranya adalah: 1) Didalam kelompok-kelompok sering kali terjadi
segmentasi karena memiliki kebudayaan yang berbeda. 2) Struktur sosial
terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat non komplemeter. 3) Kurang
adanya pengembangan konsesus diantara para anggota masyarakat tentang
nilai-nilai sosial yang bersifat dasar. 4) Secara relatif sering kali terjadi
konflik diantara kelompok yang satu dengan yang lainnya, karena adanya
perbedaan. 5) Secara relatif intergrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling
ketergantungan didalam bidang ekonomi. 6) Adanya dominasi politik oleh suatu
kelompok terhadap kelompok yang lain. Selain pengaruh diatas, jika keterbukaan
dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta masalah-masalah
yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa seperti: 1) Terjadinya
disharmonisasi, dimana tidak ada penyesuaian atas keragaman antara manusia
dengan dunia lingkungannya. 2) Terjadi diskriminatif terhadap suatu kelompok
masyarakat tertentu yang akan memunculkan masalah yang lain, yaitu kesenjangan
dalam berbagai bidang yang merugikan kita dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. 3) Terjadi eksklusivisme, rasialis, bersumber dari superioritas
diri, alasannya dapat bermacam-macam, antara lain keyakinan bahwa secara
kodrati ras/sukunya kelompoknya lebih tinggi dari ras/suku/kelompok lain,
menganggap kelompok lain derajatnya lebih rendah dari pada kelompoknya sendiri.
Ada beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh
negatif dari keragaman, yaitu : 1) Semangat Religius; 2) Semangat Nasionalisme;
3) Semangat Pluralisme; 4) Semangat Humanisme; 5) Dialog antar umat beragama;
6) Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan
antar agama, media, masa, dan harmonisasinya.
Problematika
yang sedang dialami bangsa Indonesia saat ini adalah adanya gejala diskriminasi
dalam masyarakat yang beragam. Diskriminasi adalah setiap tindakan yang
melakukan pembedaan terhadap seseorang atau sekelompok orang berdasarkan ras,
agama, suku, etnis, kelompok, golongan, status, kelas sosial ekonomi, jenis kelamin,
kondisi fisik, usia, orientasi seksual, pandangan ideologi, dan politik. Tentu saja
kondisi ini bertolak belakang dengan semangat kebangsaan kita sebagaimana ditegaskan
dalam pasal 28 ayat 2 UUD 1945 bahwa “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan
yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”. Sangat jelas sekali bahwa
setiap orang mendapat perlindungan saat dia mendapat perlakuan diskriminasi.
Meskipun begitu diskriminasi masih terjadi diberbagai belahan dunia, dan
prinsip non diskriminasi harus mengawali kesepakatan antar bangsa untuk dapat hidup
dalam kebebasan, keadilan, dan perdamaian.
Dalam Kitab Suci
Perjanjian Lama, diceritakan bahwa Bangsa Terpilih sering kali menghayati rasa
satu bangsa, satu Tuhan, satu negeri, satu tempat ibadat, dan satu tata hukum
(bdk.Ul 12). Dari sejarahnya, ternyata ketika mereka bersatu, mereka menjadi kuat,
sanggup mengalahkan musuh dan menjadikan dirinya bangsa yang jaya. Namun, ketika
mereka tidak bersatu, mereka menjadi bangsa yang tak berdaya dan tiap kali secara
gampang dikalahkan oleh musuh-musuh mereka. Kitab Suci menceritakan bahwa
ketika mereka dari Mesir memasuki tanah Kanaan di bawah pimpinan Yosua, mereka
sungguh bersatu dan dapat merebut Tanah Terjanji itu. (bdk.Yos 6: 1-15, 63).
Ketika mereka sudah menempati Tanah Terjanji yang dibagi menurut suku-suku keturunan
Yakob, maka mereka lama-kelamaan terpecah dan menjadi lemah. Pada saat-saat
itu, mereka menjadi lemah dan gampang dikalahkan oleh musuh-musuh mereka.
Mereka pernah bersatu di bawah pimpinan raja Daud dan menjadi bangsa yang kuat
dan jaya. Kemudian mereka terpecah lagi dan menjadi lemah. Dalam Kitab Suci
Perjanjian Baru, dikisahkan bahwa ketika saat Mesias datang, umat Israel telah dijajah
oleh bangsa Romawi. Akibatnya mereka menjadi bangsa yang lemah dan terpecah
belah. Ketika Yesus ingin mempersatukan mereka dalam suatu Kerajaan dan Bangsa
yang baru yang bercorak rohani, Yesus mengeluh bahwa betapa sulit untuk
mempersatukan bangsa ini. Mereka seperti anak-anak ayam yang kehilangan induknya
(bdk. Mat 23: 37-38). Yesus bahkan berusaha untuk menyapa suku yang dianggap
bukan Yahudi lagi seperti orang-orang Samaria. Kita tentu masih ingat akan sapaan
dan dialog Yesus dengan wanita Samaria di sumur Yakob. Pada pelajaran ini,
peserta didik dibimbing untuk memahami dan menghayati makna dan hakekat
keberagaman sebagai realitas asali kehidupan manusia, khususnya dalam keberagaman
atau kemajemukan hidup bangsa Indonesia sesuai semangat injili yaitu semangat
Yesus sendiri.